NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Sang Mafia

Terjebak Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Bad Boy / Gadis nakal
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.

"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.


>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vanya Cemburu?!

"KITA GAK SEDEKAT ITU, JADI JAGA BATASAN LO SIALAN! GUE DEKET SAMA LO KARENA SEMATA-MATA CARI VANYA YANG HILANG, BUKAN KARENA GUE SUKA SAMA LO...!!" teriak Raka dengan suara kerasnya.

Calista berdiri dengan tubuh gemetar, matanya merah dan bibirnya terkatup rapat, seolah mencoba menahan gejolak emosi yang sedang mengamuk di dalam dadanya.

"GUE GAK CINTA SAMA LO, LO JANGAN GR YA LO, GUE NGASIH LO MAKAN KARENA KASIAN, BUKAN KARENA CINTA...!!" pekiknya dengan suara yang cukup keras sehingga mungkin bisa didengar oleh tetangga sebelah.

Raka, yang sedari tadi berdiri di depan Calista dengan postur yang tegap dan wajah datar, hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca.

Kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengalihkan perhatiannya ke balkon kamar, seolah mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

Calista, menyadari bahwa Raka tidak menunjukkan tanda-tanda akan merespons kata-katanya, kembali menggertak, "Pergi dari sini, Calista. Gue gak butuh lo kasihanin. Gue akan cari Vanya sendiri mulai sekarang," ucap Raka sambil menunjuk ke arah pintu, nada suaranya tegas dan tanpa keraguan.

Calista terpaku sejenak, bibirnya bergetar dan matanya berkaca-kaca. "Tap...tapi, oke kalau itu mau lo," ujarnya dengan suara yang parau, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang mulai menjalar di dada.

Dia berbalik perlahan dan melangkah keluar dari apartemen tersebut, langkah kakinya terasa begitu berat seolah menyeret seluruh dunianya yang kini hancur.

Di luar, Calista berjalan tanpa tujuan, air mata mengalir deras membasahi pipinya.

Setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat seiring dengan memori yang terus berputar di kepalanya tentang semua momen yang telah dihabiskan bersama Raka.

Sementara itu, Leo, yang kebetulan melihat kejadian itu dari kejauhan, hanya bisa tersenyum miring.

Dalam hatinya, dia bertanya-tanya, "Kenapa? Ditolak sama Raka?" Leo tahu bahwa hubungan antara Calista dan Raka tidak pernah mulus, tetapi melihat kejadian barusan membuatnya sadar betapa rumitnya perasaan yang terlibat.

Calista terus berjalan, membiarkan kakinya membawanya ke mana pun. Hatinya hancur, pikirannya kacau, dan perasaannya remuk redam.

Di tengah kesendirian dan keheningan malam, hanya suara tangisnya yang terdengar, memecah kesunyian yang menyelimuti jalan-jalan sepi.

"Gak ini pasti gak mungkin, gue pikir dengan gue berusaha kaya Vanya. Bahkan penampilan gue, udah gue rubah kaya Vanya, tetap aja yang ada di mata Raka cuma Vanya. Gue harus apa hikss hikss," ujar Calista, menahan rasa sesak di dadanya.

"Apa gue akan mundur gitu aja? Kenapa Tuhan? Kenapa kau kasih rasa sedalam ini sama orang yang gak pernah bisa lihat gue, kenapa Tuhan? Gue gak kuat lagi, ini sakit banget rasanya hikss hikss...AAARGHH.....!!" teriak Calista dengan kerasnya di tengah guyuran hujan di depan apartemen Raka yang sepi ini.

"Tuh cewek gila atau apa sih, kenapa malah hujan-hujanan, dasar bodoh tolol!" ujar Leo yang dari tadi mengikuti Calista diam-diam.

Mobilnya yang hitam dengan suara mesin halus membuat Calista tak menyadari kalau ada orang yang mengikutinya.

"Sial, ini beneran?" tanya Leo sambil terkekeh miring. "Jadi lo beneran cinta sama Raka, Man, wah wah gak gue sangka ternyata lo gak tau malu juga," ujarnya sambil tersenyum miring.

Dengan cepat, Leo langsung pergi dari sana. Ia tak menyukai Calista, hanya penasaran kenapa Calista tiap sore datang ke apartemen Raka bawa makanan, ternyata inilah alasannya.

Dengan cepat, ia memarkirkan mobilnya di dalam basement apartemen Raka, lalu mulai naik ke lantai atas di mana kamar unit apartemen Raka berada.

CEKLEK!

Pintu terbuka lebar karena Leo maupun Erik punya kartu akses sendiri untuk masuk.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Raka sambil menyesap rokoknya.

"Main aja, lo kenapa? Ini makanan dari siapa?" tanya Leo balik.

"Hmm, gak perlu tau," jawab Raka singkat.

"Gue tau pasti dari Calista deh, kasian bro, dia kayaknya cin..."

"DIAM, GUE GAK PEDULI MAU DIA CINTA SAMA GUE ATAU ENGGAK. YANG JELAS GUE HANYA CINTA SAMA VANYA, GAK ADA YANG LAINNYA!" teriak Raka dengan suara kerasnya, bahkan ia seperti tak mau dibantah lagi oleh sahabatnya itu.

"Wow...wow...calm men, lo kenapa sih? Sebenarnya kenapa akhir-akhir ini hidup lo makin gak teratur aja? Lo bingung cari Vanya di mana? Tanya aja sama bokapnya," ujar Leo sambil terkekeh pelan.

Raka melirik sinis Leo, "gue gak ada akses ke sana lagi," ujar Raka.

Leo langsung melempar kartu akses untuk masuk ke perusahaan milik Papanya Vanya. Tentu saja ia mendapatkan itu dari Papanya juga karena Papanya dan Papa Vanya adalah rekan bisnis.

......................

Vanya memandang ponsel Kael yang tergeletak di atas meja samping tempat tidur mewah mereka dengan tatapan tajam.

Lampu kamar yang redup hanya menambah suasana hening yang mendadak pecah oleh deringan ponsel tersebut. Layar ponsel itu menyala, menampilkan notifikasi dari nomor yang tidak terdaftar.

Tanpa berpikir panjang, Vanya meraihnya dan menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Halo kak Kael, hikss hikss tolong aku kak, aku diancam sama om Candra. Aku ini masih tanggung jawab kakak, hikss hikss," suara gadis di seberang sana terdengar ketakutan dan putus asa.

Vanya mengerutkan keningnya, rasa kesal bercampur amarah mulai memuncak.

"Sialan, ini pasti si Ketty," gumam Vanya dengan nada yang meninggi.

Dia sangat mengenal trik dan drama yang mungkin dulu sering dilakukan Ketty untuk mendapatkan perhatian dari Kael, kekasihnya ini.

Dengan raut wajah yang semakin kesal, Vanya melanjutkan, "Sayang, deketan sini, Kael emhh," katanya dengan suara yang disengaja dibuat manja dan mendesah, seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi, kemudian dengan cepat ia menekan tombol merah untuk mematikan sambungan telepon.

Kael, yang sejak tadi memperhatikan Vanya dari balik pintu kamar, tidak bisa menahan tawanya.

Dia berjalan mendekat ke arah Vanya, dengan senyum menghiasi wajah tampannya. "Kamu tahu, aku suka cara kamu meng-handle situasi macam ini," ucap Kael sambil duduk di samping Vanya di tepi tempat tidur.

Vanya menoleh, matanya menatap Kael dengan pandangan yang sulit diartikan. "Aku tidak suka permainan dia, Kael. Aku tidak suka bagaimana dia selalu mencoba mengganggu ketenangan kita," ucap Vanya dengan suara yang lebih tenang tapi masih terasa ketegangannya.

Kael mengangguk, tangannya meraih tangan Vanya, mengusapnya lembut. "Aku tahu, ini sulit untukmu. Tapi kamu harus tahu, aku di sini, di sampingmu. Ketty atau siapapun tidak akan bisa mengganggu kita," kata Kael dengan suara yang penuh keyakinan.

Vanya menghela napas, merasakan kehangatan dari sentuhan Kael. "Aku hanya ingin kita bisa memiliki hidup yang damai, tanpa ada drama atau ancaman dari luar," ujarnya, suaranya mengandung harapan.

Kael tersenyum, mendekatkan wajahnya ke wajah Vanya, kemudian mencium keningnya dengan penuh kasih. "Yes. Selama kita bersama, kita akan melalui segalanya," bisik Kael dengan lembut.

Malam itu, mereka berdua berbaring di tempat tidur, saling berpelukan, mencoba menemukan ketenangan di tengah badai yang mungkin masih akan datang.

Namun, untuk saat itu, kehadiran satu sama lain adalah penenang yang paling ampuh, memberikan kekuatan untuk menghadapi hari esok, apa pun yang mungkin membawa.

Dengan cepat, Kael langsung mengambil ponselnya dan memblokir nomor Ketty, "udah aku blokir, besok aku ganti kartu. Tenang saja, tak akan ku beri celah perempuan lain buat hancurin hubungan kita ini, trust me," ujar Kael panjang lebar sambil tersenyum manis ke arah kekasihnya itu.

Vanya tersenyum manis, "Aku pegang janjimu," jawab Vanya.

"Hey sekarang keluar, aku mau tidur, kita belum muhrim ya jadi tidurnya pisah gak boleh jadi satu," ujar Vanya sambil membuka lebar pintu kamarnya.

"Hey ini kamar aku," sahut Kael yang tak mau keluar.

"Ishh yaudah aku aja yang cari kamar lain, di sini banyak kamar kosong juga kok," jawab Vanya sambil membalikkan tubuhnya keluar dari kamar Kael.

Vanya tersenyum penuh arti saat Kael yang terengah-engah mengejarnya melewati koridor panjang mansion yang mewah itu.

Dindingnya dihiasi dengan lukisan klasik dan perabotan antik yang berkilau, menciptakan suasana yang serba mewah.

Tangannya terulur mencoba menangkap tangan Vanya, namun gadis itu terus meliuk-liukkan tubuhnya dengan lincah, menghindari sentuhan Kael.

Lantai marmer yang mengkilap itu memantulkan cahaya dari lampu kristal yang tergantung megah, namun hal itu justru menambah kesulitan bagi mereka berdua.

"Berhenti sayang, lantainya licin!" teriak Kael, kekhawatiran terdengar jelas dalam suaranya ketika ia melihat Vanya hampir terpeleset.

Namun, tawa renyah Vanya menggema di ruangan itu, "Ya kamu yang berhenti! Kita belum muhrim, gak boleh tidur bareng!" sahutnya sambil terus berlari memasuki ruangan lain, suaranya penuh keceriaan.

Kael, yang tidak mau kalah, mengejar dengan langkah besar, "Vanya, ayolah aku kan udah janji gak akan aneh-aneh, cuma nen aja loh," katanya mencoba membujuk.

Namun nada suaranya menunjukkan bahwa ia menikmati permainan kejar-kejaran ini sebanyak Vanya.

Dengan napas yang masih terengah-engah, Vanya berpaling dan melemparkan tatapan kesal ke arah Kael.

"Gak mau, Kael!" teriaknya kembali dengan senyum yang mengembang.

Energi dan kegembiraan memancar dari setiap gerakannya, seakan-akan ia adalah anak-anak kembali, bermain tanpa beban.

Mereka berdua melintasi ruang makan yang luas dengan meja yang terhampar elegan, penuh dengan peralatan makan berkilau. Kael semakin mendekat, hampir berhasil menyentuh ujung rambut Vanya.

Dengan langkah yang semakin cepat, Kael mencoba taktik lain, "Berhenti atau aku tembak kaki kamu, Vanya," katanya dengan nada serius tapi masih terdengar gurauan di dalamnya. Vanya terkekeh, tahu bahwa Kael hanya bercanda.

"Ish, iya-iya ini berhenti," ujar Vanya akhirnya, menghentikan langkahnya dengan tangan terangkat.

Dia menoleh ke Kael yang kini hanya beberapa langkah di belakangnya. Napas mereka sama-sama terengah, dan matanya berkilat dengan tawa dan kebahagiaan.

"Pokoknya kita tidur sendiri-sendiri," tambahnya dengan ketegasan, tapi senyumnya tak pernah pudar.

Kael mendekat, masih terengah-engah, dan memeluk Vanya dari belakang, keduanya tertawa bersama, menikmati kehangatan dan dekapan mesra, di tengah-tengah mansion mewah yang menjadi saksi bisu permainan malam itu.

"Karna kamu udah buat aku capek sekarang giliran aku yang buat kamu capek di atas ranjang empuk kamarku, sekarang giliran nikmati hukumanmu...." bisik Kael dengan suara seraknya.

Dengan cepat dan tepat Kael menggendong Vanya seperti karung beras.

"Huaaa lepas enggak mau turunin aku Aargh lepas aku mau muntah uhukk...uhuk.... huwek....huwekk...."

PLAK!

"KAEL NAKAL BANGET SIH TANGANMU....!"

1
Coffe. maniss
aku kasih penilaian nih biar authornya notic😭

KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
Coffe. maniss
ni cowok Mandang fisik banget ya!!!
Coffe. maniss
Dihh ngaju" si Reke
Coffe. maniss
sumpah yaa.... jadi cewek sebadassss ini si vanyaaa😭😭
Coffe. maniss
menyala Vanya...
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥
Coffe. maniss
Issss geram nya aku Ama nek lampir satu iniiii,
Coffe. maniss
mantap Vanya🔥🔥🔥
Styyyy.gen z
suka dn bgus jg... alur ceritanya y gk aneh" dn nggak menye"... tpi knpa bnyk bgt tokoh pria tampannya yh jdi ny kn Vanya bingung mau pilih yang mana ya wlpun ttp bara pemenangnya...😭☝🏼
Styyyy.gen z
Jujur ceritanya keren, nggak ngebosenin... tingkah vanya yang bar" sama bara yang posesif bacanya sambil senyum-senyum sendiri wkwk...u
Styyyy.gen z
oke bagus menarik alur ceritanya di setiap ceritanya juga sangat menghayati sampai saya 24 jam tidak mau berhenti membacanya kata-katanya pun tidak terlalu bagus sehingga mudah dimengerti
Styyyy.gen z
Cihuy bener gak usah di anggap deh orang begitu☝🏼
Styyyy.gen z
Woi😭😭😭😭🫵🏼
Styyyy.gen z
Tajem banget mulutnya... gilakkk
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️🍓
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️
Arin
🤣🤣🤣🤣🤣
Syriii.kzza
Behh emang yang begini harus di kasih tahu siapa yang berkuasa!!!!
Syriii.kzza
apa karna ini juga ya si Kael itu jomblo Mulu, karna kalo ada yang Deket sama dia musuhnya auto di mana-mana
Syriii.kzza
ini kayaknya si Kael punya masa lalu yang kelam deh? apa cuma aku yang mikir gitu???
Syriii.kzza
Thorr, thanks udah ngasih judul begitu, ini langsung ku skip kok😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!