Alur cerita ringan...
Dan novel ini berisi beberapa cerita dengan karakter yang berbeda-beda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arran Lim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Flashback – 10 Tahun yang Lalu
Hari ini Jason dan ketiga sahabatnya—Nicholas, David, dan Leo—mengadakan acara kecil di kediaman keluarga besar Jason. Acara ini untuk merayakan kelulusan mereka dari bangku S1 sekaligus menjadi momen perpisahan sementara. Setelah ini, jalan mereka akan berbeda. Jason satu-satunya yang akan melanjutkan kuliah di dalam negeri, sementara tiga sahabatnya memilih kuliah di luar negeri, dan itu pun di negara yang berbeda-beda.
Begitu turun dari mobil, Leo langsung menyapu pandang ke rumah besar bergaya modern itu. “Anjir lah, kita udah lama temenan tapi baru kali ini nginjek kaki di rumah lo,” ucapnya sambil terkekeh.
Jason memutar bola mata. “Lo pada tau banget kenapa gue nggak mau bawa lo semua ke rumah.”
David menimpali sambil menunjuk Leo, “Si Leo yang buaya, tapi gue sama Nicho juga kena imbasnya. Padahal gue pengen banget main ke rumah lo.”
Jason bersedekap. “Ada anak gadis yang harus gue jaga. Nggak mau adek kecil gue otaknya terkontaminasi sama makhluk kayak lo pada.”
“Dih, lo kayak orang bener aja,” celetuk David.
Leo mengangkat dagu. “Gue penasaran bentukan adek lo kayak gimana, sampe lo segitunya nggak mau kenalin.”
David langsung nyamber, “Kalau lo nggak gatel, tuh dedek udah dari kapan tahun kenalan sama kita. Kalau gue juga punya adek cewek, ogah gue kenalin sama orang modelan kayak lo.”
“Anj*ng,” umpat Leo sambil manyun.
Nicholas hanya menggeleng kecil, menahan tawa.
“Udah ah, yok masuk,” ujar Jason sambil membukakan pintu rumah.
Begitu masuk, Jason langsung teriak, “MAMIIIII! JASON PULANG!”
Leo menutup telinga. “Anj, kuping gue.”
Jason melirik tajam. “Jaga mulut lo. Di sini nggak boleh ngomong kotor. Adek gue peniru ulung, jangan sampe dia niru kelakuan lo.”
Langkah kaki terdengar mendekat. Seorang wanita paruh baya berwajah cantik muncul dari ruang dapur. Wajah Jason langsung cerah, ia menghampiri dan memeluk sang ibu erat.
“Mami...” ucapnya hangat.
“Hey sayang, akhirnya kamu pulang juga,” balas sang ibu penuh senyum.
Tak lama, seorang pria paruh baya berwibawa ikut datang. Ayah Jason itu memeluk mereka berdua, menciptakan suasana hangat.
Leo melirik ke David dan Nicholas, lalu berbisik, “Buset, emak-nya cantik parah. Bapaknya juga hot daddy banget. Pantes muka Jason ngalahin gue.”
David dan Nicholas mengangguk setuju. Mereka baru pertama kali melihat orang tua Jason, wajar kalau Jason selama ini menjaga privasi ketat soal keluarga.
“Oh, ini teman-teman kamu, Nak?” tanya sang ayah, Aditama.
“Iya, Pi. Ini teman-teman Jason dari SMP. Mereka yang sering Jason ceritain ke Papi sama Mami,” jawab Jason sambil tersenyum.
Tania, sang ibu, ikut tersenyum ramah. “Owalah mereka toh. Ganteng-ganteng semua. Maaf ya kalau Jason nggak pernah ngajak kalian ke sini. Dimaklumi aja, soalnya di rumah ini ada anak gadis yang diposesifin banget.”
David tertawa. “Gapapa, Tante. Kita ngerti kok. Wajar aja kalau Jason nggak mau ajak kita, soalnya temen kita ada yang spek buaya, Tante,” ujarnya sambil melirik Leo.
“Heh, sembarangan lo!” protes Leo.
Aditama terkekeh. “Sudahlah, ayo duduk. Mami Jason lagi siapin makan malam. Sambil nunggu, makan camilan dulu.”
Leo spontan menawarkan, “Emm... mending kita bantu aja, Om. Nggak enak nih datang-datang malah duduk.”
Bu Tania melambaikan tangan. “Nggak perlu, sebentar lagi selesai. Kalian duduk aja dulu.” Lalu ia kembali ke dapur, diikuti Pak Aditama.
Jason sempat bertanya, “Papi, adek di mana? Kok nggak kelihatan?”
“Oh, tadi keluar beli es krim di kios Bang Dadang. Sebentar lagi pulang,” jawab Pak Aditama.
Jason mengangguk "Ohh oke"
*********
Saat sedang berbincang, Jason dan teman-temannya terlonjak tiba-tiba saat ada suara teriakan cempreng yang masuk ke gendang telinga mereka.
“ABAAAAANNNGGGGGGGGGG!!!!!” pekiknya keras.
“Astagah, dek, kebiasaan banget sih,” ucap Jason sambil mengusap dadanya.
“Abang pulang!” ucap adiknya dengan senang lalu berlari ke arah Jason dan memeluknya erat.
“Jangan lari-lari, nanti jatuh. Adek beli apa aja di warung, Bang Dadang?” tanya Jason sembari memeluk adiknya dengan erat.
“Adek beli es krim yang banyak. Papi izinin soalnya abang pulang hari ini, jadi adek bebas beli banyak-banyak,” ucapnya kegirangan.
“Oh, jadi senangnya karena dibolehin beli es krim yang banyak, bukan senang karena abang pulang, hmm?” tanyanya sambil melepas pelukan dan mencubit pipi chubby sang adik.
“Ihh, nggak gitu. Adek senang karena keduanya. Senang abang pulang, senang beli es krim yang banyak,” jawabnya dengan mata berbinar-binar.
Bibir yang tipis dan pipi yang tembem membuat gadis yang baru beranjak remaja itu sangat terlihat menggemaskan saat mengoceh.
“Gemes banget sih adeknya abang,” ucap Jason sambil mencubit pipi sang adik lalu mengecupnya dengan gemas. “Oh iya, abang bareng teman nih, sini abang kenalin,” lanjutnya lalu membalikkan tubuh menghadap ketiga temannya.
Kening Jason mengernyit saat melihat ketiga temannya tampak mematung sambil menatap ke arah adiknya. Jason sontak mendengus, “Heh, jaga mata, mau gue congkel tuh mata lo pada!” ketus Jason.
“Abang jahat banget, masa mata temennya mau dicongkel,” celetuk Anna.
“Eh? Bukan gitu, sayang. A-anu, abang hanya itu—” ucap Jason terpotong saat Leo tiba-tiba menyapa.
“Halo dedek gemes, kenalin nama abang Leo, si cowok tampan se-NKRI,” ujar Leo sambil tersenyum ramah. Pria itu bahkan sudah berada di samping adik Jason dan hendak meraih tangan adik Jason.
“Gak usah pegang-pegang!” ucap Jason ketus sembari menepis tangan Leo, membuat Leo menggerutuk kesal.
“Halo kak, aku Anna, adiknya abang Jason,” ucap Anna sambil tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit yang sontak membuatnya terlihat semakin imut.
“Buset jeee, adek lo gemes beut kayak kunti bogel, piyik banget masih SMP ya? SMP kelas berapa?” ucap Leo menahan diri untuk tidak mencubit pipi Anna.
Melihat perubahan wajah Anna yang tiba-tiba menatapnya tajam, Leo heran dan salah tingkah.
“Heh, sembarangan lo, adek gue udah tamat SMP, ya. Bulan ini dia udah masuk SMA,” ketus Jason.
“Oh iya kah?” ucap Leo kikuk.
“Abang,” panggil Anna sambil tetap menatap Leo tajam.
“Iya sayang, kenapa?”
Anna menoleh ke arah Jason dan menatapnya dengan tatapan serius, “Kunti bogel itu apa, abang?”
“Leo anj*ng,” umpat Jason dalam hati.
David sontak tertawa terbahak-bahak, sedangkan Nicho hanya tersenyum tipis sambil terus menatap Anna. Anna yang tersentak mendengar suara tawa sontak menoleh ke arah sumber suara, namun mata indahnya tak sengaja bertubrukan dengan mata tajam Nicho.
Anna tampak mematung, matanya terus berkedip cepat menatap ke arah Nicho. Untuk pertama kalinya Anna melihat pria yang lebih tampan dari kakaknya.
Jason yang merasa heran melihat sang adik sontak mengikuti arah pandang Anna. Matanya memicing kala mendapati Nicho lah yang menjadi objek sang adik, “Jangan suka sama dia, dek. Abang gak setuju,” ketus Jason.
“Kenapa?” tanya Nicho datar dan dingin.
“Gak mau gue punya adik ipar model es batu kayak lo. Lagian umur lu ama adek gue terpaut jauh, mau jadi pedofil lo,” ujar Jason sinis.
Nicho hanya memutar bola matanya malas.
“Udah, jangan natap dia terus, abang cemburu,” ucap Jason lalu menutup mata Anna.
Anna hanya diam. Perlahan-lahan ia menyingkirkan tangan sang abang lalu kembali menatap ke arah Nicho dengan mata yang kembali berkedip-kedip.
Nicho menunduk menyembunyikan senyumnya, “Gemes banget,” ujarnya dalam hati.
Semenjak saat itu, entah mengapa Nicho selalu berkunjung ke rumah Jason, semakin sering lagi saat hari pemberangkatan Nicho ke luar negeri semakin dekat.
Selama bertemu dengan Anna beberapa bulan terakhir, Nicho sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa ia tertarik pada adik dari sahabatnya itu. Mungkin terdengar menggelikan saat pria dewasa menyukai anak remaja SMA yang bahkan saat itu baru kelas 1, karena itu Nicho lebih memilih menunggu sampai gadis remaja itu dewasa agar orang-orang tidak memandang aneh saat ia berada di dekat Anna.
Nicho benar-benar mewujudkan ucapannya. Saat Anna sudah beranjak dewasa, pria itu mulai membuat Anna selalu berada di dekatnya, termasuk membuat Anna bekerja di perusahaannya. Dulu memang terlihat sangat tidak pantas jika melihat keduanya bersama karena orang-orang pasti berpikir Nicho adalah pedofil, tapi sekarang tak akan ada orang yang berpikiran seperti itu.
Flashback end
Nicho bisa dibilang pria yang cukup kuat karena dapat mencintai wanita secara diam-diam selama bertahun-tahun, jika pria lain mungkin tak akan bisa tahan dan berakhir mengungkapkan.