Presdir Cantik Jatuh Cinta

Zaline menemui Zionel seperti yang disampaikan oleh Roxy tadi. Tapi di sekitar Zionel hanya ada keluarga Cruise saja, sama sekali tidak ada kolega bisnis yang ingin diperkenalkan dengannya.

"Loh bang Zi, di mana kolega bisnis yang ingin diperkenalkan padaku?" tanya Zaline.

"Kolega bisnis? bukankah sejak tadi kau sudah bercengkrama dengan mereka?" ujar Zionel balik tanya.

Zaline mengerutkan dahinya, ia menoleh ke belakang mencari keberadaan Roxy. Namun pria tersebut justru sedang berbicara dengan tamu yang lain.

"Roxy yang bilang kalau abang mencariku untuk diperkenalkan oleh salah satu kolega bisnis utama perusahaan Cruise. "

Zionel melihat ke arah Roxy, ia pun tersenyum lebar lalu menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya aku sudah benar menitipkanmu pada Roxy, ia sejak tadi sangat melindungimu Zaline. Dan sekarang, ia mengelabuimu agar kau tidak terus bercengkrama dengan para pria disini," ujar zionel.

"Haissssss... menjengkelkan sekali, aku pikir bang Zio benar-benar memanggilku," ucap Zaline kesal.

"Jangan terlalu kesal sayang, ia bermaksud baik. Apa kau terganggu karena ingin menemui seseorang?" tanya Zionel.

Seketika Zaline menggelengkan kepalanya, ia tak mungkin mengatakan soal rasa penasarannya pada salah satu pria tamu undangan pada kakaknya.

"Dimana kak Vani? sejak tadi aku tidak melihatnya lagi? tanya Zaline.

"Jeje terus membuat kami kesal, ia terus-terusan merengek ingin pulang, jadi kakakmu membawanya keluar dari sini. Mungkin saja berjalan-jalan ke tempat kolam renang atau taman belakang hotel." jawab Zionel.

"Oh astaga Jeje... sepertinya ia tidak suka keramaian, mengapa ia sangat mirip dengan abang?" ejek Zaline.

"Kenapa jadi aku lagi? kau salah besar nona cantik, walaupun aku tidak suka keramaian tapi aku selalu menghormati tempat pesta seperti ini, tidak seperti kedua pria itu. Apakah mereka salah satu undangan penting disini? mengapa mereka keluar dari tempat pesta tanpa berpamitan?" kata Zionel sambil menatap pintu keluar.

Seketika Zaline menoleh ke belakang, ia mengikuti tatapan kakaknya dan menatap kedua pria yang sedang melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Dalam hati Zaline sangat kesal, ia belum sempat menemui mereka untuk mengobati rasa penasarannya karena dibohongi oleh Roxy. Tapi kedua pria itu justru sudah pergi begitu saja.

"Baru saja aku ingin bertanya dengan abang, apakah abang mengenal keduanya?" tanya Zaline.

Zionel menggelengkan kepalanya, "aku memang mengundang ratusan tamu tapi sepertinya keduanya belum pernah aku lihat."

Tapi setelah mengatakan hal itu, Zionel membelalakkan matanya, "tunggu... sepertinya aku tahu mereka, apa jangan-jangan keduanya pemilik perusahaan Jaya konstruksi, melihat dari usianya sepertinya memang cocok."

"Maksud bang Zi, mereka dari perusahaan yang mulai bersaing dengan kita? yang kemarin mengambil tender proyek Hiroki dengan harga yang sangat murah? itu mereka?" tanya Zaline.

Zionel mengangkat kedua bahunya, "aku tidak begitu yakin, bisa jadi iya, bisa juga bukan, karena jujur saja aku belum pernah bertemu dengan pemilik perusahaan Jaya konstruksi. Tapi dari tamu undangan yang lain, hanya mereka yang belum pernah aku lihat. Aku dengar Presdir utama perusahaan itu tidak pernah menghadiri pesta seperti ini."

"Tapi mereka memang pemilik perusahaan Jaya konstruksi bang," ucap Roxy sambil bergabung dengan mereka.

Zionel dan Zaline menatap Roxy.

"Benarkah?" tanya keduanya bersamaan.

Roxy menganggukkan kepalanya, "aku yakin 100% itulah mereka, yang satu terlihat sangat tengil dan yang satu lagi terlihat sangat sombong dan arogan. Lin, kau melangkahkan kaki ke sana tadi bukan bermaksud untuk menemui mereka kan?"

"Ah, tentu saja tidak. Aku hanya berjalan jalan saja, aku bosan dikerumuni oleh beberapa tamu undangan terutama pria-pria. Bagaimana aku bisa menemui mereka jika aku saja tidak mengenalnya," dalih Zaline.

"Aku harap kau tidak dekat-dekat dengan pria seperti itu," ucap Roxy lagi.

Zionel melepaskan tawanya, "apa yang dikatakan Roxy memang ada benarnya Zaline, terutama pada pesaing perusahaan kita, harus lebih berhati-hati lagi," ujar Zionel setelah menghentikan tawanya.

"Haisssss... mana mungkin aku mendekati mereka. Bang Zi, tak bisakah aku langsung pergi saja dari pesta ini? sungguh aku sudah lelah."

"Jangan mulai merengek seperti anak kecil Zaline, tunggulah sebentar lagi, tamu undangan masih ada di sini. Kau seorang Presdir sekarang."

Zaline menghela nafas panjang, "baiklah aku akan lebih bersabar lagi dan aku harus membuat perhitungan denganmu Xy, kau membohongiku, kau bilang bang Zi memanggilku, tapi ternyata dia tidak memanggilku sama sekali," gerutunya.

Seketika Roxy tertawa, "aku tidak bermaksud seperti itu, aku justru berusaha menyelamatkanmu dari pria-pria hidung belang di dalam ruangan ini, menjengkelkan sekali... bukan hanya pria lajang yang mendekatimu tapi pria-pria yang sudah beristri bahkan berumur masih juga mendekatimu. Salahmu begitu cantik hari ini."

"Jangan salahkan aku, mengapa aku jadi serba salah sih?"

Zionel dan Roxy tertawa bersamaan.

"Tidak ada yang salah sayang, hanya saja memang kau terlalu cantik," ucap Zionel.

"Cantik mana aku dengan kak Vani?" goda Zaline.

"Jangan pinta aku memilih diantara kalian. Kau, kakakmu juga mommy adalah wanita tercantik yang pernah aku temui, jadi tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang, kalian setara sama-sama cantik dan aku sangat takut kehilangan kalian," jawab Zionel.

"Yah... harus aku akui kak Vani memang cantik, tante Fal juga cantik, tapi kecantikanmu bisa menghancurkan dunia ini Lin," kata Roxy.

"Kau jangan mulai Xy, kau sungguh berlebihan jika berbicara. Bagaimana mungkin aku bisa menghancurkan dunia?"

"Sudah ada buktinya Zaline, pria-pria beristri dan berumur tadi mendekatimu, jika istri mereka tahu suaminya genit seperti itu, bukankah itu menghancurkan dunia," celetuk Roxy.

Sontak saja Zionel kembali tertawa lepas.

"Untuk itu kau harus terus menjaga dan melindungi adikku Roxy. Aku tidak ingin dunia ini hancur hanya karena keberadaannya," ejek Zionel.

"Demi Tuhan, kalian kedua pria yang sangat menyebalkan, lebih baik aku mencari mommy, aku sudah tidak tahan dengan kalian," ucap Zaline seraya meninggalkan mereka.

Zionel dan Roxy kembali terkekeh sambil menatap punggung Zaline.

"Roxy, terus lindungi Zaline seperti yang kau lakukan hari ini, aku sangat puas mempercayakan Zaline padamu. Kau benar, pria manapun bisa tergila-gila padanya, jadi aku sebagai abangnya harus ekstra hati-hati mencari pasangan untuknya."

"Bang Zio tenang saja, aku akan terus melindunginya. Untuk masalah pria, ya sebenarnya aku lebih baik daripada mereka," ucap Roxy sambil terkekeh geli.

"Kau lebih baik dari mereka? kau juga sama saja pria hidung belang, berkali-kali kau berganti pacar, aku pusing mendengar keluhan ayah dan ibumu. Kau juga harus ingat, Zaline itu sepupumu, jangan pandang Zaline sebagai wanita tapi pandanglah ia seperti adikmu sendiri."

"Oh ayolah bang, aku hanya bercanda. Tapi aku bukan pria seperti itu."

Zionel terkekeh, "aku juga sedang bercanda, aku percaya kau bukan pria yang suka memainkan perasaan wanita. Dan mana mungkin kau memiliki niat lain pada Zaline. Sudah sana, terus ikuti Zaline, aku akan mencari Vani dan Jeje."

"Oke bang siap laksanakan," jawab Roxy sambil melangkahkan kakinya mencari Zaline.

Ada rasa kekecewaan yang besar di dalam hati Roxy. Ia dan Zaline memang tidak mungkin bersama, mereka masih memiliki hubungan darah yang kuat, tapi jika saja jawaban Zionel lebih menyenangkan, mungkin ia tidak sekecewa sekarang. Roxy pun kembali menghela nafas panjang, sambil terus mencari Zaline.

*****

Happy Reading All...