"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Niat keji Azzam
Bab 20 Niat keji Azzam
•••
Tak hanya menyentuh paha Naya. Ilham bahkan mencium paha tersebut. Clara yang menyaksikan semua itu mulai kebakaran jenggot karna cemburu.
Ilham pun bangkit dan mulai kembali melanjutkan makannya. Dengan sesekali mengedipkan mata pada Naya.
Jam istirahat pun berakhir. Kini, Ilham sedang berada di ruang Dosen. Ia masih tersenyum membayangkan apa yang terjadi di kantin tadi. Hingga sebuah aroma parfum menyeruak masuk ke indra penciumannya.
"Pak." sapa seorang gadis tinggi mengenakan pashimna yang melilit dan berpakaian cukup ketat.
Clara.
Pandangan Ilham biasa saja. Clara langsung duduk di hadapan Ilham.
"Ada apa kamu kesini, Clara?" Ilham kembali fokus menatap catatannya sembari membetulkan letak kacamatanya.
"Saya suka sama Pak Ilham. Saya harap bapak mau jadi pacar saya." ucap Clara.
"Maaf Clara, tapi saya..." kalimat Ilham terpotong saat Clara langsung duduk di pangkuannya.
Meski, Ilham tidak suka. Namun, ia harus bersikap baik, mengingat ini masih si area kampus. Ditambah juga Clara adalah mahasiswinya, jadi ia tidak boleh mengeluarkan sisi buruknya disini.
Kebetulan Naya yang masuk sembari membawa laporan untuk Dosen lain sepintas melihat hal itu. Ruangan dosen itu nampak sepi sekali. Ia hanya melihat Ilham dan Clara saja disana.
"Saya lebih sexy daripada Naya, Pak..." Clara mulai memajukan dadanya.
Ilham mencoba mendorong tubuh Clara. Namun gadis itu malah menarik kerah Ilham, hingga akhirnya bibir mereka saling bertemu. Ilham yang terbuai akan permainan Clara, lambat laun mulai membalas ciuman itu.
Melihat hal itu, Naya seketika jadi jijik dan mual bersamaan.
'Dia benar-benar menjijikkan!' batin Naya.
Ilham melihat hal itu sontak langsung menyudahi ciuman mereka. Sedangkan, Clara tersenyum menyeringai menatap Naya yang sudah pergi.
Didalam kelas, Clara melempar Naya dengan secarik kertas. Ia menatap Naya dengan pandangan tidak suka.
Naya melihat isi dari kertas tersebut.
"Dasar p*lacur. Kamu godain pak Ilham, 'kan?"
Naya menatap isi kertas tersebut jadi begitu marah. Namun, ia menahan amarahnya saat seorang Dosen masuk. Naya tercengang, bukan Ilham yang masuk. Melainkan, orang lain.
Kemana dia? Pikir Naya.
Baguslah kalau dia tidak masuk hari ini, pikirnya lagi.
Dan sepintas bayangan Ilham yang berciuman dengan Clara tadi menghantui dirinya.
"Aku tidak akan mau lagi Kembali padanya. Aku bukan budaknya..." lirih Naya.
"Loh, Pak Ilham mana Pak?" tanya Clara mulai angkat bicara.
"Dia ada urusan mendadak di luar kota." jawab pria paruh baya dengan hanya memiliki sedikit rambut di kepalanya.
Naya tidak ambil pusing. Setidaknya, ia tidak harus bertemu dengan pria itu lagi. Insiden di kantin tadi sungguh sangat membuat Naya menjadi jijik ditambah di ruang Dosen.
•••
Malam ini, Naya diundang makan malam oleh Ibu Mazaya dan Pak Yusuf.
Naya menikmati makan malam dengan tenang dan suasana kekeluargaan yang begitu ia rindukan.
Ia melirik Azzam yang kedapatan tertangkap basah sedang menatap dirinya. Pria itu sontak langsung menundukkan kepalanya.
"Silahkan ditambah lagi, Nak." ucap Ibu Mazaya.
"Iya, Ummi." balas Naya kembali mengambil sayur kangkung dalam wadah kaca.
"Malam ini tidur disini aja ya, Kak " ujar Yumna adik Azzam.
"Gak bisa, dek. Kan besok kakak kuliah. Sedangkan, buku Kakak di kos-kosan." jelas Naya. Wajah Yumna langsung berubah murung seketika.
"...lain kali ya kakak akan tidur disini."
Yumna hanya tersenyum tipis.
"Nanti pulang diantar sama Azzam ya, Nak." saran Pak Yusuf.
"Gak perlu, Abi. Aku bisa pulang sendiri kok." tolak Naya halus.
"Gak apa-apa, Nay. Biar aku yang anterin kamu pulang..." ujar Azzam.
Akhirnya, Naya pulang diantar dengan Azzam. Dengan pria itu juga membawa motornya.
"Makasih ya, Zam." ucap Naya dan langsung masuk kedalam rumah.
"Nay, boleh aku numpang ke kamar mandi nggak? Aku udah gak tahan nih." ujar Azzam.
Naya nampak ragu, namun akhirnya ia mengiyakan. Naya langsung mempersilahkan Azzam untuk masuk. Azzam baru pertama kali ini masuk kedalam kos kosan milik perempuan.
"Kamar mandinya ada di dapur, Zam." tunjuk Naya.
Azzam pun mengangguk paham. Ia menatap area dapur yang cukup bersih. Tak lama, ia pun keluar. Ia melihat suasana rumah kos ini yang sepi.
"Kemana teman sekamar kamu, Nay?" tanya Azzam.
Naya duduk di sofa ruang tengah, "ohh, mereka sedang ada kegiatan diluar kampus. Mungkin besok udah balik." jawab Naya.
Ia pun bangkit ingin mengantar kepergian Azzam. Namun, Azzam nampak berdiri di tempat.Ia pun berbalik.
"Apa kamu serius nolak lamaran aku, Nay?" tanya Azzam lembut, namun pandangannya begitu sayu.
"Maaf, Zam. Aku gak bisa terima kamu." tolak Naya.
"Tapi kenapa?" Nada suara Azzam mulai tinggi.
Naya jadi takut.
Azzam malah memengang kedua tangan Naya. "Kenapa Nay? Kenapa?"
"Kamu kenapa gini sih, Zam? Kamu jadi aneh!" Naya berusaha melepaskan diri. Namun, Azzam semakin memeluk pinggang Naya dengan erat.
"Azzam lepasin, Zam! Istighfar, Zam!" teriak Naya.
Azzam melepaskan pelukannya dari tangan Naya. Kini, ia malah berbalik menahan wajah Naya.
"KAMU JANGAN GILA, ZAM!" teriak Naya. Ia jadi takut dengan perilaku Azzam saat ini.
"Aku suka sama kamu, Nay. Tapi, kenapa kamu malah nolak aku. Kenapa?" tanya Azzam dengan wajah sedih.
Ia langsung menjatuhkan Naya diatas sofa dja menindih wanita itu. Naya tak tinggal diam, ia terus memberontak. Kini, bahkan Azzam menarik cadar dari wajah Naya.
"Azzam!" bentak Naya.
Azzam bahkan mencoba mendekatkan wajahnya perlahan, membuat Naya jadi panik.
"Dasar Zam kamu udah dibutakan hawa nafsu!" ujar Naya mencoba menyadarkan Azzam. Namun, pria itu seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Prang!
Naya memukul kepala Azzam. Tetesan darah langsung turun membasahi wajah pria itu. Naya sekuat tenaga langsung mendorong tubuh Azzam.
Pandangan Azzam seketika langsung berubah.
"Maafin aku, Nay. Aku khilaf." sesalnya.
Wajah Naya begitu marah sekali, matanya berair menatap tajam pada Azzam.
"PERGI!" teriak Naya sembari menyodorkan Vas yang ujungnya sudah retak itu.
Azzam merasa pusing, ia mundur perlahan dengan kepala terluka.
"Aku minta maaf, Nay." sesalnya lagi.
"KELUAR!" teriak Naya.
AZzam akhirnya pun keluar dari rumah itu dengan hati hancur. Merutuki dirinya yang dibutakan oleh hawa nafsunya. Ia langsung naik ke atas motornya.
"DASAR BODOH!" rutuknya.
SEdangkan Naya masih Shock hingga ia terduduk diatas sofa. Kenapa pria yang sudah ia anggap sebagai teman dan adik sendiri malah mencoba melakukan hal keji padanya.
Ia benar-benar kecewa dengan Sifat Azzam.
To be continue...
aku tunggu up nya dari pagi maa Syaa Allah 🤭 sampai malam ini blm muncul 😁
kira-kira itu pak dosen gila ngapain krmh ibu Yanti 🤔