Dieksekusi oleh suamiku sendiri, Marquess Tyran, aku mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu.
Kali ini, aku tidak akan menjadi korban. Aku akan menghancurkan semua orang yang telah mengkhianatiku dan merebut kembali semua yang menjadi milikku.
Di sisiku ada Duke Raymond yang tulus, namun bayangan Marquess yang kejam terus menghantuiku dengan obsesi yang tak kumengerti. Lihat saja, permainan ini sekarang menjadi milikku!
Tapi... siapa dua hantu anak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Cedric Berubah?
Gumaman kebingungan dan protes langsung meletus di antara para manajer. Wajah Sir Aldric pucat pasi, mahakarya strateginya baru saja kulempar ke tempat sampah di depan semua orang.
"Tidak akan pernah terjadi? Tapi, Nona, para Penyihir Kekaisaran..." tanyanya, suaranya bergetar karena malu dan tidak percaya.
"Apa para Penyihir di istana melihatnya secara langsung?" potongku, membungkam seluruh ruangan dengan nada dinginku. "Aku merasakannya... tidak. Aku melihatnya. Itu bukan sihir es biasa. Itu adalah sihir yang merusak tatanan alam itu sendiri dengan tujuan meninggalkan luka permanen di daratan kita."
Dalam arti lain, Grand Duke sengaja meninggalkan balok-balok es itu untuk mencap teror dan simbol kekuatan mutlak Kekaisaran Thalvaria.
Aku berjalan ke depan peta besar di dinding, mengambil pena tinta merah. Kepercayaan diriku yang mutlak membuat mereka semua terdiam, menanti kata-kataku berikutnya.
"Lupakan semua yang kalian tahu tentang geografi selatan. Mulai hari ini, kita akan menggunakan peta baru."
Aku menarik sebuah garis melingkar yang tebal di sekitar Pelabuhan Atika. "Zona Merah, radius lima kilometer dari pelabuhan Atika. Aku menyebutnya Zona Tanpa Kehidupan. Udaranya sendiri membekukan paru-paru. Semua aset di zona ini, anggap saja sudah hilang ditelan Neraka beku."
Aku menggambar lingkaran kedua yang lebih besar. "Zona kuning, radius tiga puluh kilometer. Zona Musim Dingin Abadi. Tanah di sini tidak akan pernah bisa ditanami lagi. Iklimnya akan selamanya musim dingin. Nilai properti di sini akan segera menjadi nol."
Lalu lingkaran terakhir, yang mencakup beberapa wilayah kecil milik Hartwin. "Dan Zona hijau, radius enam puluh kilometer. Zona Pengaruh. Musim tanam akan menjadi lebih pendek, panen tidak akan bisa diandalkan, dan musim dingin akan datang lebih awal setiap tahunnya. Ini adalah Zona jebakan bagi para investor bodoh yang berpikir mereka mendapatkan harga murah."
Aku meletakkan pena itu dan menatap mereka. "Strategi kita bukan lagi tentang membeli aset murah di dekat bencana. Strategi kita adalah tentang mengambil keuntungan dari tatanan dunia yang baru."
Aku menatap Sir Aldric, yang kini menatap peta itu dengan ngeri. "Sir Aldric, saya ingin Anda membuat ulang rencana akuisisi Anda. Target kita bukan tanah di dekat Atika. Target kita adalah semua tanah subur yang berada tepat di luar Zona hijau. Saat wilayah selatan kehilangan kemampuan produksinya, tanah-tanah inilah yang akan menjadi lumbung pangan baru kekaisaran. Harganya akan meroket. Beli semuanya sebelum orang lain menyadari kenyataan ini."
Mata Aldric tampak berkilat. Dia mengangguk dengan antusias. "Saya... saya mengerti, Nona. Akan saya laksanakan segera!"
Aku beralih ke Tuan Marcus, kepala riset. "Tuan Marcus, rekrut orang-orang terbaik. Para sarjana, penyihir elemen air, ahli metalurgi dari para kurcaci. Saya ingin tim peneliti dibentuk untuk mempelajari es abadi itu. Apakah ada mineral langka yang terperangkap di dalamnya? Bisakah energi dinginnya dimanfaatkan sebagai sumber daya? Jangan biarkan bencana ini hanya menjadi kerugian. Di setiap krisis, ada peluang tersembunyi."
Lalu, aku kembali ke rencana awalku. "Bagaimana dengan perintah saya sebelumnya?"
"Kontrak pembelian gandum sudah diamankan, Nona," jawab Sir Gable. "Lumbung-lumbung kita hampir penuh."
"Bagus," kataku. "Sekarang, dorong panen cepat bagi semua ladang yang berkontrak dengan kita di dalam Zona Kuning dan Zona Hijau. Tawarkan bonus besar. Iklim di sana akan berubah drastis. Kita akan merugi jika tidak memanennya sekarang."
"Mengerti, Nona!"
Kemudian aku memberikan instruksi yang membuat beberapa dari mereka tersentak. "Likuidasi semua aset properti kita yang berada di dalam Zona Kuning dan Hijau. Jual cepat. Jual sekarang. Gudang kita di Silverwood, Lopiaroot, dan Bluehound. Bongkar semuanya dan bawa kembali ke Hartwin dengan penjagaan penuh, kemudian jual gudang-gudang tersebut secepat mungkin meskipun kita harus merugi setengahnya. Kita butuh modal tunai secepatnya!"
"Untuk apa modal sebanyak itu, Nona?" tanya Sir Miles, sang manajer keuangan.
Aku tersenyum tipis. "Karena dengan musim dingin yang akan datang lebih awal dan gagal panen massal, ada dua hal yang akan menjadi lebih berharga daripada emas." Aku menatap mereka satu per satu. "Bahan bakar dan makanan. Gunakan uang itu untuk membeli setiap tambang batu bara dan sulfur yang bisa kita dapatkan di perbukitan barat."
Keheningan menyelimuti ruangan. Aku melihat beberapa manajer tersentak, mata mereka melebar saat mereka akhirnya mengerti gambaran besarku. Mereka tidak lagi menatapku sebagai seorang nona bangsawan yang kompeten biasa. Aku merasa mereka melihat seorang visioner, seorang predator ekonomi yang bergerak beberapa langkah di depan semua orang.
"Segera bekerja," kataku, mengakhiri rapat.
Mereka bangkit dan membungkuk dalam-dalam, kali ini tanpa keraguan sedikit pun. "Baik, Nona Elira!"
Saat aku sendirian di ruang dewan, aku menatap peta yang telah tandai dengan penuh perhatian. Peta itu lebih dari sekadar kertas; ia adalah representasi dari semua rencana dan impian yang ingin kucapai.
Aku tidak sekadar menjalankan bisnis di sini. Aku sedang menggambar ulang masa depan wilayah selatan dengan tekad dan visi yang kuat. Beban ini terasa berat di pundakku, namun juga memabukkan seperti angin segar yang menyuntikkan semangat baru.
Di tengah kesibukan itu, Lila masuk membawa sebuah laporan harian. Laporan ini bukan sekadar laporan bisnis biasa, melainkan laporan dari kamp-kamp pengungsian yang didirikan di perbatasan wilayah County kami. Apakah ayahku yang mengirim laporan ini? Pikiranku dipenuhi rasa penasaran.
"Bagaimana kondisi di sana?" tanyaku, sambil memijat pelipisku yang lelah setelah seharian berkutat dengan berbagai urusan.
"Semakin banyak pengungsi datang setiap hari, Nona," lapor Lila, matanya melirik canggung. Sepertinya dia mengkhawatirkan kesehatanku lagi. "Tapi Tuan Count dan Tuan Muda Cedric bekerja sangat keras untuk membantu."
Aku berhenti memijat pelipisku dan menatap Lila dengan penuh perhatian. "Apa katamu?"
"Tuan Count dan Tuan Muda Cedric..." ulang Lila, sedikit ragu sebelum melanjutkan. "Dia memang sering marah-marah pada para penjaga, tapi... dia memastikan semua orang mendapatkan jatah makanan dan selimut. Kemarin malam saat hujan badai, dia bahkan membantu mendirikan kembali tenda yang roboh. Seluruh tubuhnya basah kuyup dan berlumpur."
Aku terdiam, benar-benar terkejut mendengar kabar itu. Cedric. Kakakku yang selama ini kukenal sebagai orang yang sombong dan manja, kini rela berlumpur dan bekerja keras demi para pengungsi? Gambaran itu terasa begitu aneh, begitu tidak nyata dalam benakku.
Mungkin... mungkin masih ada harapan untuknya. Yah... aku tidak berhak menilainya terlalu cepat. Aku pun telah berubah, dan curiga dengan perubahan orang lain berarti tidak tahu diri. Justru ini bagus, County Hartwin yang akan aku bangun menjadi istana besar harus memiliki Count yang baik dan peduli.
Semoga saja dia benar-benar berubah dan dapat menjadi pemimpin yang layak...
Aku menatap peta di depanku sekali lagi. Masa depan berubah. Harus berubah. Aku akan mengubahnya dengan segala daya dan upaya yang kumiliki. "Kau berikutnya, Vulpes."