Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.
Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.
Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.
Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha menjadi suami sesungguhnya
"Shanaya!" panggil Naren ketika melihat Shanaya baru saja keluar dari ruang kerja Leona.
Dia berjalan mendekat meski ragu untuk berucap mengingat Shanaya pernah menyukainya dan ia membalasnya dengan rasa sakit.
"Kenapa?" tanya Shanya dengan kening mengerut.
"Arina suka apa?"
"Suka uang dan mungkin kamu." Shanaya mengulum senyum.
"Aku serius Nay. Satu minggu lagi ulang tahun Arina, aku hanya mau dia nggak merasa kesepian sebab ini ulang tahun pertamanya tanpa orang tua."
"Astaga aku hampir lupa kalau Arina sebentar lagi ultah." Shanaya menepuk keningnya. "Biasanya kalau salah satu dari kami ultah, kami jalan-jalan entah ke luar kota atau negeri. Tapi kali ini kayaknya nggak mungkin soalnya tepat seratus hari orang tua Arina," lirihnya di akhir kalimat.
"Yang di sukai Arina apa?"
"Bunga. Dia suka segala janis bunga."
"Ok makasih Nay."
"Sama-sama." Shanaya pun berlalu sebab masih ada pekerjaan di tokonya.
Sedangkan Naren kembali fokus pada penjagaan Leona. Sebenarnya Arina menawarkan ia posisi di perusahaan orang tuanya tetapi ia menolak dengan alibi akan memikirkannya lebih dulu.
Ia di mata om Bram sangat buruk dan jika dia bersedia kerja di perusahaan Kusuma besar kemungkinan om mertuanya akan murka.
Menyadari jarum jam menunjukkan angka lima sore, ia pun merogoh saku jasnya dan menghubungi seseorang.
"Sudah pulang?" tanya Naren ketika teleponnya terhubung dengan sang istri.
"Belum, ada banyak pekerjaan di kantor yang harus aku selesaikan."
"Maksimal pulang jam berapa?"
"Sepuluh malam."
"Oke."
Naren pun memutuskan sambungan telepon, beralih masuk ke sebuah aplikasi layanan pesan antar.
....
"Ada titipan untuk bu Arina," ujar sekretaris Arina di perusahaan.
"Dari siapa?"
"Katanya dari suami bu Arina."
"Oh terimakasih." Arina mengambil cemilan yang dibawa sekretarisnya.
Entah kenapa ia begitu bahagia mendapatkan kiriman dari Naren padahal hanya sebuah makanan dan harganya tidak seberapa.
"Pria sebaik ini di sia-siakan oleh Nadira, entah apa yang dia cari sebenarnya," gumam Arina tidak percaya.
Demi menghargai kiriman Naren, Arina memakan cake tersebut dan menghentikan semua aktivitasnya sebab Arina bukan tipe orang yang mengemil sambil bekerja. Baginya bekerja ya bekerja, makan ya makan.
"Bu Arina."
"Duduk Pak."
Arina mempersilahkan pengacara ayahnya agar duduk.
"Ada masalah lagi dengan warisan saya?"
"Urusan warisan berjalan sangat lancar dan balik nama hampir selesai Bu. Saya datang untuk menyerahkan surat wasiatnya agar aman, sebab beberapa hari ini pak Bram terus menemui saya."
"Terimakasih Pak."
Arina mengambil map yang diberikan oleh pengacara ayahnya. Map itu berisi surat wasiat dan beberapa hal penting lainnya.
"Di dalamnya ada wasiat yang dikhususkan untuk bu Arina selain pembagian harta."
Arina mengangguk dan menyimpan berkas penting itu di brangkas ayahnya. Setelah itu dia kembali fokus pada pekerjaan. Menjadi CEO dadakan adalah tantangan tersendiri untuk Arina. Ia sudah terbiasa menjalankan bisnis dan kadang kala ikut kerja dengan ayahnya, tetapi mengendalikan semuanya tanpa arahan dari sang ayah membuat dia sedikit kesulitan.
Jarum jam terus bergerak, tetapi Arina masih fokus pada setumpukan berkas di atas meja. Matanya mulai sulit diajak kompromi bahkan sesekali terpejam.
Andai bukan sebuah deringan, mungkin dia sudah tertidur di atas tumpukan berkas.
"Kenapa mas?" tanya Arina setengah bergumam.
"Sudah jam sepuluh malam tapi kamu belum pulang. Sepertinya akan hujan deras."
"Pekerjaanku belum selesai."
"Bisa dikerjakan besok Arina. Siapa yang menemanimu di sana?"
"Sendiri. Tapi nggak apa-apa kok di sini aman. Mas tidur saja, aku akan menyelesaikannya dulu sebelum pulang. Ada meeting besok, dan meetingnya membahas hal yang aku kerjakan saat ini."
Arina mengigit bibirnya mendengar helaan napas Naren di seberang telepon. Sebenarnya ia takut berada di gedung tinggi itu seorang diri. Namun apa boleh buat, ia tidak akan memberikan celah orang-orang yang ingin menguasai harta Kusuma.
"Kegigihanmu malam ini, akan merusak presentasimu besok."
"Apa maksud mas Naren?" Kening Arina mengerut.
"Kurang tidur akan mengacaukan fokusmu saat berbicara di depan orang penting Arina."
"Aku minum kopi, sudah dulu ya."
Arina meletakkan ponselnya dan kembali mengerjakan bahan untuk besok. Sedangkan di belahan dunia lainnya ada pria yang memandangi langit tanpa bintang. Angin berembus kencang, daun kering pun berjatuhan, tidak lama hujan deras turun membasahi bumi yang akhir-akhir ini terasa sangat panas.
Merasa akan basah akibat hujan dibawa angin, Naren menutup balkon kamar Arina. Meraih jaketnya yang menggantung dan meninggalkan kamar.
Entah kenapa Naren tidak bisa tidur memikirkan Arina yang masih berada di luar sana. Terlebih mengetahui wanita itu sedang sendirian di gedung tinggi nan besar.
.
.
.
.
Lanjut besok ya, awas jangan ada yang nampung bab. Kalau ketahuan ibu bucin nungguin sampai kalian selesai baca baru up lagi👀
nyesel senyesel nyeselnya ga tuh Nadira membuang naren .jarang" ada suami seperti naren di dunia nyata
arina sekarang udah jadi istri yang sesungguhnya
semoga kalian bahagia..
terimakasih ka susanti babnya panjangaaaaang banget
aku suka aku sukaaaaaa😍
kenapa sekarang pelit banget seh up nya,,
ayolah mas Naren bilang kalo tante Arina sekarang istri Ayah
jadi kalian juga boleh memanggil Tante Arin mama atau ibu atau bunda wes karepe kalian senyaman nya kalian aja lah
masa cuma satu bab doang,,satu lagi lah ka Santi
ayo mas Naren bantu istri cantikmu buat pecahin telor om bram
eeh masalah om bram maksudnya 🤭🤭
kan mau aku gondol mas Naren nya kalo kamu ga mau😄
persahabatan kalian memang the best