Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Hati Ke Hati
Move On? Owen mengulang pertanyaan Tessa dalam hatinya.
“Move On?” gumamnya sekali lagi.
Perasaan Tessa tak karuan, menanti jawaban apa yang akan diberikan oleh suaminya. Di satu sisi, Tessa ingin suaminya jujur. Menjawab apa adanya sesuai dengan isi hatinya.
Namun di sisi yang lain, dia juga mengharapkan suaminya memberi jawaban yang sangat ingin ia dengarkan. Jawaban yang tak akan mungkin melukai hatinya.
“Bun, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu,” aku Owen.
“Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali aku memikirkan orang lain, selain kamu dan Aya,” lanjutnya.
“Ingin tahu alasannya?” tanya Owen.
“Hem,” jawab Tessa dengan dehaman.
“Sederhana saja, aku bahagia bersama kalian. Hidupku jauh lebih baik dengan kehadiran kalian,” ungkap Owen jujur.
Sekali lagi Owen membuat Tessa terkesiap. “Be-benarkah itu?” tanya Tessa.
“Aku sudah pernah mengatakannya padamu, entah kamu masih ingat atau bisa saja kamu sudah lupa. Namun jika kamu masih ingin menanyakannya lagi , tak apa. Aku akan menjawabnya tanpa pernah merasa bosan,” ujar Owen.
“Aku tahu kamu bisa merasakan kejujuranku, Bun,” imbuhnya.
Tessa terdiam cukup lama. Rasanya ia terjebak dengan pertanyaan yang ia ciptakan sendiri. Sekarang pertanyaan baru muncul lagi dalam benak Tessa.
Jika aku dan Aya terus berada dalam benaknya, apa itu berarti ia juga mulai memiliki perasaan untukku? Batin Tessa.
Helaan napas Owen menghentikan lamunan Tessa. “Sekarang apa lagi yang kamu ingin tanyakan, Bun?”
Tess menggeleng, “Tak ada. Tapi aku ingin meminta sesuatu padamu.”
“Minta apa?” tanya Owen tak sabar.
Owen seperti dejavu dengan situasi seperti ini. Momen seperti ini juga pernah terjadi pada mereka berdua, pikir Owen.
Salah satu momen yang paling menakutkan dalam hidupnya, yaitu saat Tessa menuntut perpisahan. Mana bisa Owen berpisah dengan Ayasya, putri kesayangannya.
“Bun, apa yang ingin kamu minta?” desak Owen.
“Jangan yang aneh-aneh, Bun. Jika ada yang mengganjal di hati dan pikiranmu, kita masih bisa membicarakannya,” lanjut Owen.
“Aku ingin kamu berjanji padaku,” ucap Tessa.
“Janji? Janji apa?”
“Aku dan kamu tahu bagaimana rumah tangga kita dimulai.” Tessa menarik napasnya panjang.
“Seandainya suatu saat kamu ingin berhenti menjalani rumah tangga kita. Atau, jika suatu saat nanti kamu sudah merasa bosan, muak dengan rumah tangga ini,” ucap Tessa.
“Cukup katakan dengan jujur padaku,” imbuh Tessa.
Owen menggeleng, mengapa ia tak bisa menebak apa yang dipikirankan istrinya. “Tak akan! Jangan berpikir yang aneh-aneh,” peringatnya.
“Dengarkan aku, Bang,” pinta Tessa. “Kan aku bilang seandainya.”
“Seandainya … kondisinya seperti itu, kumohon jujurlah padaku. Jangan lakukan hal apa pun di belakangku,” ujar Tessa.
“Katakan saja meski itu akan menyakitiku. Aku akan menerimanya, aku bersedia kecewa karena kejujuranmu.” Tessa mulai terisak. Genangan air matanya yang sejak tadi ia tahan mulai menetes dari sudut matanya.
Owen membawa Tessa ke dalam pelukannya. Ia memeluk istrinya begitu erat. “Bun, karena kamu yang meminta, maka akan aku lakukan. Aku berjanji Bun, aku akan jujur padamu.”
“Walau sebenarnya, aku lebih berharap kamu memintaku untuk selalu mempertahankan rumah tangga kita. Aku berharap kamu memintaku untuk menjaga keutuhan rumah tangga kita,” aku Owen.
Owen melerai pelukannya, kedua tangannya berada di lengan Tessa. “Bun, akan kukatakan sekali lagi, dan tak akan bosan kukatakan jika kalian berdua adalah kebahagiaanku.”
“Aku bahagia dengan kehidupanku. Itulah sebabnya aku akan berusaha membuat kalian juga merasa bahagia hidup bersamaku,” ucap Owen.
“Meski nanti akan banyak kamu temuk kekuranganku, tapi percayalah aku akan selalu berusaha yang terbaik jika itu menyangkut keluarga kita.” Owen membawa Tessa kembali ke dalam pelukannya membuat isak tangis Tessa lebih keras dari sebelumnya.
Dengan lembut Owen terus mengusap punggung istrinya. Berharap Tessa bisa merasa nyaman dan tangisnya pun mereda. Owen tak ingin pembicaraan mereka malam ini mengusik tidur lelap Ayasya.
“Entah itu Nawra atau siapa pun dan apa pun nanti, kita akan hadapi sama-sama. Kita akan saling percaya dan mendukung. Kamu setuju kan?” tanya Owen yang dijawab anggukan oleh Tessa.
Setelah itu tak ada lagi yang mereka bicarakan. Keduanya memilih diam dan menikmati momen yang ada. Saling berpelukan setelah meluapkan segala yang mengganjal di hati, membuat keduanya merasa lebih tenang.
...…...
Tiga hari telah berlalu, kondisi kesehatan Aya sudah jauh lebih baik. Dokter sudah mengizinkan Aya untuk beristirahat di rumah saja. Balita seperti Aya pastinya akan lebih nyaman saat berada di rumah, tempat yang tak asing untuknya.
Selama Aya di rawat di rumah sakit, kedua orang tua Tessa tak pernah absen untuk menjaga cucu semata wayang mereka. Hal ini membuat Bu Damira merasa tak nyaman. Sebab dengan kehadiran Mami Fhanie, apa yang hendak dilakukannya menjadi terbatas.
Berbeda dengan Owen yang merasa lebih tenang saat ia harus meninggalkan Tessa dan Aya saat bekerja. Terlebih dengan kehadiran Mami Fhanie, Nawra tak pernah lagi terlihat batang hidungnya.
Hari ini, Owen sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya. Hari ini putri cantiknya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Juga kedua mertuanya juga rencananya sore ini akan kembali ke Kota P.
“Semuanya sudah siap?” tanya Owen. “Coba diperiksa lagi, Bun. Barangkali ada barang yang tertinggal.”
Sementara Aya sedang asyik bermain bersama Oma dan Opa-nya, Tessa kembali memeriksa barang bawaannya. Setelah di rasa semuanya telah lengkap, ia pun mengajak suaminya untuk segera pulang.
Tessa sudah sangat merindukan rumahnya. Ia rindu berbaring di atas ranjang yang besar dan empuk. Ia juga rindu tidur dalam pelukan suaminya. Selama di rumah sakit keduanya harus rela tidur terpisah, Tessa tidur bersama Aya sedangkan Owen di sofa.
Tak ada banyak perbincangan selama perjalanan menuju ke kediaman Tessa dan Owen. Bu Damira yang juga ikut pulang bersama mereka, tak ada hentinya untuk menekuk wajahnya. Ia merasa semakin kesal pada Tessa, karena menganggap Tessa telah mengasingkannya.
Ketika rombongan Tessa telah tiba di rumah, Tessa dibuat terkjetu dengan apa yang dilihatnya. Salah satu sudut di bagian ruang tengah rumahnya, kini telah disulap menjadi playground mini untuk putrinya.
“Wow … Bang ini kerjaan kamu?” tanya Tessa masih tak percaya.
Owen menggelenng, “Bukan.”
“Semua ini hadiah dari Oma dan Opa untuk Aya,” jelas Owen.
Di saat setiap wajah di rumah itu menampilkan kebahagiaan, berbeda dengan Bu Damira yang merasa tak senang. Di pikirannya kini … besannya itu sengaja ingin memamerkan kekayaan mereka dengan membuat playground mini.
Dasar tukang pamer! Gerutu Bu Damira dalam hati.
Tidak anaknya … tidak Ibunya … mereka sama-sama menyebalkan! Mereka pasti sengaja ingin memamerkan kekayaannya padaku!
Sebenarnya Bu Damira sudah ingin sekali pergi dari rumah itu, namun ada suatu rencana yang telah ia susun bersama dengan Nawra.
Melihat wajah bahagia Tessa, mendengar gelak tawanya, membuat Bu Damira merasa semakin kesal.
“Oke … kau boleh saja tertawa saat ini. Tunggu saja sampai nanti kau akan merasakan hatimu hancur berkeping-keping,” gumam Bu Damira seraya terus manatap sinis pada Tessa yang sedang bermain bersama Ayasya.
...———————...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...