Baby Twins Milik Ceo

Hana tersenyum bahagia melihat antusiasme kedua anaknya, Xander dan Ciara, yang tak sabar menunggu pertunjukkan lumba-lumba di taman akuarium. Mereka sengaja memilih duduk di bangku paling depan, agar bisa melihat aksi lumba-lumba dengan jelas dan merasakan semburan airnya.

"Yah, semoga hari ini ikan lumba-lumba nya pintar-pintar, jadi kita bisa menikmati pertunjukannya," kata Hana, mengelus kepala Xander yang masih asyik memandangi kolam besar di hadapannya.

Ciara, yang tak bisa menyembunyikan kegirangannya, menjawab, "Iya, mommy, pasti lumba-lumba nya pintal cepelti Cia. Cia mau melihat meleka melompat tinggi dan belmain bola" ucap Ciara heboh, dia pernah menonton pertunjukkan lumba-lumba namun di hp om nya, berbeda dengan sekarang dapat menonton langsung.

Tak lama kemudian, lampu di sekitar kolam mulai meredup dan musik pengiring pertunjukkan mulai mengalun. Para pengunjung mulai bersorak gembira, termasuk Xander dan Ciara yang ikut bersorak histeris.

Hana pun terpukau saat lumba-lumba pertama muncul dari permukaan air, melompat dengan anggun, dan menyambut tepuk tangan penonton.

Seiring berjalannya pertunjukkan, Hana merasa begitu bahagia melihat kedua anaknya terpesona dengan aksi lumba-lumba yang lincah. Mereka bersorak, tertawa, dan sesekali mengibas-ngibaskan tangan mereka ke arah lumba-lumba, seolah ingin berkomunikasi dengan makhluk cerdas itu. Di saat itulah Hana menyadari betapa berharganya waktu yang ia habiskan bersama anak-anaknya, menciptakan kenangan indah yang tak akan pernah terlupakan.

Pelatih itu berjalan dengan sigap, mencari penonton yang bersemangat untuk berinteraksi langsung dengan hewan mamalia yang tengah dilatihnya. Teriakan dan sorakan menggema di seantero stadion, semua ingin mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman yang luar biasa itu.

Di antara kerumunan penonton, Ciara dan Xander juga bersemangat untuk menjadi yang terpilih.

Ciara melompat-lompat, tangannya terangkat tinggi sambil berteriak, "Cia mau, Cia mau cium lumba-lumbanya!" Wajahnya bersemangat dan penuh harap, matanya bersinar menatap sang pelatih.

Xander, yang berdiri di samping Ciara, juga tidak mau ketinggalan. Ia berteriak dengan lantang, "Aku juga!" lengannya mengibarkan sembari berusaha menarik perhatian pelatih.

Pelatih itu berhenti sejenak, melihat antusiasme yang luar biasa dari Ciara dan Xander. Ia tersenyum dan mengangguk, kemudian menunjuk keduanya untuk maju ke depan.

Sorakan riuh dari penonton semakin keras, mereka merasa senang melihat kedua bocah menggemaskan itu. Dengan langkah gembira, Ciara dan Xander berjalan menuju pelatih yang sudah menunggu dengan lumba-lumba di sampingnya.

Keduanya saling berpandangan, merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari atraksi menarik ini. Saat itu, mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa, sebuah pengalaman yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.

Ciara langsung bergeming takjub melihat lumba-lumba yang berenang lincah. Dia menatap dengan mata berbinar, tak sabar ingin berinteraksi langsung dengan hewan yang selama ini hanya bisa dia lihat di telpon genggam milik Zaka.

Namun, begitu pelatih mempersilakan Ciara untuk mendekati lumba-lumba, keberanian gadis kecil itu seketika menguap. Ciara langsung berlari dan bersembunyi di balik punggung Xander, membuat bocah itu merasa kesal.

"Kamu ngapain bersembunyi, Cia? Katanya tadi mau minta dicium lumba-lumba," ucap Xander sambil mengernyitkan dahi.

Mendengar pertanyaan Xander, Ciara mengecilkan suaranya, "Cia takut, Bang. Nanti kalau Cama dimakan cama ikannya, gimana? Emangnya, Abang mau kehilangan Cia?"

Xander menghela napas, mencoba menenangkan adiknya yang ketakutan. "Badanmu gendut, mulut lumba-lumba nggak akan muat makan kamu. Lagian, lumba-lumba itu jinak. Mereka nggak akan nyakitin kamu, Cia." bujuk Xander.

Ciara masih ragu, tapi melihat wajah Xander yang meyakinkan, dia mulai merasa lebih tenang.

"Baiklah" pasrah Ciara.

Perlahan gadis kecil itu melangkahkan kakinya ke pinggir kolam mendekati lumba-lumba dengan di dampingi oleh sang pawang. Ia mencondongkan wajahnya agar dapat di cium oleh binatang mamalia tersebut.

Tetapi bukan ciuman yang Ciara dapatkan, melainkan semburan air. Wajah Ciara langsung merah padam, hidungnya kembang kempis karena marah.

Tanpa aba-aba Ciara memukul kepala lumba-lumba.

Plak.....

"DACAL IKAN NDA ADA OTAKNYA, CIA MAU MINTA CIUM MALAH DI CEMBUL. KECAL CEKALI PELACAAN CIA, DI BUATNYA BAJU CIA BACAH CEMUA" Amuk Ciara sambil berkacak pinggang.

Xander menarik tubuh adiknya ke belakang, dia takut sang adik berlaku keras lagi terhadap binatang tersebut.

"LEPACIN CIA BANG, MAU CIA AJALIN COPAN CANTUN IKANNA BIAL NDA CEMBUL-CEMBUL OLANG LAGI" ucap Ciara sambil meronta minta di lepaskan. Semua penonton tertawa melihat gadis menggemaskan itu mengamu.

Xander yang sudah malu, mengalihkan pandangannya kearah sang mommy, berharap mommy nya itu menolong dirinya untuk menenangkan sang adik.

Hana terkekeh, dan menghampiri kedua buah hatinya. Wanita itu mensejajarkan tubuhnya sambil memegang kedua bahu putrinya.

"Cia ngga boleh marah-marah, tadi lumba-lumbanya cuma mau ajak Cia main" ucap Hana memberi pengertian kepada sang putri.

"Tapi gala-gala dia baju Cia bacah, gimana ini, mommy" rengek Ciara yang merasa risih dengan tubuhnya yang basah akibat ulah ikat tersebut.

"Kita ke kamar mandi ya, kebetulan mommy bawa baju ganti untuk kalian" ucap Hana.

******

Rahang Angkasa mengeras saat melihat rekaman CCTV yang dipegang Victor. Dalam rekaman itu, terlihat jelas Hana bersama kedua anaknya dan adiknya masuk ke dalam bis yang akan membawa mereka keluar kota.

"Ternyata benar, wanita itu sengaja kabur dariku" gumam Angkasa dengan penuh amarah.

Victor, yang melihat ekspresi marah Angkasa, mencoba memberikan informasi lebih lanjut. "Tuan, kami sudah melacak tujuan bis itu. Mereka ternyata berada di kota ini. Bahkan, saat ini mereka sedang menikmati waktu bersama di salah satu tempat hiburan di kota ini," ucap Victor sambil menunjukkan foto-foto kebersamaan Hana dan kedua buah hatinya yang diambil dari jarak jauh oleh orang suruhannya yang bernama Rudi.

Mata Angkasa semakin menyala melihat foto-foto tersebut. Amarahnya semakin memuncak dan ia merasa dikhianati oleh istrinya. "Aku harus segera pergi ke sana dan merebut anak-anakku dari wanita itu. Tak peduli apa yang terjadi, aku tidak akan membiarkan mereka jauh dari pelukanku," ujar Angkasa penuh tekad.

Tanpa membuang waktu, Angkasa bersama Victor segera berangkat menuju lokasi yang ditunjukkan dalam foto. Di dalam mobil, Angkasa tidak henti-hentinya memandang foto anak-anaknya dengan pandangan yang rumit. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi yang jelas ia harus mendapatkan kedua buah hatinya.

Ketika sampai di tempat hiburan itu, Angkasa melihat Hana sedang tertawa bersama anak-anaknya. Rasa marah dan cemburu mulai menyelimuti hatinya, namun ia tahu bahwa saat ini bukan waktunya untuk emosi. Ia harus mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan wanita itu.

Sementara itu di sisi Hana.

"Sudah siang, ayo kita makan" ajak Hana. "Kalian mau makan apa?" tanya nya kepada keuda anaknya.

"Cia mau makan bakco mommy" seru Ciara.

"No, aku mau makan ayam bakar mom" timpal Xander yang berbeda pendapat dengan sang adik.

"Ayam bakalnya nanti malam aja, ciang-ciang begini enaknya makan bakco tau" sahut Ciara.

"Bakso terus, nanti badanku bulat seperti kamu" cibir Xander.

Hana menghela nafas pelan, "Tentukan dulu, kalian mau makan apa. Kita tidak mungkin berpencar, nanti siapa yang menjaga kalian" ucap Hana.

Ciara dan Xander akhirnya berdiskusi untuk menentukan makanan apa yang akan mereka makan.

"Baiklah, kita makan bakso aja mom. Tapi nanti malam Xander mau makan ayam bakar ya" putus Xander mengalah. Ia berharap sang mommy nanti malam mau menuruti kemauannya untuk makan ayam bakar kesukaannya.

"Iya sayang, nanti malam mommy akan buatkan ayam bakar yang enak untukmu" ucap Hana.

"Ye...telima kacih mommy"

"Terima kasih mom, mommy memang yang terbaik"

Sorak mereka berdua, dan menubruk tubuh mommy nya secara bersamaan. Membuat ketiganya tertawa terbahak-bahak.

Dari kejauhan Angkasa memperhatikan mereka bertiga. Sudut bibirnya tertarik keatas melihat Kedua anaknya yang sangat menggemaskan. dia tak sabar ingin segera memilikinya.