Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyakit aneh-2
Ture terdiam sejenak saat Rumondang bertanya padanya. Ia bingung untuk menjawab apa. "Marpanganju ma roha muna , Inang," (Maafkan aku, Inang, harap mengerti,) ia terlihat serba salah dan dilema.
"Bukan maksudku begini, tetapi aku pulang kerumah karena ingin mengambil berkas sekolah dan pakaian, tetapi aku menemukan--," Ture menggantung ucapannya.
"Hueeeeeek," kembali Ambolas memuntahkan cabai dalam jumlah banyak, tenggorakannya sangat sakit,.panas dan juga pedas.
"Oh, Tuhan! Kenapa kau sangat keras kepala! Inang sudah melarangmu!" Rumondang terlihat khawatir, lalu memutuskan panggilan teleponnya.
Sedangkan Ture melihat masakannya hampir hangus dan bergegas menuju kompor untuk mengecilkan apinya.
Setelah selesai dengan memasaknya, ia kembali ke kamar, terlihat Ambolas sudah sangat lemah, ia mencoba memanggil tenaga medis untuk dimintai pertolongan.
Saat ia keluar rumah, ia berpapasan dengan Norma--Nantulang (Bibi/istri paman) sedang melintas dari depan rumahnya. "Nantulang, tunggu!" panggilnya dengan suara kencang.
Hal itu membuat Norma menghentikan laju motornya dan berbelok arah. "Aha do bere?" (Ada apa keponakan)
"Nantulang, tolong panggilkan Bu Lina, biar diperiksanya Bapak, sakit parah dia. Kok muntah cabai terus, aku tak tau sia makan cabai entah berapa kilo," ucap Ture dengan wajahnya yang pucat.
"Hah?! Bapak kau sakit? Biarkan sajalah, itu hukum karma buat dia, kau tengoklah, sampai mati pun si Tiur tak ada yang pulang dia, kemananya ya otaknya" Norma tampak emosi dan mendengar kabar Ambolas sakit, justru membuatnya semakin senang.
"Tak boleh lah, ngomong kek gitu, Nantulang, yang kek manapun dia itu Bapakku, tak lahir aku ke dunia ini kalau tak ada dia" Ture seolah tak terima ucapan bibinya.
"Jujur ya, Ture, puas kali rasanya aku dia sakit, biar tau rasa dia. Tapi karena yang kasiannya nantulang nengok kau ini, sudahlah, biar ku jemput si Lina, ya." wanita itu kembali mengendarai motornya dan meninggalkan Ture yang saat ini sedang kalut.
Sedangkan Ambolas terdengar mengerang kesakitan. Ditambah lagi tubuhnya dipenuhi benjolan berisi air, nanah, dan darah sebesar kelereng yang datang dengan tiba-tiba dan memenuhi wajah hingga sampai ke kaki.
Setiap kali benjolan itu meletus, maka akan menimbulkan sensasi perih, panas dan sakit yang luar biasa hingga ke tulang.
"Aaaaarrrggh...," pekik Ambolas dengan suara yang menyayat hati.
Tire bergegas masuk dan memeriksanya dikamar. Ia dikejutkan dengan tubuh sang bapak yang entah sejak kapan dipenuhi benjolan yang cukup banyak.
Kedua mata Ture membeliak lebar, dan ia melihat jika benjolan itu memecah, Ambolas akan berteriak kesakitan dan aroma anyir menguar memenuhi ruang kamar.
Hal itu membuat Ture merasakan mual dan perutnya seolah diaduk.
Ia setengah berlari keluar rumah untuk menenangkan gejolak diperutnya yang seolah ingin mengeluarkan seluruh isi lambungnya.
Belum lagi muntahan cabai bersalut darah, semakin menambah aroma yang sangat menjijikkan.
"Aha do, Ture?" tanya salah seorang warga yang melihat Ture berada didepan rumah.
"Bapak, Pung. Entah kena penyakit apa dia, aku tak tahan baunya," Ture menunjuk kearah dalam, dengan nafasnya yang tersengal.
"Yang kemananya inangmu, sudah beberapa tak hari tak ada kami lihat ke ladang?" tanya wanita berusia enam puluh tahun bernama Rospida, sembari memasuki rumah.
Ture mengingat pesan sang inang agar tidak memberitahu keberadaannya, dan mengenai rumah serta kebun yang mereka miliki ditempat lain.
"Inang kerja, Pung. Di pinggir kota," jawab Ture berbohong. Ia juga tidak tahu alasan sang inang yang melarangnya untuk mengatakan hal tentang kekayaan mereka.
Wanita lanjut usia itu menggelengkan kepalanya. "Yang anehnya inang kau itu, ada ladangnya, tapi kerja pula dia sama orang. Lebih bagusnya lagi dia kerja diladangnya darikan na parhobas" (Na parhobas/menjadi pekerja/kuli).
Sembari mengomel, ia memasuki rumah Rumondang dengan perasaan yang tak biasa. Hawa panas begitu sangat kentara dan seolah siap memanggang pemiliknya.
Rumah yang terbuat dari semi permanen itu memiliki ruangan yang sedikit luas dengan tiga buah kamar, sebab Rumondang memiliki banyak anak, sehingga memerlukan kamar yang banyak pula.
"Kenapa rumah kamu ini kek ada par beguannya? Panas kali hawanya." ucap Opung Rospida dengan tatapan yang mengelilingi setiap.sudut ruangan.
Bahkan ia merasakan punggungnya menebal dengan
Tetapi belum sempat ia perasaan yang sangat tak nyaman, seolah setiap langkahnya diikuti oleh mata yang terus mengawasinya.
Belum sempat ia menuju kamar, tiba-tiba suara motor yang melaju kencang dari arah kejauhan mendadak berhenti didepan rumah mereka, dan ternyata itu adalah Rumondang.
Tanpa memperdulikan tatapan Ture yang kebingungan, ia memasuki rumah dan mencegah Opung Rospida untuk masuk lebih jauh ke dalam rumahnya.
"Opung, tunggu," cegahnya dengan cepat, dan memasuki rumah dengan langkahnya yang tergesa-gesa.
Wanita lanjut usia itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang dan menatap Rumondang dengan perasaan tak nyaman.
"Opung, maaf sebelumnya, bisa kita keluar sebentar?" Rumondang tak ingin ada siapapun yang memasuki rumahnya, dan ini merupakan hal yang dilarang bagi siapa yang memelihara Par Beguan dan tidak boleh sembarangan.
Opung Rospida menganggukkan kepalanya, meskipun rasa tak wajar akan sikap Rumondang padanya.
Ia berjalan keluar, namun aroma anyir dan juga amis tak dapat membohongi indera penciumannya yang sangat tajam.
Setelah Opung Rospida keluar, Rumondang menutup pintunya, dan seolah ingin memberitahu jika tidak siapapun boleh memasuki rumahnya.
"Sebelumnya, maaf, Pung. Sebaiknya opung pulang saja, sebab ini urusan keluarga saya," Rumondang menegaskan ucapannya, dan berharap wanita itu mengerti.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Opung dengan rsa curiga.
"Maaf, Pung. Saya tidak ingin menceritakannya kepada siapapun, sebab tidak ada yang terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan,"
Jawaban Rumondang membuat Ture tercengang.
Bagaimana mungkin kondisi yang sangat genting seperti itu ditanggapi sang inang dengan begitu santainya.
Ataukah sang Inang merasakan sakit hati karena pengkhianatan Bapaknya, sehingga ingin berbalas dendam.
Saat Ture ingin angkat bicara, Rumondong mengangkat tangannya dan diarahkan ke mulut sang boru agar diam dan tak ikut campur.
Melihat ekspresi wajah Rumondang yang tidak ramah, membuat Opung Rospida memilih pergi dan meninggalkan rumah Rumondang dengan perasaan yang diliputi berbagai pertanyaan yang cukup pelik.
Tak berselang lama, seorang petugas kesehatan bernama Lina datang ke kediaman mereka dengan mengendari motornya dan sebuah tas jinjing berisi berbagai obat dan peralatan untuk pemeriksaan pasien.
"Maaf, Bu, mau kemana ya?" tanya Rumondang sebelum wanita berkacamata itu turun dari motornya.
"Saya diminta oleh Norma atas pesan Ture untuk memeriksa bapaknya yang katanya sedang sakit parah," jelas Lina dengan maksud dan tujuannya datang kerumah.
"Tidak ada yang sakit, tolong kembali saja, maaf sebelumnya, Bu. Boruku ini sesikit panik, dan tergesa-gesa," Rumondang mematahkan ucapan tenaga kesehatan tersebut.
Ture semakin bingung dengan sikap sang inang.
berarti JK Harta Kekayaannya ikutan Musnah ,, Rumondang kembali jd Kismin lagi donk yaa ,, kembali ke Kehidupan Awal lg 🤔🤔😱😱
semoga jg Perkampungan yg td nya Mati kembali Hidup lagi dg banyak nya Masyarakat yg kembali ke Kampung Halaman nya lagi 🤗🤗🤗
Semangat Datu Silaban ,,, Kamu psti bisa Mengembalikan Tondi nya Ture lg ke Jasad nya ,, Aku menaruh Harapan Besar pada Mu , Datu 🥳🥳😘😘
Agam nya Selamat dr si Begu nya ,,, tapi Ture nya malah sdh tak berdaya ,, mna sdh di Cekik nya ,,, apakah Ture selamat , kak ❓❓🤔🤔
knp pula tu Tas yg berisi ramuan nya mlh jatuh dn hilang entaah kmna 😤🥺🥺
sumpah Loch aku deg degan bgt bacanya 😱😱
Takut jg si Agam mati di tangan si Begu 🙈🙈🙈
pdhal mereka baru menyatakan perasaan nya masing-masing Loch ,,, masa mo berpisah alam 😔🥺
ahahayyy tp kek mana dgn wrg desa yaaa kira2 akan ngamuk g ya
ogn nyebur aja dehh 🤣🤣🤣
kekasih hati yg blm terungkap secara lisan 🤣🤣🤣