NovelToon NovelToon
The Phoenix Jade

The Phoenix Jade

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:42.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.

Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.

Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.

Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."

Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.

"Aku bukan Shu Yue."

Pemuda itu tersenyum.

"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yue."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31: Bersenang-Senang Sendiri

Pei Yuanjing dan Shu Yue buru-buru berbalik ke arah yang berlawanan. Mata mereka berkedip beberapa kali untuk menghilangkan kecanggungan. Dalam hatinya, Shu Yue memarahi kebodohannya.

Tangannya itu mengapa malah mengelap sudut bibir Pei Yuanjing dengan suka rela? Pei Yuanjing itu siapa?

Dia adalah Pangeran Pemangku yang berkuasa, membawahi ratusan dan ribuan orang di Kerajaan Dongyu. Dia adalah wali Kaisar, pemegang kekuasaan tertinggi yang memutuskan semua hal di pengadilan kerajaan. Dia itu seorang Pangeran Pemangku, Pangeran Xuan, bukan pemuda biasa!

Astaga, apa yang sudah dia lakukan barusan?

Pei Zhaoning buru-buru berjalan masuk sambil menatap penuh curiga pada paman dan teman barunya. Dia juga menatap tajam sang adik yang asyik memakan bubur kacang merah seolah tidak ada yang terjadi barusan. Di antara ketiga orang itu, dia seolah yang paling tidak berdosa.

“Aku dengar Paman dan kau pergi keluar istana. Dugu Cheng memberi tahuku kalau kalian ada di sini. Hasilnya? Bagus sekali! Kalian malah bersenang-senang sendiri!”

Pei Yuanjing mendengus sambil memalingkan wajah. Dugu Cheng si pengkhianat itu, dia pasti akan memberinya pelajaran nanti!

Pei Zhaoning kembali dibuat kesal karena paman dan adiknya keluar istana tanpa mengajaknya. Yang terakhir saja sudah membuatnya marah.

Siapa sangka keduanya justru malah makan dengan enak di sini sementara dia keluyuran mencari mereka di tengah panas?

“Paman, kau sudah tua. Mengapa kau menggoda gadis keluarga orang?”

“Perhatikan ucapanmu. Aku tidak mengajarimu untuk berkata kasar dan tidak sopan,” tegur Pei Yuanjing.

Mengurus dua keponakan sungguh sulit. Selain mewakili memegang kuasa pemerintahan, dia juga harus mengajari mereka.

Pei Zhaoning bebas dan sulit diatur, dia keras kepala dan suka membantah. Perilakunya jauh dari kata putri yang berbudi luhur, tapi tidak suka menindas orang lemah.

Adiknya lebih parah lagi. Sudah menjadi seorang Kaisar, tapi suka memanfaatkan dan menjebak orang dengan perkataannya.

Kadang kala Pei Yuanjing pusing sendiri dan ingin menghilang. Kalau saja dia tidak mencintai negaranya, dia sudah pergi mengasingkan diri.

“A Yue, meski wajah pamanku tampan, tapi dia sudah tua. Tidak cocok denganmu yang seperti bunga segar yang mekar di awal musim semi.”

Shu Yue rupanya tak bisa berkata apa-apa. Pei Zhaoning dan Pei Ziyan adalah kombinasi yang pas. Pantas saja Pei Yuanjing sampai terlihat pasrah. Pastinya sudah sering dibuat tidak berdaya dengan kelakuan dua keponakannya itu.

“Kakak, kau berisik. Kau merusak momen manis yang sengaja kuciptakan itu!” ucap Pei Ziyan setengah kesal.

“Usia bukan halangan. Selama wajahnya tampan dan seluruh tubuhnya berfungsi dengan baik, sah-sah saja berkencan dengan gadis muda.”

Shu Yue jadi malu sendiri. Tidak bisakah Pei Ziyan diam memakan bubur kacang merahnya saja?

Ucapan seperti itu bukan ucapan yang bisa diucapkan oleh anak seusianya. Apalagi diucapkan oleh seorang Kaisar, yang nantinya akan memenuhi haremnya dengan puluhan wanita cantik. Terlalu vulgar dan frontal sampai orang yang mendengarnya ikut merasa malu sendiri.

Yang dimaksud seluruh tubuh berfungsi dengan baik itu jelas hanya merujuk pada satu hal saja. Shu Yue tak kuasa memikirkannya.

Dia melihat Pei Yuanjing menutup mata menahan emosi, menarik napas dalam-dalam sambil tetap berusaha tenang. Di depan anak kecil, apalagi keponakannya sendiri yang posisinya lebih tinggi darinya, dia harus bijak bersikap.

“Zhaoning, apakah pekerjaan rumahmu sudah selesai?”

Pei Zhaoning memalingkan wajah kesal. Pamannya kejam, memberinya begitu banyak pelajaran sampai dia tidak bisa keluar dari istananya.

Kalau bukan memaksakan diri menyelinap dan mencari mereka, dia sudah tenggelam dalam lautan buku dan tidur pulas di alam kata.

“Lihat, kan? Pamanku ini kejam. A Yue, jika kelak kau menikah, carilah orang baik. Jangan yang seperti pamanku.”

Mungkin, Pei Zhaoning sudah mendengar soal pembicaraan antara Pei Yuanjing, Pei Ziyan, dan Shu Yue saat di taman istana pada hari perjamuan ulang tahun itu. Saat itu bukankah Pei Ziyan membicarakan soal pernikahan?

Dia menawarkan agar Shu Yue menikah dengan Pei Yuanjing. Tapi sepertinya, Pei Zhaoning tidak terlalu menyetujuinya.

“Kakak, kalau kau terus berisik, aku akan menyuruh pengawal bayangan memulangkanmu ke istana,” kesal Pei Ziyan. Astaga, dia hanya mau makan tenang saja apakah tidak bisa?

Pei Yuanjing menyuapkan sesuap bubur kacang merah ke dalam mulut Pei Ziyan. Dia juga menyuapkan sepotong hidangan angsio daging sapi ke dalam mulut Pei Zhaoning. Makan pun tidak bisa menghentikan mereka untuk bicara. Benar-benar merusak suasana.

“Tuan Putri, apakah Tuan Putri ingin makan juga? Biar pelayan menyiapkan hidangannya untukmu,” ucap Shu Yue setelah dia terdiam menyaksikan para leluhur kecil Kerajaan Dongyu itu berbicara tentangnya dan Pei Yuanjing tanpa memedulikan dia.

Dia malu sekali. Seumur hidupnya, baru kali ini dia merasa malu atas tindakannya sendiri. Tangannya yang tidak bisa diajak kompromi itu telah menciptakan situasi yang canggung dan pastinya menimbulkan salah paham.

Dia kebingungan sekarang, bagaimana caranya dia menghadapi Pei Yuanjing? Pei Yuanjing pasti merasa kalau Shu Yue ini terlalu lancang sekarang.

“Tetap A Yue yang perhatian. Kau lebih perhatian dari pamanku. Kebetulan aku sedang lapar juga. A Yue, bisakah panggilkan pelayan? Aku mau makan mie angsio kirin semangkuk.”

“Tentu.”

Meja itu sekarang penuh dengan piring makanan. Semangkuk bubur kacang merah sudah habis dimakan Pei Ziyan. Sekarang anak kecil itu sedang bersandar di pangkuan pamannya, kekenyangan karena perutnya sudah terisi banyak makanan. Hidangan angsio daging sapi tinggal setengahnya, karena selain dimakan oleh Pei Yuanjing, hidangan itu juga direbut oleh Pei Zhaoning.

Mie angsio kirin mengepulkan asap yang harum. Shu Yue memesan seporsi ayam Kung Pao dengan level kepedasan yang lumayan.

Sudah lama dia tidak makan makanan pedas. Selama bertahun-tahun, dia hidup bervegetarian demi mendoakan bajingan yang tidak tahu diri itu sampai tubuhnya kurus kering.

“A Yue, kau suka makanan pedas?” tanya Pei Zhaoning.

“Tidak juga. Saat suasana hatiku sedang bagus, aku akan memakannya sesekali.”

“Seleramu unik. Orang lain makan pedas saat suasana hatinya buruk.”

Shu Yue hanya tersenyum. Ia tidak tahu bahwa ucapan itu telah membangkitkan rasa penasaran seseorang yang tepat duduk di hadapannya.

Seingat Pei Yuanjing, wanita itu juga suka makanan pedas. Beberapa kali dia pernah melihatnya menyantap hidangan pedas di hari-hari besar.

Kebetulan lagi, pikirnya. Ada terlalu banyak kebetulan yang ia jumpai pada diri Shu Yue saat ini. Mulai dari kedatangannya ke Jingdu dan tatapan bencinya terhadap Ling Baichen, kemudian kemunculannya yang mengejutkan dan tindakannya yang tidak terduga, sampai pada hal-hal yang menyangkut dirinya pribadi. Semuanya terlalu kebetulan.

“Hidupmu pasti pahit sekali. Aku dengar kau dikirim ke pedesaan dan tinggal di sana sejak masih kecil. A Yue, apakah di sana kau ditindas?” tanya Pei Zhaoning penasaran. Setelah berkenalan dengan Shu Yue, dia jadi penasaran tentangnya dan mencari tahu soal kehidupannya.

Pei Ziyan dan Pei Yuanjing juga menunjukkan minat. Shu Yue melirik mereka, kemudian tersenyum kecil dan berkata dengan tenang, “Orang yang dibuang ke pedesaan tidak mungkin hidup dengan baik.”

“Tapi, itu bukan keinginan ayah dan ibuku. Aku tidak menyalahkan mereka. Setiap bulan, setiap tahun, juga setiap hari besar, ayah dan ibu sering mengirimiku surat. Persediaan cukup. Anak-anak desa, mereka tidak ada yang menindasku.”

Karena Shu Yue yang dahulu begitu pendiam dan tertutup, lanjutnya dalam hati. Kekecewaan membuatnya tidak lagi berharap banyak, hanya pasrah dan menerima begitu saja. Bahkan saat Bibi Zhou datang pun, dia tidak berekspresi atau merengek seperti anak lainnya.

“Kau sangat pengertian. Shu Mengli si bodoh itu sama sekali tidak sebanding denganmu.”

“Tuan Putri,” ucap Shu Yue. Pei Zhaoning mengerti. Seburuk apapun Shu Mengli, dia tetap keturunan Keluarga Shu. Pei Zhaoning memang tidak berhak membicarakan urusan keluarganya karena dia hanyalah orang luar.

“Zhaoning, berapa kali aku mengajarimu untuk bersikap sopan? Tidak baik membicarakan orang lain.”

Pei Zhaoning mendecih dan mengerucutkan bibir persis seperti yang suka dilakukan oleh Pei Ziyan saat kesal. Tidak sopan?

Sebenarnya siapa yang begitu asyik menonton pertunjukan keluarga orang saat itu? Paman dan adiknya benar-benar seorang penonton yang mahir menyembunyikan diri.

“Paman, kau jangan memarahiku lagi. Bukankah aku tidak jadi membicarakannya?”

“Benar, Paman, jangan marahi kakak lagi. Nanti biar dia menyalin sutra saja dengan pena dan kain. Sekalian melihat sejauh mana dia bisa menulis. Tulisannya mungkin sudah berkembang dan jauh lebih baik dari sebelumnya,” tambah Pei Ziyan.

“Xiao Yan, kau adikku. Kenapa kau malah menjatuhkan aku?”

“Itu pantas kau terima.”

Pria itu menggelengkan kepala pasrah. Pei Zhaoning hanya tidak mau dimarahi setelah pulang ke istana karena tidak bisa menjaga sikap.

Dia sudah sering dihukum, tapi begitu keras kepala dan tidak kenal jera. Entah lelaki sial mana yang kelak akan menikahinya. Hidupnya pasti tidak akan tenang.

Melihat ketiga orang itu masih berdebat soal sesuatu yang sebenarnya tidak penting, Shu Yue hanya bisa menyunggingkan senyumnya. Dia mengira keluarga kerajaan itu dingin dan tidak ada yang namanya ketulusan. Tapi, hari ini dia melihat pemandangan berbeda yang mematahkan semua pemikirannya.

Mereka hangat, juga jujur dan lugas. Sangat berbeda dengan keluarga lain yang penuh kepalsuan.

1
Biyan Narendra
Roman romannya bakalan ada yg di jebak nih
Biyan Narendra
Good job Shu yue
Dwi Agustina
Bagus Ayue👍💪💪💪
Machsunatul Istianah
semakin penasaran sama kejutannya😄🤔
Kustri
mulane rasah srekelan🤣
dadi bumerang to, ora kapok"
Ai
tambah menarik lg kalau putri zhoning dan kaisar muda juga ikut /Facepalm//Facepalm//Facepalm/pasti tambah rame
zylla: Mulut Putri Zhaoning sama Kaisar Muda bener" kayak rem blong. Pangeran Pemangku aja langsung mode 'pasrah'. 🤣
total 1 replies
Imas Fatimah
ditunggu sesi berikutnya thor..👍
Biyan Narendra
Mencari kesempatan untuk menyudutkan Mengli dan Sin Jia
Biyan Narendra
Akankah Shu Yue beraksi...
Imas Fatimah
lanjut thor,kayaknya pertemuannya pasti seruuu
Kustri
☕qu sajikan untukmu thor, nemenin UP☺
Andi Ilma Apriani
crazy up thoorr
Kustri
baju ganti'a terbuat dr karung goni, kuat tdk mdh sobek wkwkwkkk🤣
Sun Flower: tahan api dan air
total 1 replies
Machsunatul Istianah
saking semangatnya nyari mantu🤣
Sun Flower: mau gendong cucu janda selir tuh
total 1 replies
Kustri
ora nyimak silsilah klga... ora mudeng🤭
Sun Flower: banyak soalnya 🤣
total 3 replies
Biyan Narendra
Sabar ya Yuanjing...
Kalo Ziyan lagi eror
😅😅😅😅
Sun Flower: kalau eror bisa bikin dunia kacau
total 1 replies
Fransiska Husun
/Grin//Joyful//Joyful/
sahabat pena
sama sama blm menyadari perasaan mereka sdh mulai tumbuh ya benih nya? 🤣🤣🤣🤣ditunggu keuwuan mereka. wkwkwk
sahabat pena
modus pangeran 🤣🤣🤣🤣ada udang di balik bakwan nih 🤣🤣🤣enak,, gurih,,, 🥰🥰🥰
Imas Fatimah
saya jg dukung dg kakak cantik yang mulia😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!