- Lora sadar bahwa hidupnya telah hancur Karena jebakan kenikmatan sesaat yang di berikan oleh papa tirinya.
-
Dia mencoba untuk kembali ke jalan yang benar, tapi sudah terlambat
-
Lora Jatuh Lebih Dalam dan Lora semakin terjebak dalam kehidupan liar dan kehilangan semua yang dicintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Bertemu Papa Tiri
0o0__0o0
Jam 15.00 sore hari Lora yang berjalan di jalan kota Jakarta tanpa arah tertentu. Lora memutuskan untuk berjalan-jalan di jalan kota Jakarta sendirian. Dia tidak memiliki tujuan tertentu, hanya ingin merasakan suasana kota yang sibuk dan dinamis.
"Ternyata begini suasana dunia Luar" Guman Lora di selah langkahnya.
Jakarta dengan gedung-gedung tinggi, lalu lintas yang padat, dan orang-orang yang beraktivitas menjadi latar belakang petualangan Lora.
Lora berjalan tanpa arah tertentu, membiarkan dirinya dipandu oleh rasa penasaran dan keinginan untuk mengeksplorasi.
Lora menikmati suasana kota yang hidup. Dia berhenti sejenak sambil mengamati orang-orang yang berlalu-lalang. Suara klakson mobil, suara orang berbicara, dan hiruk pikuk kota menjadi musik bagi perjalanan Lora
Setelah satu menit Lora melanjutkan langkahnya melewati jalan-jalan yang ramai dengan pedagang kaki lima, toko-toko kecil, dan warung makan yang menyajikan makanan khas Jakarta.
"Sepertinya jajanan pinggir jalan enak, Aku mau mencobanya" Katanya antusias. Lora langsung melangkah ke salah satu pedang yang berjualan telur gulung.
"Bang, Lora mau beli dong" Ucapnya sambil mengulurkan uang seratus ribuan ke Abang penjual.
"Mau beli berapa dek ?" tanyanya sambil mengambil uang di tangan Lora.
Lora tersenyum lebar "Beli semua aja bang" jawaban'nya cepat. Dia tidak pernah tau bahwa jajanan pinggir jalan itu murah meriah.
Abang telur gulung langsung melotot terkejut "Kamu baru jajan di pinggir jalan ya, Dek?" Tebak sih penjual sambil melihat penampilan Lora. Dia bisa menebak bahwa Lora anak orang kaya.
Lora mengangguk cepat "Ayo bang cepat buatin, Lora sudah tidak sabar pengen tau rasanya" Desaknya tidak sabaran.
"Baiklah, Abang buatkan sebungkus 10 ribu aja ya ? Nanti kalau kamu beli seratus ribu takut malah muntah telur lagi" Ucapnya sambil bercanda.
Lora hanya mengangguk menurut "Terserah Abang aja deh, yang penting Lora bisa makan telur gulung" Sautnya semangat.
Lora menatap Abang-abang itu yang lagi meng-gulung telur pakai tusuk sate di atas wajan panas. Mata Lora mengamati sampai melotot.
"Wah, tangan Abang cepet banget gulung telornya" katanya takjub.
"Kerjaan sehari-hari dek, jadi sudah fasih" jawaban'nya sambil memasukkan telur gulung yang sudah matang ke dalam plastik.
Lora manggut-manggut saja "Sudah selesai bang ? Tanyanya antusias.
"Sudah Dek, mau pakai kecap, saos tidak ?" Tanya'nya sambil menunjukkan botol saos dan kecap yang ada di depan Lora.
Lora rasa sudah sangat ngiler "Boleh deh bang, pakai sambel juga yang banyak" jawaban'nya cepat.
Sih Abang telur gulung langsung memberikan saos kecap dan sambel sesuai permintaan Lora. "Ini Dek sudah jadi" Katanya sambil mengulurkan se-plastik telur gulung ke depan lora.
Lora langsung menyambar dengan cepat dan memakan satu tusuk telur gulung'nya. Lora mengunyah cepat, sambil manggut-manggut.
"Enak bang" Ucap'nya sambil memberi jempol satu.
Sih Abang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Lora yang begitu lahapnya. "Ini Dek kembalian-nya" Ucapan'nya sambil mengulurkan uang pecahan 90 ribu.
Lora hanya melirik tak minat "Itu buat Abang aja, Lora pamit dulu. By Abang telur gulung" Katanya sambil tersenyum lebar'nya dan melambaikan tangan'nya.
Lora pergi dari sana sambil memakan telur gulung'nya, sampai akhirnya Lora di hadang oleh sosok pria dengan tubuh tinggi tegap.
Dari aroma parfumnya jelas Lora tau dia siapa, Lora mendongak, dan seketika matanya melotot panik. "Papa..."Ucapan'nya Pelan.
"Sudah puas main-mainnya, Sayang" Katanya dengan suara rendah. Tangan ter-ulur mengusap Saos yang ada di sudut bibir Lora.
Deg...!
Jantung Lora langsung berdegup cepat, Suaranya dan sentuhan Papa Tirinya selalu membuat Lora merasa panas dingin. Namun dia juga menyukai-nya.
Seketika rasa rindu menghantam hatinya, Lora merindukan sentuhan Papa Tirinya, Suaranya dan aroma parfumnya.
Lora tidak bisa menyangkalnya lagi, bahwa selama hampir 2 hari Lora terus memikirkan Papanya dan merindukan'nya. Dan semua tentang'nya selalu membayangi setiap langkahnya.
Lora langsung memeluk tubuh Rico dengan erat "Papa, Lora kangen. Ternyata hidup sendiri itu tidak enak" katanya mengadu dengan suara Lirih yang terendam di dada bidang Rico.
Rico membalas pelukan Lora dengan sama eratnya "Papa juga sangat merindukan mu, Sayang" bisiknya dengan suara rendah.
Tangannya mengelus lembut kepala Lora "Hidup sendiri di luar itu sulit, untuk remaja seusia kamu. Makanya Mama Maya tidak pernah mengijinkan kamu" Sambung'nya menjelaskan dengan suara rendah.
Lora mendongak dengan tangan yang masih melingkar erat di pinggang Rico. "Tapi Lora gak mau tinggal di mansion lagi, Papa" Katanya dengan bibir mengerucut.
Rico rasa sangat gemas, ingin segerah melahap bibir'nya yang sangat dia rindukan. "Tahan Rico, Nanti di mansion kamu bisa melahap'nya" Ucapnya membatin.
Rico memberikan senyuman lembut dan juga hangat "Boleh, Kita bicarakan di mansion. Ok ! " Ucapnya dengan suara rendah.
Ucapan Rico ibaratkan angin segar untuk Lora dan tanpa harus banyak drama Lora akan ikut pulang kembali ke mansion.
Lora mengangguk "Lora, gak mau jalan, kaki Lora capek, Dari tadi Lora sudah jalan jauh" Katanya dengan manja.
Rico tersenyum Lebar sambil mengangkat tubuh Lora ke dalam gendongannya "Nanti Papa pijitin, Ok !" Bisikan sambil mengecup singkat daun telinga Lora.
Sentuhan singkat itu, berhasil membuat wajah Lora memanas. Lihatlah sekarang Lora jadi gugup dengan wajah merah padam sampai menjalar ke daun telinganya.
Rico menyeringai dalam hati "Ah, kelinci kecilku lagi tersipu malu rupanya, setelah ini jangan harap kamu bisa lepas dari Papa sayang" Guman'nya membatin.
Rico melangkah lebar ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Dari setiap langkahnya terlihat tenang, Namun mengandung sesuatu yang sudah tidak sabar ingin dia tuntaskan.
Lora memeluk erat leher Papa Tirinya dengan kepala menyeruk ke leher Rico. Lora menghirup rakus aroma parfumnya yang begitu menenangkan dan juga memabukkan.
"Perasaan ini rasanya meluap-luap walaupun aku sudah berusaha menahannya. Apa yang harus aku lakukan ?"
"Papa adalah suami Mama dan aku tidak boleh menyukai-nya. Tidak...Tidak boleh Lora".
Ucapan Lora gusar di dalam hatinya.
0o0__0o0
Tanpa mereka Sadari, interaksi kedua'nya di saksikan oleh sepasang mata yang menatapnya tajam. Dia mengamati dengan sangat detail.
Sosok itu tersenyum miring "Menarik" katanya singkat padat dan datar.
Dia tetap duduk tenang di dalam mobilnya dengan jari telunjuknya yang mengetuk-ngetuk pelan setir mobilnya.
Mata tajamnya mengawasi mobil yang tidak jauh di depan'nya sampai melaju hingga tak terlihat.
"Ah, Gadis kecil itu terlalu menarik untuk di lewatkan bukan...?" Katanya dengan suara rendah, namun mengandung maksud Tersembunyi di dalam-nya.
0o0__0o0