NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.6k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Sepanjang perjalanan bibir Bella terus bergerak lirih, berdoa meminta yang terbaik. Dia berharap ayah kandungnya yang selama ini hanya dia kenal saat masih kecil, mau membuka pintu hati dan menerimanya.

Matanya yang basah menatap pemandangan di sepanjang jalan, seolah mencari keberanian dalam setiap lekuk jalan yang dilalui. Setelah hampir satu jam menembus jalanan kota yang padat, motor yang dia tumpangi akhirnya berhenti di depan sebuah rumah megah dengan pagar besi tinggi berwarna hitam yang tampak kokoh. Hawa dingin malam itu menyapa kulit Bella yang mulai berkeringat dingin, menandakan kecemasannya mulai melanda.

Bella turun dari atas motor. Dia memberikan uang ongkos dengan tangan yang sedikit gemetar dan menyerahkannya kepada pengendara ojeg.

Setelah ojeg itu pergi, Bella menatap pagar tinggi itu sejenak, lalu melangkah menuju pos penjagaan yang berdiri kokoh di sisi pintu masuk.

Kriett.....

Suara derit pintu besi yang dibuka oleh seorang satpam tua mengiringi langkah Bella yang semakin mendekat, sementara hatinya bergelora antara harap dan takut ditolak. Matanya menatap lurus ke depan, berusaha menyembunyikan keraguan yang bergejolak di dalam dada.

"Permisi pak, selamat malam" sapa Bella dengan suara yang terdengar gugup.Wajahnya memerah, tubuhnya sedikit gemetar, seolah beban harapan dan kecemasan menekan pundaknya yang kecil.

"Kamu siapa? Dan ada keperluan apa kamu datang kemari?" penjagaan di rumah Reza cukup ketat, di boleh sembarang orang datang menemuinya.

"Saya Bella,... ingin bertemu dengan tuan Reza, pak." ucap Bella sopan.

"Maaf nona, sudah malam, tuan Reza tidak bisa menerima tamu" kata penjaga. Bosnya itu tidak pernah mau menerima tamu di atas jam delapan malam, kecuali sudah membuat janji, atau ada sesuatu yang penting.

"Bilang saja, saya Bella anaknya tuan Reza, ingin bertemu" ucap Bella dengan tatapan memohon.

Penjaga itu menatap Bella dengan mata yang sulit dibaca, diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Tunggu sebentar, Nona" ucapnya dan memcoba mengkonfirmasi terlebih dahulu.

Sementara menunggu, Bella menundukkan kepala, menarik napas panjang dan mengangkat kedua tangan dalam doa kecil, berharap ayahnya bisa menerima kedatangannya dengan tangan terbuka. Hatinya penuh dengan campuran rasa takut dan rindu yang membuncah.Suara motor dan hiruk pikuk kota seolah memudar, hanya ada kesunyian yang menusuk di antara pagar tinggi dan dinding rumah besar di depannya.

"Tuan Reza meminta anda untuk masuk" ucap penjaga setelah mendapat jawaban dari laki-laki itu.

Setelah gerbang di buka, dengan langkah gontai Bella berjalan menuju pintu utama rumah ayahnya. Dia merasa dunia tidak adil, di saat kedua orang tuanya hidup bahagia, dia harus menderita dengan semua kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.

Ting Tong

Ting Tong

Ting Tong

Ceklek.....

Tak lama pintu rumah terbuka perlahan, memperlihatkan sosok pria paruh baya dengan tatapan tajam menatap Bella.

Bella menatapnya dalam-dalam, berusaha menyembunyikan getir yang sudah lama ia pendam.

"Ayah," suaranya hampir tak terdengar, namun penuh harap. Pria itu berhenti sejenak, menimbang apa yang harus ia katakan. Wajah kerasnya melembut, tapi matanya tetap penuh dengan keraguan.

"Masuklah, Kita bicara di dalam." ucap Reza dengan suara yang terdengar dingin.

Langkah Bella gemetar saat melangkah melewati pintu, merasakan aura dingin di sekitarnya.

"Ada apa kamu malam-malam datang kemari" tanya Reza ketika mereka berdua sudah duduk di ruang tamu.

Bella tidak langsung menjawab, dia menatap ayahnya dengan tatapan yang sulit di rumit.

"Katakan Bella, saya tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara denganmu" desak Reza.

Bella menghela napas panjang, mencoba meredam denyut perih yang menggerayangi hatinya. Matanya menatap lurus kedepan menatap wajah ayahnya yang selama ini tidak pernah dia temui.

"Aku kesini ingin meminta tolong padamu, ayah," ucap Bella memberanikan diri"Izinkan aku tinggal di sini untuk sementara waktu. Nanti kalau aku sudah memiliki uang, aku akan pergi dari sini."

Reza menggeleng pelan, ekspresinya keras dan penuh ketegasan. "Maaf, saya tidak bisa. Saya tidak mau mengambil risiko atas keselamatan anak-anak saya. Saya takut mereka celaka sama seperti almarhum calon adikmu itu." Perkataan itu menusuk dalam hati Bella. Tangannya mengepal kuat sampai kuku menembus kulit telapak. Tubuhnya bergetar, tapi dia memaksa diri tetap diam, menahan amarah sekaligus kesedihan yang menggulung di dadanya.

Matanya menatap ke lantai, menahan air mata yang nyaris jatuh, sementara pikirannya berlari liar mencari jalan keluar dari penolakan itu. Ia merasa tertutup dan terasing dalam rumah yang seharusnya menjadi pelabuhan terakhirnya.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi" pamit Bella tanpa memohon lebih lama lagi. Dia tidak mau mengemis di hadapan ayahnya.

Bella keluar dari rumah ayahnya, dan duduk di teras sebentar berusaha mengontrol kesedihannya.

Sementara itu di dalam Reza berdiri di balik jendela kaca yang agak buram, matanya tajam menatap sosok kecil yang sedang duduk termenung di depan rumahnya. Punggung putrinya yang kurus itu terlihat seperti bayangan yang tenggelam dalam sepi, terasing di antara keramaian yang tak pernah menyambutnya.

Reza mengernyit, namun bukan rasa iba yang mengisi dadanya, melainkan kebekuan yang sudah lama membeku, sebuah sikap dingin yang tak tergerakkan oleh kisah pilu anak yang selama ini tidak pernah dia anggap.

Semenjak memiliki anak dari Erika, Reza tidak pernah sedikit pun perduli dengan Bella. Padahal dulu pria itu sempat menyesal, dan ingin mengakui putrinya itu. Tetapi hati seorang mudah sekali berubah.

Tiba-tiba, suara lembut sang istri memecah keheningan, “Siapa, Mas?” Dia melangkah mendekati suaminya.

“Bella,” jawab Reza tanpa mengalihkan pandangannya. “Dia minta izin tinggal di sini. Tapi tenang saja, aku sudah menolaknya.”

Erika menghela napas, ekspresinya berubah menjadi campuran lega dan tegas. “Baguslah. Aku tak mau anak-anakku bernasib sama seperti adiknya itu.” Matanya menyipit, menegaskan bahwa baginya, keluarga harus dijaga agar tak celaka seperti yang terjadi pada Arumi dan calon anaknya yang di kandungnya.

Reza menoleh sebentar, memperhatikan wajah istrinya, lalu kembali menatap ke arah putrinya yang masih terdiam di luar sana, seolah dunia ini memang sudah menutup pintu untuknya. Di dalam hatinya, keheningan terus bergaung, menegaskan bahwa rasa iba takkan pernah datang untuk anak yang dianggapnya bukan bagian dari hidupnya.

Bella melangkah keluar melewati gerbang utama rumah ayahnya, tubuhnya gemetar dan dada terasa sesak. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya, membentuk jejak basah yang tak kunjung berhenti meski angin malam mencoba mengeringkannya. Senyum getir tersungging di bibirnya yang gemetar, seolah menantang kesedihan yang menyesakkan hati.

“Ternyata begini rasanya jadi anak broken home,” bisiknya pelan, rasa kecewa memenuhi perasaannya.

Kenangan tentang ucapan seseorang dulu terngiang di benaknya, 'Seburuk apapun kesalahan anak, orang tua pasti akan memaafkannya' Namun kata-kata itu tidak berlaku untuknya.

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!