Penolakan Aster Zila Altair terhadap perjodohan antara dirinya dengan Leander membuat kedua pihak keluarga kaget. Pasalnya semua orang terutama di dunia bisnis mereka sudah tahu kalau keluarga Altair dan Ganendra akan menjalin ikatan pernikahan.
Untuk menghindari pandangan buruk dan rasa malu, Jedan Altair memaksa anak bungsunya untuk menggantikan sang kakak.
Liona Belrose terpaksa menyerahkan diri pada Leander Ganendra sebagai pengantin pengganti.
"Saya tidak menginginkan pernikahan ini, begitu juga dengan kamu, Liona. Jadi, jaga batasan kita dan saya mengharamkan cinta dalam pernikahan ini."_Leander Arsalan Ganendra.
"Saya tidak meminta hal ini, tapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih sepanjang hidup saya."_Liona Belrose Altair.
_ISTRI KANDUNG_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Membuang Berlian, Memungut Sampah
Aster berpose dengan gaya sensual untuk brand underwear yang baru saja meminta dia menjadi modelnya. Narel begitu suka melihat kemolekan tubuh Aster yang dia nilai sangat bagus di atas rata-rata.
Kali ini mereka melakukan pemotretan di alam terbuka yang mana lebih indah dan bagus pemandangannya, sangat cocok dengan produk yang dikenakan oleh Aster.
Setelah kegiatannya, Aster beristirahat di ruang ganti dengan hanya mengenakan piyama dan celana pendek saja. Dia membuka sosial media dan melihat postingan Karina yang tampak begitu bahagia liburan di Varamesh.
“Dia pergi dengan Galen? Apa ibu mertuanya yang gila itu sudah membiarkan Galen liburan? Momen yang sangat langka ya,” decak Aster lalu kembali menggulir layar ponselnya hingga terlihat postingan Liona yang begitu mesra bersama Leander.
Kali ini hatinya sangat panas, lantaran apa yang dia bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan. Aster sampai nge-zoom foto itu dan jelas terlihat senyuman di wajah Liona dan Leander begitu lepas tanpa tekanan apa pun.
“Wow. Jadi mereka liburan bersama dan ... Liona bahagia? Hah? Tidak ada yang bahagia di dalam keluarga itu, tapi Liona dan Karina? Apa ini hanya pencitraan saja?” pikir Aster lalu kembali melihat sosial media Liona. Hanya ada dua foto di Varamesh dan keduanya jelas menunjukkan kebahagiaan tanpa tekanan sama sekali.
Aster membanting ponselnya, meraih air di dekatnya dan meminumnya dengan cepat.
“Bedebah. Kalau tau akan sebahagia itu, aku akan menerima perjodohan dengan Leander. Bukan jatuh di ranjang pria keparat yang aku sendiri tidak tau sudah berapa banyak, cih.” Aster berdecih kesal hingga Narel memasuki ruang gantinya.
Pria itu langsung saja memeluk Aster dari belakang dan meraba dengan liar tubuh Aster. Wanita itu sama sekali tidak terangsang saat kedua gunung kembarnya diremas oleh mantan kekasih Liona.
“Kenapa? Aku lihat kau ada beban, tadi baik-baik saja,” tanya Narel yang tidak melihat Aster menikmati sentuhannya.
“Tidak ada. Aku sedang malas denganmu. Tolong keluar!” usir Aster pada Narel.
“Kau selalu begini, ceritalah kalau memang perlu, aku di sini, Aster.” Aster mendengus kesal dan memutar malas matanya.
“Aku tidak butuh kau di sini, Narel. Keluar!” Narel mengeraskan rahangnya menahan kesal lalu meninggalkan ruang ganti Aster.
Wanita itu terduduk lalu meraih rokok di dekat meja riasnya, menyalakan api dan menghisap rokok itu sebagai ganti kekesalannya.
Aster merasa hidupnya sangat hambar akhir-akhir ini. Kesenangan yang dia jalani tidak membuat dirinya tenang. Aster malah lebih cenderung bosan, gelisah, dan lebih memilih obat-obatan terlarang sebagai pelampiasan. Berganti-ganti pasangan bukan hal yang tabu lagi baginya.
Seorang pria masuk ke dalam ruang ganti itu, Aster menoleh dan tersenyum sambil berdiri menyambut pria yang usianya sepantaran dengan Jedan.
“Sir. Anda datang,” sapa Aster lalu mematikan rokok di tangannya saat ini.
“Saya tertarik ketika kamu yang menjadi model dari perusahaan saya. Klien sangat suka dan penjualan semakin meningkat, kamu memang tidak diragukan lagi, Aster.” Pria itu memuji Aster karena pekerjaan Aster memang sebagus itu.
“Terima kasih, saya hanya mencoba menjadi profesional.” Pria itu mengangguk lalu berjalan mendekati Aster dan berbisik pelan di telinga wanita itu.
“Saya suka dengan kemolekan kamu dan saya tau kalau kamu sering ditiduri. Apa kali ini saya boleh meminta hal lebih?” Aster sedikit tersentak kaget lalu kembali menormalkan ekspresinya.
“Maksud anda?”
“Saya ingin kamu di ranjang sekarang ini, kamu tenang saja. Saya akan menetapkan kamu sebagai model andalan di perusahaan saya ini, Aster. Kita akan sama-sama menguntungkan.”
“Feter, Sir. Tawaran anda boleh juga. Kapan saya bisa melayani?” tanya Aster yang kini berani memainkan jari lentiknya di leher Feter.
“Di sini saja, saya sudah tidak tahan.”
“Oke.”
Aster melumat dengan lembut bibir Feter tanpa peduli kalau Feter itu sepantaran dengan ayahnya. Tangannya begitu lihai membuka kancing kemeja Feter hingga menampakkan perut buncitnya.
Aster menciumi bagian depan tubuh Feter yang membuat Feter terangsang.
Hal itu bisa dilihat dengan jelas oleh Narel yang saat ini sedang mengintip di balik celah tenda.
Narel mengepalkan kedua tangannya dan ingin sekali dia menyeret Aster dari sana. Tapi apa daya? Aster bukan kekasihnya, hubungan mereka hanya sebatas di ranjang saja tanpa adanya status.
Narel setia berdiri di depan tenda itu dan mendengar suara laknat dari dalam, suara yang saling sahut menyahut antara Feter dan Aster.
Feter menggeram saat ia mendapatkan pelepasan dari mulut Aster. “Tunggu sebentar ya, saya perlu dokumentasi dengan kegiatan ini.” Aster yang masih berjongkok terlihat bingung.
“Dokumentasi?” tanyanya heran.
“Iya jalang kecil, rugi kalau saya tidak memiliki video kita.” Aster menggerutu tapi tidak bisa dia perlihatkan. Takut jika Feter tersinggung dan karirnya meredup.
Feter melingkarkan handuk ke pinggangnya lalu memanggil Narel yang memang dia minta berjaga di depan tenda ruang ganti.
“Kameramu siap, kan?” Narel mengangguk. “Kamu buatkan video terbaik.”
“Baik, Sir.” Narel masuk ke dalam, pemandangannya langsung tertuju pada Aster yang sedang bugil di atas kursi.
Narel siap dengan kameranya dan Feter kembali melancarkan aksi membuat video panas dengan Aster. Narel sendiri tidak tahan melihat wanita yang dia sukai digerayangi begitu oleh si tua mesum ini.
Aster sangat menikmatinya hingga inti dari hubungan itu masuk. Suara laknat kembali bergema di telinga Narel dan kegiatan panas itu berlangsung selama satu jam penuh. Entah apa yang dikonsumsi oleh Feter hingga dia bisa tahan lama dengan Aster.
Feter dan Aster terkulai lemah di atas sofa kecil dengan posisi saling berhimpitan. Narel yang tidak tahan langsung keluar setelah videonya selesai.
Narel memilih pergi menenangkan diri ke tepi sungai, kamera itu dia taruh di samping dan kedua tangannya meremas rambutnya sendiri.
“Keparat!? Aku mengkhianati Liona demi seonggok sampah seperti Aster. Dulu Liona sangat menyayangiku, memberikan perhatiannya hingga mencintaiku dengan tulus. Haha bodoh kau Narel, kau sangat bodoh,” rutuk Narel terhadap kebodohan dirinya sendiri.
Narel meraih ponsel di dalam saku celananya dan menghubungi Liona. Paling tidak mendengar suara mantan kekasihnya itu sudah cukup untuk mengobati kegundahan hatinya.
Tak lama panggilan masuk, akhirnya dijawab dan terdengar suara Leander di seberang sana.
“Apa aku bisa bicara dengan Liona?” Narel tetap berusaha untuk tenang dan sopan.
“Istriku sedang tidur, ada perlu apa dengannya?”
“Ada yang ingin aku bicarakan.”
“Kau siapa?”
Narel menatap layar ponselnya sambil mengerutkan dahi. Apa Liona sudah menghapus kontaknya? Itulah yang terbesit di kepala Narel saat ini.
“Aku Narel ... Teman Liona. Apa bisa bicara dengannya?”
“Maaf, aku tidak mengizinkan istriku berteman dengan pria mana pun. Jangan hubungi dia lagi.”
Tut... Tut... Tut...
Narel menggeram kesal sambil memegang kuat ponselnya itu. Kali ini dia benar-benar sangat frustasi dengan hubungannya sendiri.