Setelah di selingkuhi oleh sang suami, Jeselyn Angelina bersumpah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga mantan suaminya. Namun malam naas terjadi dimana ia di perkosa oleh mantan kakak iparnya yang sudah memiliki istri, membuatnya hamil di luar nikah.
Apakah Jesi mau menjadi orang ketiga di antara hubungan mantan kakak ipar dan istrinya?
Atau Jesi harus berjuang membesarkan anaknya sendiri? Ikuti dan dukung kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEWARIS KELUARGA WIJAYA
" Sebenarnya Jesi bukan anak kandung kami."
Jeduarrrrr....
Bagaikan di sambar petir di siang bolong, Jesi sangat terkejut dengan fakta ini. Ia bahkan sampai melongo membulatkan mata dan sedikit membuka mulutnya, ia terus menatap pria yang selama ini ia anggap sebagai ayahnya. Bu Laras menggenggam tangan Jesi seolah memberikan kekuatan di sana.
" A... Apa yah?" Tanya Jesi terus menatap sang ayah dengan tatapan tak percaya. " Aku bukan anak kandung ayah dan ibu?" Jesi pun menatap bu Laras dan pak Vandi bergantian. Ia tidak pernah menyangka, kedua orang tua yang sangat menyayangi dirinya ternyata bukan orang tua kandungnya.
" Lalu aku anak siapa yah?" Tanya Jesi lagi masih dengan keterkejutannya. Sebenarnya Andra juga tidak kalah terkejutnya, ia tidak menyangka jika Jesi bukan darah daging mereka. Pantas saja waktu menikah pak Vandi menggunakan wali hakim sebagai wali nikah Jesi.
Pak Vandi menghirup oksigen dalam dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Sebenarnya ini terlalu cepat karena Jesi belum genap dua puluh lima tahun, namun ia sudah tidak bisa membendung perasaannya lagi. Meskipun ia bukan ayah kandung Jesi, namun ia yang membesarkan Jesi. Ia tidak terima jika apa yang seharusnya menjadi milik Jesi di nikmati oleh orang lain.
" Jeselyn Angelina Wijaya, adalah nama pemberian kedua orang tuamu sejak kamu baru lahir. Tapi karena suatu hal akhirnya nama Wijaya di hapus dari namamu." Ujar pak Vandi. Jesi dan yang lainnya hanya menyimak.
" Sebenarnya kamu anak tuan Wijaya Kusuma dan nyonya Rachel Kanae, majikan ayah dan ibu dulu di Jakarta. Kamu yang sengaja di sembunyikan di sini bersama ayah dan ibu setelah kamu selamat dari kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orang tuamu saat itu. Kecelakaan itu bukan kecelakaan biasa, ada seseorang yang mencoba menyabotase kecelakaan itu, yaitu pamanmu sendiri."
Jesi semakin terkejut dengan cerita pak Vandi. Bagaimana ada saudara yang dengan tega mencelakai kakaknya sendiri? Apa sebenarnya tujuan orang yang di sebut sebagai paman itu? Keluarga macam apa itu? Pikir Jesi.
" Pamanmu, tuan Rayyan Wijaya sengaja mencelakai kedua orang tuamu demi bisa merebut semua harta kedua orang tuamu. Namun setelah berhasil melenyapkan tuan Wijaya beserta istrinya, tuan Rayyan masih mencari cari keberadaanmu, dia akan membunuhmu karena ternyata di dalam surat wasiat yang tuan Wijaya tulis, semua harta akan berpindah tangan kepadamu setelah kematiannya. Demi menyelamatkan kamu dan demi kamu bisa merebut semua yang telah tuan Rayyan curi dari kedua orang tuamu, kami membawamu ke kota ini supaya tuan Rayyan tidak bisa menemukanmu. Kamu bisa mengambil alih harta warisan itu setelah kamu berumur dua puluh lima tahu. Tapi ayah rasa, pengacara keluarga tuan Wijaya bisa membantumu." Jelas pak Vandi.
Tak terasa air mata Jesi menetes membasahi pipi. " Hiks.. Kenapa dia begitu tega ayah? Apa salah kedua orang tua Jesi? Jika paman mau mengambil semua harta orang tuaku, kenapa harus membunuh mereka? Hiks.. Apa sekarang paman sudah menerima balasan akibat semua perbuatannya kepada kedua orang tuaku?" Isak Jesi menatap pak Vandi.
" Belum, tidak ada bukti keterkaitan tuan Rayyan dengan kecelakaan itu. Entah bagaimana dia bisa membuang bukti itu, padahal ayah sendiri saksi mata yang menyaksikan jika dia membayar orang untuk menabrak mobil yang orang tua kamu tumpangi." Sahut pak Vandi.
" Itu artinya dia masih berkeliaran bebas di sana?" Tanya Jesi lagi, ia mengusap air matanya sendiri.
" Ayah tidak tahu, tapi dari kabar yang ayah dengar dari teman ayah yang masih bekerja di kawasan tempat tinggal orang tuamu, beliau sudah meninggal dunia. Perusahaan ayah kamu di teruskan oleh istrinya, dan anak perempuannya bekerja sebagai model." Sahut pak Vandi.
Jesi mengepalkan erat tangannya, dadanya bergemuruh membayangkan keluarga seorang penjahat sedang tertawa ria menikmati hasil curiannya.
" Aku pasti akan merebut semua milikku. Tunggu saja!" Batin Jesi.
Andra yang menyimaknya dari tadi menatap pak Vandi. " Kenapa nama yang ayah sebutkan sangat familiar di telingaku? Tapi siapa? Apa aku mengenalnya? Tapi sepertinya aku tidak mengenal orang itu. Mungkin namanya pernah aku dengar sebelumnya." Batin Andra.
" Andra, ayah ingin kamu membantu Jesi nak." Ucap pak Vandi.
" Apa yang bisa aku bantu yah?" Tanya Andra.
" Kamu harus membantu Jesi mengambil kembali semua haknya. Seluruh harta keluarga Wijaya harus jatuh ke tangan pemilik sebenarnya. Apa kau sanggup melakukan itu, Ndra?"
" Berikan saja data orang itu beserta alamatnya yah. Aku dan orang ku akan membantu Jesi mendapatkan haknya. Aku akan melakukan yang terbaik untuk istriku." Ujar Andra.
" Ayah percaya padamu, mengingat koneksimu yang luas pasti kamu bisa melakukannya." Ujar pak Vandi.
" Semoga yah, tapi aku juga butuh dukungan dari ayah." Sahut Andra. Ia prihatin dengan nasib yang di alami oleh Jesi. Ia tidak menyangka jika wanita yang telah ia nikahi rupanya terlahir dari keluarga kaya.
" Ayah pasti akan membantumu, dulu dia tinggal di kota xx, di jalan mawar hitam nomer sepuluh. Kalau sekarang ayah tidak tahu karena kata teman ayah mereka sudah pindah." Ujar pak Vandi.
" Baik yah nanti aku akan perintahkan Arvan untuk menyelidiki tempat tinggal baru mereka. Ayah tenang saja! Terima kasih sudah mempercayakan hal ini padaku yah." Ucap Andra di balas anggukkan kepala oleh pak Vandi.
Jesi nampak diam saja, sepertinya ia larut dalam kesedihannya. Melihat itu Andra mendekatinya, ia duduk di samping Jesi sedangkan bu Laras mengajak pak Vandi ke belakang. Mereka ingin memberikan waktu berdua kepada Jesi dan Andra.
" Jangan sedih ya dek, mas turut prihatin atas kejadian ini." Andra mengelus punggung tangan Jesi.
" Bagaimana aku tidak sedih mas? Orang tuaku meninggal karena tindak kejahatan oleh pamanku sendiri. Kenapa paman begitu tega kepada kami? Paman telah membuat aku sebagai yatim piatu hiks.. " Jesi kembali menangis, meskipun ia tidak mengenal orang tua kandungnya, namun naluri seorang anak mengatakan tidak bisa menerima kepergian kedua orang tuanya dengan cara seperti ini.
Andra menarik kepala Jesi agar bersandar di pundaknya. Ia mengelus kepala Jesi dengan lembut.
" Mas akan membantumu menemukan keluarga pamanmu. Kita akan menuntut keadilan kepada mereka dan membuat mereka mengembalikan semua yang mereka ambil darimu. Kamu yang tenang ya, jangan banyak pikiran! Pikirkan kesehatanmu dan kesehatan anak kita juga. Mas tidak mau sampai kamu kenapa napa. Apalagi mas mau pulang ke kota, mas tidak bisa jagain kamu kalau kamu sampai sakit dek." Ujar Andra penuh perhatian.
Jesi menganggukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
" Apa kamu mau jalan jalan biar nggak sedih lagi hmm? Mas bisa membawamu jalan jalan kemana kamu mau mumpung ada waktu." Tawar Andra.
" Tidak mas, aku mau di rumah saja." Sahut Jesi.
" Baiklah, mas akan temani kamu di sini sebelum mas pulang ke kota. Maaf ya mas harus meninggalkanmu secepat ini, mas janji kalau mas ada libur, mas pasti akan ke sini menjengukmu dan calon anak kita." Ucap Andra.
" Tapi jangan keseringan mas, aku takut mbak Raya marah padaku." Ujar Jesi mulai tenang.
" Kamu tenang saja, mas pasti bisa mengatur waktu. Kamu jaga diri baik baik ya, minum obatnya secara teratur biar sehat. Kunjungan kedua tunggu mas ya, jangan seperti kemarin." Ujar Andra.
" Iya mas." Sahut Jesi patuh.
Andra cukup bahagia pada akhirnya Jesi menerimanya. Ia berharap mereka bertiga bisa bahagia bersama. Ia akan memikirkan cara supaya Raya mengagalkan perjanjian mereka setelah Jesi melahirkan nanti. Andra tidak mau kehilangan salah satu dari mereka, baik itu Jesi maupun anaknya.
**
Setelah Andra pulang dari rumah Jesi, ia meminta Arvan untuk menyelidiki seseorang bernama Rayyan Wijaya dan silsilah keluarganya. Ia akan membantu Jesi sampai Jesi mendapatkan kembali hak haknya.
Drt... Drt...
Telepon Andra berdering tanda panggilan masuk. Rupanya dari Arvan, ia pun segera mengangkatnya.
" Halo tuan." Sapa Arvan di sebrang sana.
" Katakan!" Titah Andra.
" Saya sudah menyelidiki apa yng anda perintahkan tuan. Berdasarkan hasil penyelidikan saya, tuan Rayyan Wijaya ternyata ayah mertua anda."
Jeduarrrr......
TBC....
💪💪❤️❤️
*munafik
saat novel suami selingkuh kau laknat habis habis tapi saat novel istri selingkuh kau bela dan kau benarkan
ini lah dari dulu aku bilang semua orang bisa berkarya saat wanita baik2 berkarya mereka akan buat novel suami atau istri selingkuh dan mereka akan melaknat perselingkuhan itu
saat wanita murahan tukang selingkuh buat novel mereka akan membuat novel perselingkuhan dan mereka akan membela perselingkuhan itu
dan saat wanita munafik dan murahan tukang selingkuh buat novel, saat mereka buat novel suami selingkuh dia akan laknat tapi saat mereka buat novel istri selingkuh dia akan bela dan benarkan dan jelas cerminan diri nya sendiri
jadi jelaskan author dari novel mu kau termasuk yang mana
aku bukan jijik baca novel mu tapi aku jijik dengan pola pikir munafik mu dalam membuat novel