Galexia Ranendra, gadis bebas, bar bar, seenaknya, tidak mau di kekang oleh aturan apa pun, terpaksa di persatukan dengan banyak aturan bersama seorang pria yang bernama Pradivta Agas. Pria yang di pilihkan oleh kedua orang tuanya untuk menjadi partner hidup tanpa persetujuan darinya.
Bahkan Galexia tidak tahu dengan jelas siapa pria berwajah manis dan berkulit bersih yang selalu berusaha menarik perhatiannya.
Lalu bagaimana setelah Galexia tahu kalau Pradivta adalah pria penjual es doger yang sudah membuatnya kesal karena merasa di PHP? Dan artinya Pradivta adalah seorang Intel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Joki Pengganti
"Malam ini ada Bali di tempat baru. Lo minat ikut kita gak? Taruhannya enggak main main, 100 juta. Gimana, berminat? Kalo lo mau ikut entar gue yang daftarin, lo tinggal datang terus balapan."
Galexia memainkan pipet minumannya dengan mata terus saja menatap pria berambut gondrong yang tengah mengoceh sembari tersenyum penuh harap padanya.
"Memangnya tempat lama kenapa? Kagak ada yang minat lagi maen disana?" Galexia tidak menanggapi ucapan rekan lamanya. Dia malah balik bertanya pada pria muda itu, ada rasa penasaran yang mulai muncul. Sekian lama vakum dari dunia balap jalanan, entah mengapa tiba tiba saja rasa rindu datang menghampiri.
"Lo belum denger kalo tuh tempat udah di ancurin sama polisi. Jalanan yang kita jadiin lintasan juga udah di cor, banyak polisi tidur disana. Emang yak, gara gara tuh bandar narkoboy sialan mata pencaharian gue jadi ilang kan!" pria itu mendengus kesal. Wajahnya terlihat masam saat mengingat bagaimana para anggota kepolisian memporak porandakan area balap liar yang selama ini menjadi pundi pundi rupiah untuknya sebagai penyelenggara.
Pria itu misuh misuh sendiri. Dia berkali kali menyereput kopi hitamnya hingga tandas, terlihat kesal sekali. Sementara gadis berwajah bule yang ada dihadapannya saat ini diam diam melirik pada pria yang tengah duduk tidak jauh dari tempatnya. Pria berkaos hitam itu terlihat santai menyeruput kopi hitam miliknya, kedua matanya menatap ke arah lain kala menyadari kalau gadis yang membawanya ke tempat ini tengah melirik ke arahnya.
"Gue balik dulu!" Galexia bangkit tanpa menyahuti ocehan rekan sejawatnya lebih lama.
Gadis itu merain jaket jeans miliknya, dan memakainya dengan cepat. Dia tidak peduli dengan tatapan horor pria gondrong yang di hadapannya sekarang.
"Gila lo yak, gue udah berkicau panjang lebar malah mau di tinggal balik!" ucapnya gemas.
Galexia tidak menyahut, dia hanya menipiskan bibir lalu menepuk pundak pria itu cukup kencang hingga membuatnya meringis.
"Entar gue kabarin. Gue balik dulu, lo siapin aja joki lain buat cadangan kalo gue gak bisa datang." Galexia menipiskan bibirnya, ekor matanya kembali terarah para Pradivta yang masih belum bergerak dari tempatnya.
Galexia berbalik, bergegas keluar dari kafe tanpa mau menoleh saat melewati calon suaminya. Mereka terlihat seperti dia orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.
Tapi tidak lama setelah Galexia cukup jauh dari tempat tadi, Pradivta ikut mengangkat bokongnya. Pria itu meletakan satu lembar uang berwarna merah untuk membayar kopi hitam yang dinikmati nya tadi. Jujur dirinya sangat menyayangkan sekali, kenapa harga kopi hitam yang biasanya bisa dia dapatkan secara gratis di rumahnya, bisa semahal ini kalau sudah masuk kedalam kafe kekinian.
"Xia!"
Pradivta mempercepat langkahnya saat melihat Galexia hendak memakai helmnya. Pria itu meraih kunci motor besar yang sudah terpasang di tempat semestinya, untuk mencegah gadis galak itu pergi menghindari dirinya.
"Jadi, kamu mau ikut balap liar lagi?" tanyanya serius.
Kedua mata Pradivta menajam. Dia menatap Galexia lekat, aura kepemimpinan yang biasa dia tunjukan saat bertugas kini mulai menguar dan Galexia yang peka sangat bisa merasakannya.
"Iya," sahutnya ringan. Setelah itu Galexia mengunci helmnya agar safety, dia kemudian memberikan helm full face hitam pada Pradivta.
"Xia, kamu enggak serius-,"
"Gue serius. Kenapa, lo gak percaya?"
Galexia mengangkat satu alisnya, sudut bibirnya berkedut kala melihat ekspresi Pradivta yang datar dan sama sekali tidak terbaca olehnya.
"Saya serius Galexia! Kamu mau mengikuti hal yang berbahaya itu? Kamu tahu apa resiko yang akan-,"
"Iya, gue tau. Gue tau apa resikonya, tapi tenang aja bukan gue kok yang bakalan turun nanti,"
Galexia kembali merebut kunci motornya. Dia bergegas menstater motor besar hitam kesayangannya namun kembali terganggu saat Pradivta mematikannya lagi.
"Galexia, saya tidak main ma-,"
"Lo yang bakalan turun ke arena. Gimana, setuju kan? Bukannya lo sama tim lo itu juga lagi ngincer salah satu joki disana? Ya udah sekali tiga uang, sambil nyelam minum susu. Gue ajak lo kesana buat jadi salah satu joki yang bakalan turun ke arena gantiin gue."
Galexia menampilkan senyuman lebarnya. Dia kembali menyalakan motornya dan menepuk jok belakang meminta Pradivta agar cepat naik. Sementara Pradivta masih terdiam, dia tengah mencerna semua kata kata yang dilontarkan oleh calon istrinya.
Bukan ide yang buruk
"Oke!" putusnya tanpa ragu sedikit pun.
💘
💘
💘
Riuh sorak para penikmat otomotif kelas abal abal kala para joki tengah mencoba lintasan yang akan mereka taklukan malam ini. Beberapa joki bukan dari kalangan biasa, melainkan para anak konglomerat, pengusaha serta politisi yang selalu memiliki uang lebih. Mereka tidak segan segan melakukan taruhan dalam jumlah yang fantastis, seperti malam ini.
Tidak jauh dari riuhnya penonton, Galexia dan rekan satu timnya tengah memindai satu persatu lawan di arena malam ini termasuk Pradivta yang sudah siap menjadi salah satu joki untuk menaklukan para pembalap lainnya.
"Yang motor merah, dia anak pejabat dari kota sebelah. Yang putih, salah satu anak pengusaha kelapa sawit, duitnya banyak tuh. Jadi, temen lo harus bisa menang di putaran pertama biar bisa masuk final."
Galexia mengangguk, dia melirik pada Pradivta yang masih meluruskan pandangannya ke arah para joki dadakan itu.
"Kalo temen gue gak sanggup di putaran berikutnya, apa bisa gue yang gantiin?" tanyanya.
"Bisa, asal lo bisa bayar pinalti." pria gondrong itu melirik pada Galexia. Sudut bibirnya tertarik sedikit kala melihat Galexia mengangguk dan menegakan tubuhnya.
"Oke, gue setuju. Siapin semuanya, kita bakalan mulai permainannya." putusnya tanpa meminta persetujuan dari orang yang akan melintas di arena balap menggantikan dirinya.
SENYUMIN AJA🤣🤣🤣🤣
lanjut ke Tiger ugerrrr 😁😁😁
Bagus ceritanya buat aq senyum" sendiri di dukung dg visual tmbah keren skaleeee👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻