NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:317
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata karna hal itu

Perut ku terasa sangat kenyang karena memakan cheesecake tadi terlalu banyak, kini hanya terduduk malas di atas sofa sambil memejamkan mata. Sebenarnya aku ingin tidur siang, tapi Om Javar melarang ku melakukannya karena baru saja selesai makan.

Berbeda dengan keadaan ku sekarang, Om Javar sudah kembali berhadap-hadapan dengan layar laptop miliknya. Karena dirundung rasa bosan, aku pun kembali membuka ponsel milik ku. Saat sedang menggulirkan layar ponsel ku di aplikasi Instagram aku melihat sebuah akun yang berisikan tentang senam untuk ibu hamil.

Tentu saja itu langsung menarik perhatian ku, sepertinya kegiatan ini dapat mengisi rasa jenuhku karena seharian hanya berada di apartemen saja.

"Om, kalo aku mau ikut senam buat ibu-ibu hamil boleh gak?" Ucapku dengan sedikit berteriak karena memang jarak kami yang lumayan jauh.

Karena mungkin tidak enak jika harus berteriak kembali, dia pun berjalan ke arah ku sambil membawa laptop di tangannya.

"Senam yang kayak gimana?"

"Ini loh, senam khusus buat ibu hamil, bukan senam yang kayak biasanya gitu yang ngabisin banyak tenaga." Ucapku sedikit menjelaskan sambil menyodorkan rekaman video yang ada di ponselku.

"Kamu yakin mau ikut itu juga? Tadi katanya mau ikut les masak."

"Yakin! Les masak kan paling cuma sekali atau dua kali dalam seminggu, ini juga sama, palingan cuma sekali atau dua kali dalam seminggu, aku pasti bosen banget kalo di apartemen terus."

"Tapi saya takut kamu kecapekan."

"Senam kan bikin badan sehat, lagipula ini kan senam khusus buat ibu hamil, jadi jangan khawatir."

"Ya udah, nanti saya minta orang suruhan saya buat cari tempatnya yang dekat dari sini."

"Gak usah deh, video yang aku kasih lihat tadi, tempatnya tuh nggak jauh dari sini ternyata."

"Kalo gitu nanti saya urus pendaftarannya."

"Yey!! Makasih banyak!" Ucapku antusias sampai-sampai aku tidak sadar jika kini aku sedang memeluk tubuh pria yang ada di samping ku dengan erat saking kesenangannya.

Sadar atas apa yang telah aku lakukan, aku pun melepaskan pelukan itu dengan kikuk sekaligus merasa malu.

"Kenapa dilepas? Sini peluk lagi, saya nyaman."

Tanpa ragu, aku pun kembali masuk kedalam pelukannya. Satu tangan miliknya mengelus punggungku dengan lembut, sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk mengetik sesuatu di laptop miliknya.

Aku menyenderkan kepala ku di dada bidangnya merasa hangat dan nyaman, tapi aku pikir posisi seperti ini pasti membuatnya kesusahan untuk mengerjakan pekerjaannya yang ada di laptop.

"Aku lepas aja deh Om, pasti susah pakai laptopnya kalo kayak gini." Ucapku sambil mendongakkan kepala ke arah nya.

"Gak usah, ini sebentar lagi juga kerjaan saya selesai."

Menurut dengan apa yang dia katakan, aku pun kembali mengeratkan pelukan ku sambil menyandarkan kepala ke dadanya dan mulai memejamkan mata dengan perlahan karena merasakan kenyamanan.

Javar POV.

Pekerjaan yang saya kerjakan tadi sudah selesai dan berniat untuk menaruh laptop yang digunakan tadi ke meja kerja, tapi karena seseorang yang masih betah didalam pelukan saya mengurungkan niat saya untuk melakukannya.

Saya melirik ke arah bawah untuk melihat wajah wanita yang tampak tertidur damai dalam pelukan tersebut, entah kenapa melihat hal tersebut membuat senyum tipis saya mengembang. Kasihan juga jika dia tertidur dalam posisi seperti ini, pasti saat terbangun nanti badannya akan merasa pegal-pegal.

"Amira? Bangun dulu ya, kamu pindah ke kamar tidurnya." Dapat saya rasakan dia sedikit menggeliat didalam pelukan karena sepertinya merasa tidurnya tergantung.

"Eumm?? Om udah selesai ngerjain kerjaannya?" Dia bertanya dengan mata yang masih terpejam dan suara yang halus, terlihat sangat menggemaskan.

"Sudah, ayo pindah ke kamar, kamu kayaknya masih ngantuk."

"Gendong, aku males jalan."

Kenapa mendadak dia menjadi manja begini? Apa ini karena hormon kehamilannya? Saya teringat kepada mendiang ibunya Geovan yang seperti ini saat dulu mengandung Geovan.

Diangkatnya tubuh ramping milik wanita tersebut dan dibawa menuju ke dalam kamar, niat awal yang ingin menyimpan laptop ke atas meja kerja malah berubah menjadi membawa wanita ini ke atas ranjang, sedangkan laptop tadi tergeletak begitu saja di atas sofa.

"Kamu lanjutin lagi tidurnya."

"Udah gak bisa tidur lagi, aku males ngapa-ngapain."

"Ya udah tiduran aja di kasur."

"Temenin." Ucapnya manja, saya hanya terkekeh melihat hal tersebut dan ikut merebahkan diri disampingnya.

"Kenapa kamu jadi manja kayak gini?"

"Aku juga nggak tau, ini kayaknya anak Om deh yang manja, bukan aku nya."

"Anak kamu juga."

"Iya, anak aku sama Om."

Saya hanya terkekeh mendengarnya perkataannya dan kembali membawanya ke dalam pelukan, dia pun tidak banyak protes tentang itu, malah ikut menyelusupkan kepalanya ke dada saya.

Saat sedang menikmati kegiatan berpelukan ini, suara miliknya tiba-tiba menyadarkan saya.

"Om?"

"Hm? Ada apa?"

"Ayo nikah." Tentu saja perkataan tiba-tiba dari nya membuat saya terkejut, bukankah dia yang kemarin-kemarin menolak tegas untuk menikah?

"Setelah aku pikir-pikir menikah adalah jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh, aku gak mau anak ini lahir tanpa orang tua yang lengkap." Lanjutnya.

Hal itu tentu saja membuat saya tertegun, ternyata Amira memikirkan nasib anak kami nantinya.

"Kamu yakin tentang ini?"

"Aku yakin, aku juga kayaknya gak bisa kalo harus ngurus anak ini sendirian."

"Kita urus anak kita bareng-bareng, saya siap nikahin kamu secepatnya."

"Tapi aku minta pernikahan kita kecil-kecilan aja ya? Cukup ijab qobul aja, jangan ada resepsi dan aku juga minta tolong sama Om buat jangan kasih tau hal ini ke Geovan, kita nikah diam-diam tapi harus tetap sesuai dengan peraturan agama maupun negara." Jelasnya panjang lebar.

Saya hanya dapat memaklumi hal itu, mungkin dia masih belum siap jika mantan pacarnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak kandung saya sendiri mengetahui hal ini.

"Iya, nanti kita urus hal ini ke kantor urusan agama dan saya usahakan Geovan tidak tau tentang hal ini."

"Maafin aku ya? Aku belum siap kalo Geovan harus tau dalam waktu dekat ini."

"Tidak apa-apa, saya bisa memakluminya dan saya juga tidak keberatan tentang hal itu."

"Makasih banyak, Om Javar!" Dia pun memberikan hadiah kecupan singkat pada bibir saya, hal tersebut tentu saja membuat saya terkejut, sedangkan wanita yang tadi mencuri kecupan hanya tersenyum geli.

"Sama-sama. Tapi ada satu pertanyaan yang ada di dalam kepala saya sejak beberapa hari lalu, kenapa kamu saat itu menolak ajakan menikah dengan saya saat itu?"

"Eumm itu karena obrolan Om sama kolega Om pas makan malam waktu itu, Om bilang mau sama aku karena tubuh aku aja."

Ternyata karena hal itu dia menolak ajakan menikah dengan saya saat itu, padahal saya tidak serius mengatakannya.

"Saya tidak serius mengatakan itu, Amira. Waktu itu saya berniat menikahi kamu karena memang semata-mata untuk bertanggung-jawab atas perbuatan saya, tapi sepertinya sekarang bukan hanya itu tujuan saya, karena saya sudah merasa jatuh dalam pesona kamu."

Javar POV end.

_____________________________________

Hai, jangan lupa kasih komentar kalian buat bab kali ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!