NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Time Travel / Dokter Genius / Cinta Beda Dunia / Penyeberangan Dunia Lain / Dark Romance
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Azida21

bijak dalam memilih bacaan!


"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.

Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."

*****

Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.

Kecuali satu hal, kini ia punya suami.

Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”

Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...

Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 06 Terlalu Lembut untuk Ditepis

Cahaya matahari pagi menerobos masuk dengan terang setelah tirai gorden tersibak oleh seseorang. Kilatan cahaya itu membuat Zeya mengerutkan kening, menggeliat pelan di atas ranjang sebelum akhirnya membuka mata dengan malas.

Pandangan pertamanya jatuh pada sosok pria tegap yang berdiri membelakangi jendela. Kemeja putih yang dikenakan pria itu tampak rapi dan beraroma segar. Ia baru saja selesai membuka tirai, membiarkan sinar matahari menyapu kamar.

"Selamat pagi, Nyonya Mahendra," sapa Ares sambil berbalik, tersenyum lembut.

Zeya mengerjap, duduk pelan dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya yang masih terasa hangat. “Kapan kamu bangun?” tanyanya, suaranya masih serak karena baru bangun.

"Aku bangun pukul lima pagi tadi,” jawab Ares santai.

“Kenapa tidak membangunkan ku?” gumam Zeya, sedikit bingung kenapa kamar ini mendadak terasa terlalu damai.

“Kamu masih dalam masa pemulihan, sayang. Aku ingin kamu beristirahat lebih banyak,” ucap Ares seraya berjalan mendekat. Ia berlutut di depan ranjang, menatap Zeya dengan penuh perhatian.

“Tubuhmu belum sepenuhnya pulih.”timpal Ares perhatian.

Zeya menunduk. Ia tahu tubuhnya masih lemas, tapi perhatian Ares terasa… terlalu lembut untuk dilewatkan begitu saja.

“Aku juga sudah buatkan sarapan dan susu hangat untukmu,” lanjut Ares sambil merapikan rambut Zeya yang berantakan.

Zeya mengerutkan alis. “Kenapa kamu repot-repot?”

Ares tersenyum, tangannya tak berhenti menyentuh lembut pipi Zeya. “Aku sama sekali tidak merasa repot, sayang.”

Zeya diam. Ia menatap mata pria itu,mata yang hitam dan dalam, seakan menyimpan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Tapi ia tidak bisa menyangkal bahwa perhatian seperti ini… terasa menyenangkan. Hangat. Terlalu.

“Setelah sarapan nanti, kamu harus minum obat, ya. Biar tubuhmu cepat pulih,” ujar Ares lembut.

“Baiklah…” ucap Zeya singkat.

Ares bangkit dan berjalan ke meja kecil di sudut kamar. Di sana sudah tersedia nampan berisi roti panggang, telur rebus, potongan buah, dan segelas susu hangat. Ia membawanya ke atas ranjang dan meletakkannya di hadapan Zeya.

Zeya mengambil sendok dengan perlahan. Aroma makanan itu menggoda, dan tubuhnya memang butuh energi.

Di tengah kunyahan pelan, ia bertanya, “Apa kamu akan pergi bekerja hari ini?”

Ares mengangguk. “iYa.”

“Kamu bekerja sebagai apa?”

Ares tersenyum tipis. “Aku bekerja sebagai dokter… dan dosen di kampusmu.”

Zeya menghentikan gerakan sendoknya, menatap Ares dengan kening berkerut.

 “Kampusku? Maksudmu… kampus tempat aku kuliah?”zeya tampak sedikit terkejut.

“iYa,” jawab Ares tenang. “Aku menjadi dosen karena kamu kuliah di sana.”

Zeya meneguk susu sebelum bertanya lagi, pelan, hati-hati, “Kenapa... kamu sampai sejauh itu?”

Ares menatapnya dalam. “Karena aku tidak bisa melepaskan pengawasanku darimu. Aku tidak mau kehilanganmu lagi.”

Zeya terdiam. Tangannya menggenggam gelas erat. Kata-kata Ares tadi… seperti mengandung sesuatu yang lebih dalam.

"kehilangan lagi?,apa maksud nya?"gumam zeya dalam hati.

Ares tersenyum manis, Ia duduk di sisi ranjang, memandang Zeya penuh perasaan.

"Aku harus bekerja keras... agar hidupmu nyaman."Nada suara Ares lembut, hampir seperti bisikan yang menenangkan. Namun di telinga Zeya, kalimat itu terdengar seperti janji yang terlalu dalam... terlalu mutlak.

"Aku juga berharap," lanjutnya sambil menatap mata Zeya, "kamu bisa bahagia hidup bersamaku... selamanya."

Zeya terdiam.

Dadanya terasa sesak, padahal tidak ada yang menekannya. Seharusnya kalimat itu manis. Seharusnya ia tersentuh. Tapi mengapa yang terasa justru seperti... penjara yang dibalut perhatian?

"Aku..." ia membuka mulut, namun tak satu pun kata berhasil keluar.

Wajah Ares tetap tenang, senyumnya lembut seperti biasa. Ia membelai pelan rambut Zeya, lalu berbisik nyaris tak terdengar, "Kamu adalah segalanya bagiku."

Zeya hanya bisa mengangguk pelan.

“Kamu makanlah dengan tenang, sayang. Aku akan mengambil tas kerja di ruang kerja,” ujar Ares, lalu bangkit dari duduknya.

Langkah Ares baru beberapa meter menjauh saat suara pelan Zeya menghentikannya.

"Ares..."

Ia menoleh dengan cepat, seolah selalu menanti panggilan itu.

"Aku cuma ingin tahu..." Zeya menatap ke bawah, jari-jarinya mengelus cangkir susu hangat yang kini terasa dingin. “...kamu akan pulang, kan?”

Ares tersenyum, tapi sorot matanya tak bisa ditebak.

“Tentu saja aku akan pulang.”

Ia berhenti sejenak sebelum menambahkan dengan nada pelan, “Aku akan selalu kembali padamu sayang.”

Zeya tak menjawab. Ia hanya menunduk.

Dan ketika suara langkah Ares benar-benar menghilang di ujung lorong, Zeya baru menyadari bahwa tangan kirinya gemetar sedikit… tanpa alasan jelas.

Entah kenapa, ruangan itu terasa sedikit lebih dingin.Atau mungkin… hanya perasaannya saja.

Namun, saat ia menyesap sisa susu di cangkirnya, satu hal yang terus berputar berulang-ulang, seperti gema tanpa ujung:

“Selamanya…”

1
Gedang Raja
bagus
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
Kem mlem 🍨🍨🍨
Gimana sih thor, nggak sabar ni...
Azida21: Sabar yah,Author usahain update bab nya banyak hari ini❤️
total 1 replies
Kami
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Azida21: terima kasih sudah baca,di tunggu kelanjutan nya yah🤭
total 1 replies
kawaiko
Jauh melebihi harapanku.
Azida21: terima kasih☺️,Author senang kalau kamu puas dengan karya nya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!