NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romantis / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:101.7k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Septian yang baru saja melihat Riana keluar dari kamar Liliana langsung melangkah cepat ke arahnya. Tatapannya tajam, tapi di balik itu terselip kecemasan yang berusaha ia tutupi dengan sikap dingin dan arogan. Ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja, ingin mendengar sendiri bahwa Riana tidak akan pergi. Dalam pikirannya, Liliana pasti sudah berhasil membujuk adiknya agar kembali menjadi istri yang penurut seperti dulu.

Dengan tubuh tegak dan tangan terlipat di dada, ia berdiri menghadang langkah Riana.

“Sekarang kembali ke kamar, jadi Nyonya Prawira yang patuh, Riana,” ucapnya datar, penuh keangkuhan, seolah kata-katanya adalah perintah yang tak boleh dibantah.

Riana menghentikan langkahnya. Tangannya yang menggenggam map dokumen perceraian bergetar halus. Tatapannya naik perlahan, menatap wajah lelaki yang dulu ia cintai sepenuh hati, lelaki yang kini hanya meninggalkan luka dan harga diri yang tercabik.

“Patuh?” Riana mengulang lirih, suaranya serak namun jelas. “Aku sudah patuh, Septian. Bahkan terlalu patuh… sampai aku lupa siapa diriku sendiri.”

Septian mengerutkan kening, nada suaranya mulai meninggi. “Cukup, Riana! Jangan buat semuanya makin rumit. Kamu cuma emosi, nanti juga akan sadar. Rumah tangga nggak bisa dijalankan pakai amarah sesaat.”

Riana tersenyum getir, matanya memerah menahan tangis. “Rumah tangga? Kamu pikir yang kita punya selama ini masih bisa disebut rumah tangga? Kamu lempar talak, menghinaku, dan biarkan aku sendirian di rumah sakit, bahkan malam ini… kamu duduk makan malam dengan santai seolah tidak ada tempatku lagi. Inikah yang kamu bilang rumah tangga?”

Wajah Septian menegang, rahangnya mengeras. “Kamu bicara apa?”

Riana menatapnya dalam-dalam, lalu menarik napas panjang. Map di tangannya ia lempar tepat ke dada Septian, malas menjelaskan lebih jauh. “Aku sudah membuat perjanjian perceraian. Kamu tinggal tanda tangan.”

Suara map itu jatuh di dada Septian terdengar tegas, menggema di ruangan yang mendadak sunyi. Septian buru-buru membuka isinya, masih dengan keyakinan bahwa ini hanya permainan emosi, bahwa Riana hanya ingin diperhatikan. Tapi begitu matanya membaca tiap baris, senyum di wajahnya memudar.

Ia menelan ludah. Kakinya mundur setapak, seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Dan salah satu poin membuat matanya membulat, Riana hanya menuntut nafkah seratus perak.

“Seratus… perak?” gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

Beberapa detik kemudian, Septian memaksa dirinya tertawa. Tawa yang terdengar sumbang, bergetar menahan panik. “Riana, perceraian itu bukan hal yang bisa dijadikan bahan bercanda!” katanya dengan nada keras, mencoba terdengar berwibawa.

Riana tidak menanggapi. Tatapannya tetap dingin dan tajam, membuat tawa Septian terasa hampa.

“Kalau bukan bercanda,” lanjut Septian dengan nada lebih tinggi, “kenapa di sini tertulis kamu cuma menuntut uang nafkah seratus perak? Itu bukti kamu nggak serius, Riana. Kamu masih mencintaiku, kan?” Ia tersenyum miring, berusaha menegakkan harga diri yang mulai runtuh.

Riana menatapnya lama, matanya berkilat basah. “Kamu benar,” ujarnya pelan. “Aku memang sangat mencintaimu.”

Septian mengangkat dagu, seolah menang, tapi Riana belum selesai.

“Dan karena cinta itu,” lanjutnya, suaranya mulai bergetar namun penuh luka, “aku rela dibodohi. Aku rela dipermalukan. Aku rela dicintai sepihak. Kamu tahu kenapa aku menulis nafkah hanya seratus perak, Septian?”

Ia berhenti sejenak, menatap suaminya yang kini mulai kehilangan kata. Air mata mengalir di pipinya, tapi senyumnya getir.

“Karena itu harga yang pantas buat seorang suami yang menukar harga dirinya dengan nafsu. Aku cuma ingin menegaskan… begitulah nilaimu di mataku sekarang.”

Tatapan Riana menusuk dalam, membuat dada Septian seolah disayat kata demi kata yang keluar dari bibir wanita itu. Untuk sesaat, ia tidak mampu bicara, bahkan tidak mampu marah. Suara napasnya terdengar kasar, mencoba menguasai emosi yang sudah meledak di dadanya.

“Riana…” suaranya serak, tapi gengsi menahannya untuk merendah. “Kamu nggak tahu apa yang kamu lakukan. Aku ini suamimu.”

Riana menatapnya dengan sorot mata yang kosong namun kuat. “Dulu, iya. Sekarang? Kamu cuma lelaki yang pernah kutunggu di depan pintu dengan hati penuh harap dan ternyata pulang dengan dosa.”

Langkahnya pelan namun mantap. Ia mengambil map itu dari tangan Septian yang masih kaku, lalu menepukkannya ke dada lelaki itu sekali lagi, kali ini dengan lebih tegas ia berkata, “Tanda tangan, Septian. Sebelum aku benar-benar muak melihat wajahmu.”

Septian meraih tangan Riana, tapi wanita itu segera menepis kesar. Sentuhan itu membuat Riana mundur setapak, dan untuk pertama kalinya, tatapannya benar-benar mati rasa tidak ada cinta, tidak ada amarah, hanya kelelahan yang menyesakkan dadanya.

“Jangan sentuh aku lagi,” ucapnya dingin.

Septian menggeram, mencoba menguasai dirinya yang mulai goyah. “Riana, berhenti bersikap seperti ini. Lima tahun kita sudah berumah tangga… kenapa sekarang kamu menyerah begitu saja?”

Riana tersenyum getir, bibirnya bergetar menahan tangis. “Kamu masih tanya kenapa? Kamu lucu, Septian.”

“Aku butuh penjelasan, Riana! Bukan sindiran!” suaranya meninggi, tapi terdengar lebih seperti teriakan orang yang ketakutan.

“Baik, aku beri penjelasan,” sahut Riana lirih tapi tajam. Ia menatap lurus ke mata Septian. “Sekarang aku tanya sama kamu. Tiga hari ini saat aku nggak ada… apa kamu mencariku? Atau kamu lebih bahagia?”

Septian menahan napas, dadanya naik-turun. “Riana, jangan mencari-cari alasan. Kamu tahu kenapa aku memberikan waktu untukmu buat introspeksi diri. Karena sikap kamu yang nggak dewasa… bahkan sampai mencelakai kakakmu sendiri dan anaknya.”

Riana tertawa pendek, getir, air matanya jatuh. “Lalu karena aku cuma mendorong kakakku, kamu sudah seperti hakim… hingga kamu memberikan vonis dengan mendorongku sampai aku menabrak dinding dan dirawat di rumah sakit selama tiga hari?”

Septian membeku. “Apa? Ka… kamu dirawat? Itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak—” Suaranya mendadak terputus. Pandangannya kosong, wajahnya tegang. Ada sesuatu yang perlahan muncul di benaknya, seolah ingatan yang selama ini ia tekan tiba-tiba menyeruak.

Riana menatapnya, sorot matanya tajam dan dingin. “Kenapa tidak melanjutkan, Septian? Kamu sudah ingat dengan apa yang kamu lakukan padaku?”

Septian menggigit bibirnya sendiri, matanya bergetar, tidak mampu berkata-kata.

“Itulah cinta yang selama lima tahun kamu berikan padaku,” lanjut Riana, suaranya pecah, penuh luka yang lama terpendam. “Cinta sepihak. Cinta yang mengiris sampai aku lupa siapa diriku.”

Ia menarik napas dalam-dalam, seolah mengumpulkan kekuatan terakhir. “Dan kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Wanita yang selama ini kamu sukai… adalah kakakku.”

Wajah Septian memucat. “Riana…”

“Aku ucapkan selamat, Septian,” Riana melangkah mundur, air matanya jatuh tapi tatapannya tetap tajam. “Semoga kalian bisa hidup bersama. Karena kakakku juga menyukaimu.”

Kalimat itu meluncur seperti petir yang memecah langit malam. Septian terdiam membeku, dada terasa sesak, wajahnya tidak lagi menyisakan sisa-sisa keangkuhan yang tadi ia pamerkan. Tangannya yang masih menggenggam map bergetar, seperti tak tahu lagi harus berbuat apa.

Sementara di sisi lain, Liliana yang mendengar pertengkaran Riana dan Septian kini mulai tersenyum lega dan bangga, "Ternyata wanita yang disukai Tian itu aku."

1
Dewa Rana
artinya sudah jatuh talak satu
Dewa Rana
kasian riana
Maizuki Bintang
bgs
Ariany Sudjana
ini dua hama harus disingkirkan, yang satu sudah amnesia, padahal dulu sudah talak Riana. yang satu nenek lampir yang selalu playing victim
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dito mau menyingkirkan lili kah?
total 1 replies
Ma Em
Buang Liliana dan Septian yg jauh agar TDK mengganggu Riana dan Alif , lbh baik Riana dana Alif secepatnya segera menikah agar TDK diganggu lagi oleh Liliana dan Septian .
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: jangan lupa ikut kondangan kak🤭
total 1 replies
Neng Saripah
apa mungkin sinta ya pelakunya 🤔🤔🤔
Ma Em
Riana terlalu lemah dan tdk tegas makanya kelemahan Riana banyak dimanfaatkan orang termasuk kakaknya sendiri si Liliana , karakter Riana kurang bagus Thor tdk cerdik 🙏🙏🙏
kalea rizuky
karakternya lemah oon jg
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa pengen gapok terus bisikin sadar woy riana sadar
total 1 replies
arniya
apa Sinta dalangnya??!
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: apa iya dia?
total 3 replies
Kenick Cafe
geregetan am mak lampir liliana
Rezqhi Amalia: permisi kak, siapa tahu kakak minat mampir dikaryaku yang berjudul 'Dipaksa Menikahi Suami Sahabatku'

terimakasih sebelumnya 🤗💐
total 2 replies
Ma Em
karakter Riana terlalu lemah tdk tegas hrs nya seorang dokter itu cerdas tdk bodoh , masa selalu kalah dari Liliana , harusnya Riana lawan Liliana jgn lemah makanya Liliana mudah menindas Riana .
Dede Bleher
talak 3 dong!
tk bisa kembali 🤣🤣🤣🤣.
kecuali di mantan Istri nikah dulu
Ida Sriwidodo
Masalahnya muter2 trus kk..
Tapi mang salahnya Riana.. jadi perempuan kelewat naif jadinya mengarah ke bodo
Gampang banget di manipulasi
Ngga punya pertahanan diri.. huft!
Satu sisi kasian.. satu sisi lagi gumuss..
Bersyukur sekarang ketemu Alif yang bener cinta dan tulus
Cobaa ketemunya kayak Septik tank lagi.. wis runyam..
Ngga bakal ada hepi endingnya.. nelongso truss 🤦🏻‍♀️
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: sad ya kak 🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
Riana kamu jangan diam saja dong, sudah tahu kakak kamu itu selalu memanipulasi fakta
Mundri Astuti
dasar mak lampir...dah tau watak kakakmu begitu, jangan didenger ucapannya Riana
𝐇⃟⃝ᵧꕥ📴𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia baik loh aslinya
total 1 replies
arniya
ada aja pengganggu....
Ariany Sudjana
Riana ini bodoh atau gimana sih, masih juga percaya sama Liliana, padahal ybs selalu playing victim dan memutar balikkan fskta
Setyowati Setyowati: disini karakter Riana di buat lemah .. sebenernya sy kurang suka 🤭🤭 sy suka yg tegas di balik sifat lemah lembut
total 3 replies
Noey Aprilia
Hadeeuuuhhh.....
kdang gmes sm riana yg lmah bgt....
yg kuat dong,tgas gt...jgn dkt2 nangis....
Ma Em
Thor coba Liliana musnahkan saja dari bumi ini daripada hidupnya membuat orang susah saja lbh baik secepatnya Liliana buang kelaut aja heran ada kakak begitu jahat pada adiknya sdh rumah tangganya dia hancurkan sekarang malah Riana yg mau dia hancurkan harusnya seorang kakak itu melindungi bkn untuk membuat sang adik menderita .
Mundri Astuti
kerjaannya si liliput lah ni mah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!