Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Seperti biasanya pukul sepuluh Inha pergi ke restoran bersama pak Ari.Dan saat banyak pengunjung terutama weekend maka Inha tanpa ragu turun ke dapur untuk membantu memasak.
Ia memiliki ruangan khusus di lantai tiga, tempat tinggal khusus karyawan. Satu ruangan untuknya tidur dan mengecek semua laporan keuangan. Di ruangan ini Inha dapat menyendiri dan merasa tenang. Tapi entah mengapa beberapa bulan ini ia merasa terganggu dengan kedatangan tamu itu. Pria duda yang selalu datang disaat jam makan siang. Dan yang lebih menyebalkan lagi pria itu selalu meminta Inha yang memasak padahal masih ada chef yang lain nya.
"Tok.. Tok.. Tok... " Suara ketikan pintu terdengar dari luar.
"Masuk."
"Maaf nona, tuan Richi ingin bertemu dengan anda. "
"Dia lagi. " Gumam Inha dengan wajah cemberut. " Mau makan lagi dia, suruh chef Airin yang masak. Aku sedang tidak ingin diganggu. " Perintah nya
" Aku tidak ingin makan tapi ingin bicara denganmu secara empat mata. "Kali ini suara bass seorang pria terdengar dari luar.
Inha melirik tajam pria itu, menjengkelkan karena pria itu berani datang ke lantai tiga yang dikhususkan untuk karyawan restoran.
"Aku sudah ijin Raffa untuk datang ke lantai tiga ini. " Richi berkata sembari mengulas senyum. Tentu saja dia sudah mendapatkan lampu hijau untuk bicara dengan Inha di restoran
Inha hanya berdecak. Menyebalkan, lirihnya.
" Aku tidak punya banyak waktu Om, kita bicara hanya sepuluh menit. " Inha selalu memanggil Richi dengan sebutan Om karena umur mereka terpaut sebelas tahun.
"Saya permisi dulu nona. " Karyawan Inha ssolah mencium aroma pertengkaran dan lebih baik ia pergi dari tempat menakutkan itu.
Richi melihat ruangan itu, ruangan kerja sekaligus tempat istirahat Inha, terlihat dari sebuah kasur yang begitu rapi. Beberapa pigura pun terpajang di dinding, foto keluarga gadis itu. Namun matanya tertuju satu foto di dinding, foto Inha yang sedang tersenyum manis dan tentu saja hal itu membuat hati Richi bergetar. Gadis itu jarang sekali tersenyum, namun saat dia tersenyum bisa melelehkan hati lelaki yang melihatnya.
"Om, waktumu sisa lima menit lagi. " Inha menghela nafas panjang nya. Baru kali ini ada pria asing yang masuk ke dalam ruangan nya.
Daripada melihat duda aneh itu yang hanya diam, Inha membuka kembali file pembukuan lalu meneguk segelas air minum, tenggorokan nya terasa kering karena sejak tadi dia belum sempat minum dan hanya fokus dengan pekerjaannya.
"Ayo kita menikah. " Richi menatap Inha dari jauh.
"Uhuk... Uhuk... " Inha tersedak karena begitu terkejut dengan ajakan pria itu. Dengan cepat Richi menghampiri dan memberikan sapu tangan nya.
"Tidak perlu, aku sudah baikan. " Inha mundur dua langkah karena merasa tidak nyaman berada di dekat Richi.
"Om, apa kau sudah tidak waras?! Aku tidak suka bercanda, kau dengar itu! " Inha menatap tajam pada pria yang baru saja ingin melamarnya. Bagaimana bisa duda itu mengajaknya untuk menikah sedangkan tidak ada cinta untuknya.
Richi tersenyum sembari menarik sebuah kursi. Ia duduk dengan tenang. Melihat wajah Inha yang selalu membuatnya rindu.
"Apa aku terlihat seperti bercanda? " Tanyanya
"Om, please jika tidak ada yang ingin dikatakan lagi lebih baik keluar sekarang. Dan perlu aku tegaskan bahwa tidak ada cinta diantara kita lalu bagaimana kita bisa menikah , untuk berpikir menikah saja tidak ada. Aku masih ingin bersenang-senang dan menikmati hidup. "
"Aku akan menunggumu, sampai kau bilang iya dan aku yakin kau akan mengatakan iya padaku. " Kekehnya
Inha tergelak tawa mendengar perkataan Richi begitu percaya diri.
" Jangan bicara omong kosong! " Kali ini Inha terlihat kesal karena pria itu selalu memaksa.
" Aku sudah bicara dengan ibumu, meminta mu secara langsung. "
" What!! " Inha terkesiap, beraninya duda itu datang melamar ke orangtuanya
"Lalu mama? "
"Tentu saja tante Navysah merestui ku, mana mungkin dia menolak ku. " Richi tersenyum bahagia saat mengingat betapa nekat dirinya dengan membawa kedua orangtuanya pada Navysah. Sebenarnya Maya tidak setuju jika anaknya ingin menikah dengan Inha karena ibunya lebih suka pada Inka yang ramah. Namun Richi meyakinkan diri bahwa Inha adalah gadis pilihannya yang terbaik. Dan tentu saja mau tidak mau Maya harus merayu Navysah agar mau merestui anaknya. Jangan lupa peran ayah Rico yang ikut andil dalam membantu nya, dia berusaha menaklukkan hati Davian yang keras seperti batu.
"Kenapa kau mengulas senyum seperti itu! " Inha melihat ekspresi Richi yang selalu tersenyum sendiri dan ini sangat mengerikan untuk nya.
"Aku bahagia. "
"Tapi aku tidak!! " Inha
"Lebih baik Om pergi sekarang juga, waktumu sudah habis! " Lagi-lagi hanya terdengar suara ketus dari Inha. Suasana hati nya begitu buruk dan dia memilih untuk menyibukkan diri dengan berkasnya.
" Aku yakin kau akan bilang iya, ku tunggu kau dua minggu lagi. "Sembari tersenyum Richi keluar dari ruangan Inha.
" Hei!! Apa kau gila!!! Dua minggu untuk apa!!! Dan kau pikir senyum mu itu sangat bagus, itu memuakkan!!! " Umpat Inha dengan kasar. Ia meluapkan emosinya tak peduli Richi akan mendengar ataupun marah. Ia tidak peduli. Dan dengan cepat ia bergegas pulang untuk meminta penjelasan dari kedua orangtuanya.
wkwkkwkw
🤭🤭