(Novel ini adalah Novel pertama ku, jadi mohon maaf jika penulisnya masih sangat berantakan. tapi Author akan menyempatkan waktu untuk merevisi total hampir keseluruhan dari isinya, walaupun bertahap.)
"Jadilah Istri ku selama satu tahun Naya, semua pengobatan nenek mu akan ku tanggung, dan kau juga bisa menikmati uang ku selama itu" ucap Arjuna sembari mengulurkan tangannya kepada Naya.
air mata Naya menetes sembari menoleh ke dalam ruangan ICU tersebut, dalam hatinya ia sangat ingin menampar pria di hadapannya itu karena telah merendahkannya dengan menawarkan Nikah kontrak, namun di sisi lain ia juga tidak bisa munafik bahwa ia benar-benar tengah membutuhkan uang untuk pengobatan Neneknya. Naya menoleh kearah Juna.
"baik lah tuan aku bersedia" ucap Naya membuat bibir Juna tersungging.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pelukan pertama di dalam kamar itu
Setelah menyadari pintu kamar mandi itu sudah tidak terkunci Naya keluar dengan piyama handuknya, ia menggigil merasakan dingin di sekujur tubuhnya.
"Naya kau harus kuat, memang benar tidak baik ada di dekatnya terlalu lama, namun tidak sepenuhnya sikap Arjuna itu buruk pada mu kok, kau harus bisa bertahan sampai selesai Naya" Gumam Naya yang masih berusaha berfikir positif, ia hanya merasa bahwa memang dirinya lah yang bersalah se hingga Arjuna bisa semarah itu padanya, ia mengusap air matanya dan berjalan menuju ruang ganti dan mengganti pakaiannya itu.
***
Malam harinya Arjuna kembali mengunjungi kafe Kinara, ia benar-benar berusaha keras untuk mendapatkan kembali Kinara.
"Kinar? Aku ingin bicara" Ucapnya langsung saat mendapati Kinara sedang berada di depan meja resepsionis.
"Juna? Kau lagi, apa pembicaraan kita yang kemarin belum cukup?" Ucap Kinar yang lantas melenggang pergi, Arjuna berusaha mengejarnya dan menarik tubuh Kinar lalu memeluknya.
Mata Kinara melebar saat mengetahui Arjuna memeluknya di depan Restonya.
"Juna lepas, lepaskan aku? Aku malu semua orang menatap kita" Ucap Kinara dengan Nada sedikit berbisik.
"Aku tidak peduli Kinara, aku ingin kau kembali pada ku" Tuturnya.
Disisi lain Dodit melihat Arjuna saat ia keluar dari gedung Futsal yang terletak di depan resto Kinara.
"Apa aku tidak salah liat?" Gumam Dodit.
"Hei Dodit ayo pulang" Seru Raihan yang sudah siap diatas motornya, mendapati Dodit masih menyipitkan matanya menatap lurus kedepan Raihan pun menoleh, seketika matanya melebar saat mengetahui Arjuna tengah memeluk seorang wanita yang dia yakini kalau itu bukan Naya.
"Si brengsek itu?" Seru Raihan, menyadari itu Dodit menahan Raihan.
"Hei bodoh? Kau mau apa? Sudah tidak usah ikut campur dan pulang saja ayo" Ucap Dodit namun Raihan sudah keburu Naik pitam, tanpa mempedulikan Ucapan Dodit ia berjalan menyebrang jalan guna menghampiri Arjuna.
Di sisi lain Kinara menginjak kaki Arjuna membuat Arjuna mengerang dan melepaskan pelukannya.
"Aku sudah bilang pada mu? Aku tidak mau ikut jadi orang ketiga di hubungan kalian Juna! Sekarang kau pergi dari sini dan jangan temui aku lagi!" Seru Kinara kesal yang lantas melenggang masuk, baru saja ia ingin mengikuti Kinara seseorang menahannya.
"ARJUNA!" panggil Raihan dengan nama membuat Arjuna menoleh cepat.
"Pria itu?" Gumam Arjuna kesal, tanpa pandang bulu Raihan menghajarnya memberikan hadiah bogem mentah di wajah Arjuna.
"Pria brengsek, bisa-bisanya kau berpelukan dengan wanita lain!" Seru Raihan,
"Itu bukan urusan mu, jika kau tidak tau apa-apa tidak usah ikut campur Brengsek!" Seru Arjuna yang berniat menghajarnya balik namun tertahan.
"Apa? Kenapa kau tidak memukul ku, ayo balas aku Tuan keparat!" Seru Raihan.
"Beraninya Kau? RAIHAN, AKU AKAN MEMECAT MU MALAM INI JUGA BEDEBAH!" seru Arjuna
"Aku tidak peduli itu, tanpa kau suruh aku memang akan mengundurkan diri dari pekerjaan ku" Tutur Raihan, mereka saling menatap tajam,
"Ku peringatkan pada mu Tuan Arogan! Sekali saja aku tau kau menyakiti Naya ku? Aku tidak segan-segan mengotori tangan ku" Ucap Raihan, Arjuna mendesah.
"Cecunguk ini, kau mengancam ku? Kau pikir aku takut?" Ucap Juna.
"Dengar ya Raihan? Tutup mulut mu dan matamu jika kau tidak tau apa-apa tentang ku dan Naya, dan tidak usah ikut campur dengan hubungan kami, karena apa? Menyingkirkan tikus jalan seperti mu itu sangat mudah untuk ku, jadi tidak usah bertingkah!" Ucap Arjuna yang lantas melenggang pergi meninggalkan Raihan yang masih mematung.
Dodit berlari menghampiri Raihan.
"Raihan kau bodoh sekali, sungguh bodoh sekali! Bisa-bisanya kau memukul Arjuna? Bagaimana jika dia memecat dan menuntut mu?" Tanya Dodit.
"Dia memang sudah memecat ku, baru saja, dan jika dia menuntut ku? Aku siap!" Ucap Raihan dingin sembari meninggalkan Dodit yang tengah terpaku itu.
"Aahhhh pria bodoh itu, setelah ia di pecat apa lagi secara tidak hormat dari perusahaan Dirgantara sudah jelas secara otomatis dia akan mendapat blacklist dari perusahaan lain" Dodit menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal tidak habis pikir dengan fikiran si Raihan itu.
Sebelum pulang kerumah Arjuna menghabiskan malamnya di sebuah jembatan layang, cukup lama di berdiam diri menatap ke arah jalan itu.
"Kinara? Apa aku harus menyerah dengan mu?" Tutur Arjuna, ia masih terus memikirkan Kinara.
"Aaarrrggghhhh... Kenapa kau lakukan ini pada ku Kinara? Andai saja kau tidak meninggalkan ku, aku tidak akan menikahinya, dan sengaja melukai hatinya agar dia tidak jatuh cinta pada ku" Seru Arjuna sembari menangis, ia tidak bisa terus seperti ini.
Terlebih saat mengingat apa yang ia lakukan tadi siang pada Naya, ia semakin merasa bersalah.
"Apa salah Naya? Sampai aku seperti itu padanya? Padahal dia sudah membantuku, tapi aku malah selalu memakinya" Tutur Arjuna dengan bahunya yang masih bergetar, ia tertunduk. Bagaimana caranya ia bisa melepaskan diri dari kondisi ini.
Ia menyesal menikahi Naya hanya demi bisa terlepas dari Lifia, namun bersamaan dengan itu ia juga terlepas dari cinta Kinara untuknya.
Dan kini dia malah menyiksa gadis yang tidak seharusnya mendapatkan perlakuan itu. Tangan Arjuna terkepal ia tidak bisa seperti ini, saat dirinya mulai berubah menjadi pria jahat yang secara tidak langsung melukai hati dua wanita itu sekaligus demi menghindari Lifia.
Dirumahnya...
Cklaaaaakkkk mata Naya terbuka saat mendengar suara pintu itu, ia melihat ke arah jam sudah menunjukan pukul tiga pagi, tubuh Arjuna yang terlihat sangat lelah pun melangkah dan menjatuhkan tubuhnya keranjang dengan jas lengkap dan sepatu yang masih terpasang di kakinya, lengannya menutupi wajahnya yang mulai terpejam itu, perlahan Naya menyibak selimutnya dan beranjak dari kursi panjang itu lalu mendekati Arjuna, ia memastikan bahwa pria arogan itu sudah tertidur baru ia bisa melepaskan sepatunya dan kaos kakinya Dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin membangunkan Arjuna, karena jika ia sampai terbangun pria itu pasti akan memakinya dengan suara yang akan membuat sakit telinga dan kata-kata yang akan menusuk hatinya.
Naya tertegun sejenak melihat wajah lelah Arjuna yang sama sekali tak bergerak saat ia mengangkat kakinya yang panjang itu naik keatas ranjangnya.
"Aku tidak tau? Kenapa aku merasa kasian dengannya yang selalu pulang pagi seperti ini?" Gumam Naya lirih, perlahan ia meraih lengan yang tengah menutupi wajahnya itu pandangan Naya tertuju pada bibir Arjuna itu sesaat membuatnya ingin menyentuhnya, Naya pun menggeleng cepat ia segera melepas jas Arjuna agak sedikit kesulitan untuk Naya karena tubuh Arjuna yang berat, sesaat tubuh Arjuna bergerak, membuat Naya mengangkat kedua tangannya ia takut kalau Arjuna akan terbangun dan menganggap Naya telah mengganggu tidurnya, tubuh Arjuna kembali terdiam dengan tangan Naya yang kembali bekerja kini jas Arjuna sudah terlepas Naya bisa bernafas dan mengusap peluh nya yang keluar dari keningnya karena terus berusaha melepas jas itu dari tubuh Arjuna.
Naya melepas dasi Arjuna dan melepas kancing di kerahnya setelah dua kancing itu terlepas Naya pun beranjak bangun, namun tangannya di tarik oleh Arjuna yang masih terpejam sehingga membuat Naya terjatuh dengan tangan Arjuna yang langsung memeluknya. Naya sangatlah merasa ketakutan saat berada di posisi itu ia menganggap Arjuna pasti tengah mengigau lagi. Tangannya terus berusaha melepaskan pelukan Arjuna namun tidak bisa, tangan yang panjang dan berotot itu sangat berat baginya.
Ia menoleh kearah mata yang masih terpejam itu, Arjuna sama sekali belum terjaga.
'Bagaimana ini?' Gumam Naya dalam hati, ia masih terus berusaha melepaskan diri dari pelukan Pria itu namun tetap saja tidak bisa.
'Oh Tuhan...kalau Arjuna terjaga dengan posisi memeluk ku seperti ini dia pasti akan mencekik ku' Naya masih berusaha melepaskan diri.
"Tidur saja...tidak usah banyak bertingkah" Tuturnya dengan suara yang berat.
'Apa? Sudah ku duga dia sedang mengigau lagi? Pasti yang ada di dalam mimpinya adalah kinara' gumamnya, Naya pun kembali berusaha melepas pelukan Arjuna itu namun ia merasa tangan itu semakin memeluknya erat.
"Aku bilang tidur saja, kau sudah mengusik tidurku maka dari itu tidur saja dengan posisi seperti ini" Ucap Arjuna lagi dengan suara yang masih berat itu.
"Kau, kau sedang mengigau atau?" Mata Arjuna sedikit terbuka saat Naya mengatakan itu, membuat Naya terkejut saat mata itu saling bertemu.
"Kenapa? Kau terkejut saat aku melakukan ini? Aku itu belum tidur, saat kau melepas jas ku? aku pun tau itu"
"Ma... Maaf Tuan, aku telah mengganggu tidur mu" Ucap Naya mata Arjuna pun kembali terpejam.
"Sudah tutup mulut mu dan tidur saja, karena kau telah menggangguku maka sekarang aku akan memberi hukuman untuk mu, jadi lah bantal guling ku sekarang dan jangan banyak bicara lagi" Ucap Arjuna, mata Naya terbelalak, apa dia tidak salah orang? Apakah otak Juna tengah geser, apa dia terbentur sesuatu tadi.
Cukup lama Ia bertahan, ia tidak mungkin bisa tidur dengan posisi seperti dipeluk seekor singa ini, perlahan tangah Arjuna melonggar, ia menoleh kearahnya dan mengangkat tangan itu dari tubuhnya lalu melepaskan diri dari Juna, dengan sangat hati-hati ia keluar dari kungkungan Arjuna dan beranjak dari ranjang itu.
Naya menarik nafas berkali-kali jantungnya hampir saja copot saat mendapati bosnya itu berlaku seperti itu padanya.