Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
"Kenapa kau tak jujur pada kami, nak?" tanya Keinya setelah Lila tenang.
Lila melepas pelukannya, dan menatap mamihnya. "Ma-mamih, aku bersumpah aku tak pernah menggoda Raffael, di-dia me ..." Lila tak sanggup lagi meneruskan ucapannya karna dia tak sanggup membicarakan luka yang sudah dibuat oleh Rafael.
Tangan Keinya tergerak mengusap air mata putrinya. "Maafkan mamih dan papih Lila, karna kami tak bisa menjagamu, hingga kau harus mengalami hal buruk," jawab Keinya.
Lila menggeleng, "Mamih, ini bukan salah mamih atau salah papih, ini sudah takdirku. Raffael selalu berkata, bahwa aku hanya ingin harta mamih, dan papih, ta-tapi aku bersumpah demi nyawaku dan nyawa putra ku, a-aku tak pernah berniat sedikitpun melakukan hal yang Raffael tuduhkan kepadaku." Lila kembali memeluk Keinya menumpahkan tangisannya.
"Dengar, sayang. Mamih dan papih tak pernah menganggapmu begitu. Maafkan mamih dan papih yang tak memberi tau mu yang sebenanya." Keinya menjeda ucapannya, kemudian dia melepas pelukannya, dan menangkup pipi Lila. "Lila, walaupun mamih, dan papih tak ada hubungan darah dengan mu, tapi kami sangat menyayangimu, nak ... Mamih, dan papih menyayangimu, layaknya kami menyayangi adik-adikmu. Kau tau betapa tersiksanya kami setelah kau pergi ... Sampai kapanpun kau tetap putri pertama kami, dan takan ada yang bisa merubah itu, jadi mamih mohon, pulanglah bersama kami, nak." Keinya terus menghapus air mata Lila, yang terus menangis saat dia berbicara.
"Mamih, aku tak bisa pulang, sejak awal tempat ku disini. Ji-jika aku pulang, pa-pasti, Rafael akan membunuhku dan putraku, aku tak bisa mamih, aku takut," lirih Lila dengan tangisan yang lebih kencang.
"Dengar, nak. Raffael atau siapa pun tak akan pernah bisa mengaggumu lagi, mamih, akan melakukan apapun untuk menjagamu, jadi mamih mohon, pulanglah sayang bersama kami."
Melihat ketulusan yang diucapkan Keinya, Lila mengangguk, dan Keinya langsung memeluk Lila, menumpahkan tangis bahagia karna telah bisa membawa putrinya pulang.
"Lalu, dimana cucu mamih sekarang, siapa yang menjaganya?"
"Putra ku, sedang dipanti asuhan, mamih."
"Kau, meninggalkannya dipanti asuhan, sayang?" tanya Keinya dengan terkejut.
Lila menggeleng, "Mamih, dari awal aku memang tinggal dipanti asuhan, aku dan ibu panti harus bekerja keras untuk membiyayai anak yatim. Dan setiap aku bekerja, ibu panti yang akan mengasuh putra ku."
"Mulai sekarang, lupakan apa yang mamih Tya katakan. Sampai kapan pun kau tetaplah putri kami. Takan ada yang bisa merubahnya. Jangan pernah lagi berpikir kami akan meninggalkan, mu, kau mengerti?"
Lila pun tersenyum dan mengangguk. Tak lama Bram datang membawa kresek berisi dus makan siang. Saat Keinya duduk bersama Lila, Bram langsung meninggalkan mereka untuk berbicara pada direktur rumah sakit untuk meminta ijin membawa Lila pulang, dan setelah mendapat ijin, dia pergi kekantin untuk membeli makan siang untuk putrinya. Karna dia melihat dengan jelas bagaimana tadi putrinya menatap makanan yang terjejer di etalase, namun putrinya malah membeli roti dan air mineral.
Bram, mendekat mengelus rambut Lila dari belakang, "Makanlah, papih tau kau masih lapar," ucap Bram sambil menyodorkan kresek yang dibawanya.
Tapi dengan cepat, Keinya mengambil bungkusan itu, karna ingin menyuapi Lila.
Mata Lila berbinar, saat melihat makanan didepannya. Bagaimana tidak, selama sebulan dia tak pernah makan makanan dikantin, karna bu Resna selalu membuatkannya bekal, tentu saja hanya bekal yang amat sederhana. Dia selalu ingin makan makanan dikantin yang menggugah seleranya. Namun sayang, dia sama sekali tak punya uang untuk membelinya karna dia hanya membawa uang untuk ongkos pulang pergi.
jangan jualan bawang disini plisss 😭😭😭
tetep nyesekk