"Tidak heran ini disebut Jurang Neraka, aku sudah jatuh selama beberapa waktu tapi masih belum menyentuh dasar..." Evindro bergumam pelan, dia tidak mengingat sudah berapa lama dia terjatuh tetapi semua kilas balik yang dia lakukan memakan waktu cukup lama.
Evindro berpikir lebih baik dia menghembuskan nafas terakhir sebelum menghantam dasar jurang agar tidak perlu merasa sakit yang lainnya, tetapi andaikan itu terjadi mungkin dia tetap tidak merasakan apa-apa karena sekarang pun dia sudah tidak merasakan sakit yang sebelumnya dia rasakan dari luka yang disebabkan Seruni.
Evindro akhirnya merelakan semuanya, tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi padanya.
Yang pertama kali Evindro temukan saat kembali bisa melihat adalah jalan setapak yang mengeluarkan cahaya putih terang, dia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun hanya menemukan kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendrowidodo_Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Kalimantan
Keduanya amat ketakutan melihat Evindro yang mengerutkan dahinya.
Evindro bersikap demikian bukan karena kebodohan pria berambut pirang, melainkan nama pria berambut coklat kemerahan mengingatkannya pada sesuatu.
"Hary? Apakah itu namamu?" Evindro menyipitkan matanya pada pria berambut coklat kemerahan.
"Benar Tuan, itu namaku..." jawab pria itu ketakutan.
Evindro menghela nafas panjang, melihat ciri fisik ketiga orang di hadapannya dan nama yang dimiliki salah satunya, hanya ada satu hal yang muncul di benak Evindro.
"Apakah ini adalah kota Kalimantan?"
Hary dan rekannya saling bertatapan sejenak sebelum mengangguk serempak ke arah Evindro. Keduanya sedikit heran dengan pertanyaan Evindro.
Evindro kembali menghela nafas, dia sungguh kembali ke dunianya tetapi terdampar jauh dari lokasi seharusnya. Evindro hanya pernah mendengar tentang Kalimantan di kehidupan pertamanya dan tidak pernah bertemu penduduk kota itu, sementara pada kehidupan ini dia lebih banyak mengetahui tentang Kalimantan dari Kitab Seratus Pengetahuan.
Kalimantan merupakan satu dari tujuh kota yang ada di Pulau Daratan Tengah, diantara tujuh kota, Kalimantan memiliki wilayah paling luas namun secara kekuatan militer mereka bisa dikatakan salah satu yang terlemah.
Berbeda dengan kota lain, Kalimantan tidak memiliki pemimpin tunggal melainkan dikendalikan oleh beberapa keluarga bangsawan besar, di masa lalu mereka mengalami banyak perang saudara yang membuat kondisi militer mereka melemah.
Tidak banyak orang yang bisa mencapai kemampuan setara dengan Pendekar Ahli apalagi di atasnya, sebab pelatihan tenaga dalam hampir punah di Kalimantan.
Di sisi lain, alasan Kalimantan masih bisa bertahan karena mereka memiliki teknologi yang paling maju diantara tujuh kota dan tiga kabupaten, terutama dalam teknologi industri.
Wilayah yang dimiliki Kalimantan memang luas, mendekati ukuran kota Batavia namun sebagian besar tidak terurus karena tidak memiliki sumber daya yang cukup. Kota ataupun kabupaten lain tidak berminat untuk menguasai wilayah tersebut.
Evindro menggaruk kepalanya, sepengetahuannya jarak antara Kalimantan dan kota Batavia amat jauh, akan membutuhkan waktu lama untuk bisa kembali ke sana dan tentu saja dia akan membutuhkan penunjuk jalan serta peta untuk melakukannya.
Hary dan dua rekannya berniat kabur saat Evindro terlihat larut dalam pikirannya namun mereka membatalkan niatnya ketika Aura Pembunuh Evindro merembes keluar lagi.
"Kalian pikir aku sudah melepaskan kalian?" Evindro menunjuk Hary. "Kau katakan rekanmu tidak sengaja, tetapi andaikan aku lebih lemah dari kalian, bukankah situasinya akan jauh berbeda."
Hary mengucurkan keringat dingin, dia berusaha mencari penjelasan yang masuk akal tetapi tidak menemukannya. Justru pria berambut coklat di sampingnya yang berpikir lebih cepat, pria tersebut mengeluarkan uang dan barang berharga lain yang dimilikinya.
Hary dan pria berambut pirang segera mengikutinya. Pria berambut pirang sadar bahwa mereka bukan tandingan Evindro setelah Hary menamparnya.
Evindro melirik uang koin serta benda berharga lain yang tidak seberapa jumlahnya itu, dia menemukan di Kalimantan meskipun mata uang berbeda tetapi mereka menghargai perak dan emas sebagai nilai tukar juga.
Uang kertas dari pemerintahan Batavia yang dimilikinya mungkin tidak berguna di tempat ini namun gunungan koin emas yang diberikan Arjuna seharusnya bernilai. Evindro mengeluarkan satu koin emas lalu melemparkannya pada Hary.
"Apa koin emas itu berharga?"
Hary memeriksa koin tersebut sambil ketakutan. "Koin emas ini bernilai, bahkan sedikit lebih berat dari koin emas yang kami gunakan..."
Dari koin emas tersebut, Hary menemukan Evindro bukan berasal dari Kalimantan. Hary memang sudah curiga karena tidak banyak orang berambut hitam di pulau ini, terlebih lagi bentuk wajah Evindro begitu asing bagi mereka.
"Kau bisa mengambil koin emas itu, aku akan mengambil ini." Evindro meraih koin-koin perak yang dikeluarkan ketiga orang di hadapannya, dia bisa menggunakannya untuk tidak terlalu menarik perhatian.
Evindro mengembalikan benda berharga lainnya, dia hanya mengambil koin perak.
"Dimana kota terdekat dari sini? Aku membutuhkan peta dunia."
Hary menjelaskan peta dunia hanya bisa ditemukan di beberapa kota besar, sementara kota terdekat dari lokasi mereka adalah sebuah kota kecil. Hary menggambarkan sebuah peta kecil sebagai penunjuk jalan menuju kota tersebut.
"Aku akan membiarkan kalian hidup kali ini, kuharap ke depannya kalian tidak mencoba merampas sesuatu yang bukan hak kalian." Selesai berkata demikian, Evindro pergi meninggalkan ketiganya.
Hary dan dua lainnya baru bernafas lega setelah Evindro tidak terlihat lagi, yang pertama kali Hary lakukan adalah memukul kepala pria berambut pirang.
"Apa kau tidak punya mata?! Kau tidak bisa membaca situasi?!"
Sejak pertama kali Hary melihat Evindro, dia sadar sudah ada sesuatu yang salah. Wajah Evindro terasa asing namun sekaligus memancarkan aura yang membuat orang ingin menunduk padanya, Hary sekali lihat sudah bisa menebak Evindro memiliki latar belakang istimewa, dia tidak akan terkejut kalau Evindro merupakan bangsawan besar atau keluarga kerajaan tertentu.
Hary dan dua rekannya memang terbiasa hidup bebas, apalagi Hary memiliki keahlian yang cukup tinggi selama ini bisa bertindak sesukanya dan hanya beberapa orang yang dapat menandinginya tetapi dihadapan Evindro, dia merasa tidak berdaya.
"Kapten Hary, Apa tidak masalah memberitahu lokasi kota padanya? Biarpun terlihat tenang, kapten sudah merasakan sendiri aura pembunuhnya..." Pria berambut coklat berkata pelan.
Tubuh Hary merinding ketika mengingat Aura Pembunuh yang dilepaskan oleh Evindro, pembunuh paling berbahaya yang pernah dia temui sekalipun tidak pernah memiliki Aura Pembunuh pekat seperti itu.
"Kau pikir aku punya pilihan lain? Kita harus pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Masalah penduduk kota, kita hanya bisa berharap orang itu tidak membunuh mereka.
Menggunakan peta yang diberikan Hary, Evindro menemukan kota kecil tidak jauh dari reruntuhan kuno. Kota tersebut tidak memiliki dinding pelindung, bahkan hanya sedikit lebih besar daripada desa. Hal yang membuatnya seperti kota adalah adanya pintu gerbang masuk.
"Apa gunanya memiliki pintu gerbang, tanpa memiliki tembok di sekeliling kota?" Evindro mengelus dagunya, keheranan dengan tata kota tersebut.
Ada seorang penjaga yang bersenjatakan tombak sedang tertidur di depan pintu gerbang, Evindro memandanginya selama beberapa saat, tidak yakin untuk membangunkannya.
Saat ini Evindro tidak memiliki identitas sebagai warga Kalimantan, dia mungkin tidak bisa memasuki kota tanpanya namun demi menghindari masalah lebih besar di dalam, Evindro memutuskan membangunkan penjaga tersebut.
Awalnya sang penjaga keheranan melihat penampilan Evindro yang asing baginya, dia kemudian meminta identitas sesuai dugaan Evindro.
"Aku belum memiliki identitas pengenal, aku berencana membuatnya di dalam." Evindro menjelaskan dirinya baru tiba di Kalimantan.
Untungnya penjaga tersebut sepertinya tidak pernah meninggalkan kota kelahirannya dan tidak banyak mengetahui tentang dunia luar.
'Pemuda ini sepertinya seorang bangsawan, bahan pakaian yang digunakan begitu bagus, pembawaannya juga penuh karisma...'