Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Seminggu berlalu.
Setelah malam itu Dewi menjadi sedikit menjaga jarak dengan Artha. Bahkan saat Artha mengajak nya terbang Dewi menolak dengan berbagai alasan.
Kebetulan sekali Marchel juga selalu berusaha mendekati nya sehingga Dewi pun dengan sangat terpaksa memanfaatkan kesempatan itu.
“Mau berangkat sama Marchel lagi?” Tanya Sita pada Dewi yang sedang mengoles selai kacang ke rotinya.
“Eumm.. Iya Bu.. Biar Ayah nggak repot.” Jawab Dewi tersenyum.
Sita menatap Doni yang juga menatapnya. Mereka berdua Marasa aneh dengan perubahan hubungan Dewi dan Marchel. Padahal jelas jelas Dewi tidak pernah merasa nyaman jika bersama Marchel. Tapi seminggu ini tiba tiba mereka menjadi dekat. Bahkan Dewi terus berangkat dan pulang bersama Marchel.
Doni juga Sita pun bertanya tanya kenapa sekarang putrinya tidak lagi terlihat bersama Artha.
“Eum nak, nanti malam ajak Artha kesini yah.. Kita makan malam sama sama.”
Dewi langsung berhenti mengunyah makanan dalam mulutnya saat tiba tiba Sita menyebut nama Artha.
“Aku nggak janji bisa ya bu.. Soalnya Artha juga kan sibuk sama urusan nya sendiri. Dewi juga sibuk dengan kuliah kan?”
Sita kembali diam. Alasan Dewi benar benar tidak masuk akal menurut nya.
Doni yang memahami maksud putrinya menutupi masalah nya dengan Artha pun hanya bisa diam. Doni pun memberikan isyarat pada istrinya agar tidak terlalu mendesak Dewi untuk bercerita tentang masalahnya dan Artha. Doni tidak ingin putrinya merasa tertekan karena hal itu.
“Ya sudah tidak apa apa. Mungkin lain kali saja. Lanjutkan sarapan nya. Sebentar lagi pasti Marchel datang.” Senyum Doni.
Dewi menganggukkan kepalanya. Setelah menyebut nama Artha entah kenapa perasaan itu kembali datang. Dewi mendadak merasa sedih dan sesak di dadanya. Hatinya bahkan terasa perih seperti sedang di sayat pisau berkarat.
Tidak lama Marchel pun datang. Dewi memilih untuk tidak menghabiskan sarapannya. Gadis itu pamit pada kedua orang tuanya dan berlalu dengan Marchel.
“Yah.. Ibu rasa masalah Dewi dengan Artha tidak gampang.” Sita langsung merasa galau. Wanita itu memang tidak bisa melihat putrinya sedih.
Doni terkekeh mendengarnya.
“Bu.. Suatu hubungan memang akan selalu di warnai oleh masalah. Dan ayah pikir kita tidak perlu iku campur. Ayah yakin Dewi dan Artha pasti bisa menyelesaikan nya.”
Sita menelan ludah.
“Tapi yah...”
“Bu.. Dewi itu masih muda. Dan Artha.. Dia terlihat masih muda dan sikapnya pun sama seperti anak muda pada umumnya. Ayah rasa kita nggak perlu ikut campur dengan masalah mereka.” Sela Doni mencoba memberi pengertian pada istrinya.
Sita menghela napas kasar. Dia kemudian menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang suaminya katakan.
Setelah Doni menyelesaikan sarapannya, Doni pun pamit untuk berangkat kerja. Sedangkan Sita, dia menghabiskan sarapannya lalu mulai membereskan meja makan.
Saat Sita sedang mencuci piring di dapur, tiba tiba Artha muncul disampingnya. Hal itu membuat Sita terkejut hingga piring yang sedang di cucunya jatuh dan pecah.
“Kamu...” Lirih Sita dengan jantung berdetak cepat.
“Aku sudah mendengar semuanya.” Ujar Artha tenang.
“Aku juga tidak tau kenapa seminggu ini Dewi menjauh dariku. Dia bahkan selalu bersama si bodoh itu.” Lanjut Artha.
Sita menelan ludah susah payah. Meski sudah tau Artha baik, namun Sita tetap merasa takut jika berhadapan dengan pria itu. Apa lagi jika sedang sendiri seperti sekarang.
“Boleh aku minta tolong?” Tanya Artha. Dia menatap Sita yang terus menunduk tidak berani membalas tatapannya.
“Bo boleh..” Jawab Sita dengan suara bergetar.
“Jangan takut. Aku tidak mungkin mencelakai keluarga Dewi.”
Sita hanya diam. Meski benar begitu, namun mengingat asal usul Artha yang tidak dia dan suaminya ketahui pasti, Sita tetap merasa tidak tenang.
“Tolong tanyakan pada Dewi apapun tentangku. Aku akan mendengarkan dan untuk sementara tidak akan menemuinya kecuali jika dalam keadaan mendesak.” Secara tidak langsung Artha meminta agar Sita membantunya mencari tahu duduk permasalahannya dengan Dewi yang tidak Artha ketahui penyebabnya.
“Ba baik..” Angguk Sita cepat.
Artha menghela napas kasar. Entah apa yang membuat Sita begitu takut padanya. Padahal Artha tidak pernah melukai Sita maupun suaminya. Artha juga tidak pernah menampakkan wujud menyeramkan di depan mereka.
Artha kemudian menatap pecahan piring yang berada tepat di depan kedua kaki Sita. Dia mengarahkan tangannya dan seketika piring itu kembali utuh seperti sedia kala.
Melihat itu kedua mata Sita melebar. Wanita itu benar benar tidak mengerti kenapa ada manusia yang begitu hebat seperti Artha. Pria itu bisa melakukan segala cara bahkan bisa mengalahkannya iblis dengan begitu mudah.
Setelah mengembalikan piring pecah itu ke bentuk semula, Artha pun menghilang. Pria itu berharap masalahnya dengan Dewi cepat selesai. Artha tidak mau Dewi menjauh darinya. Artha juga tidak mau memaksa Dewi. Artha ingin Dewi tetap seperti Dewi yang ceria dan terbuka padanya.
****
Di kampus Marchel terus berusaha ada di dekat Dewi. Marchel merasa senang karena Dewi tidak menolak kehadiran nya. Namun di sisi lain Marchel juga bingung kenapa Dewi tidak pernah terlihat dengan Artha akhir akhir ini.
“Wi... Aku boleh tanya sesuatu nggak?” Tanya Marchel hati hati.
Dewi yang sedang diam melamun langsung tersadar. Dia menoleh dan menatap sebentar pada Marchel.
“Boleh...” Jawabnya.
Marchel menarik napas panjang kemudian menghela nya dengan kasar. Meski senang Dewi mau dekat dengannya, namun Marchel juga tidak mau pura pura tidak tau tentang hubungan Artha dan Dewi yang begitu dekat.
“Eum.. Kok akhir akhir ini Artha nggak pernah keliatan. Kalian lagi ada masalah ya?”
Ekspresi Dewi langsung murung mendengar pertanyaan itu. Dewi tidak ingin membahas tentang Artha. Dewi ingin melupakan Artha yang tidak seharusnya dia cintai.
Tanpa Dewi ketahui Artha berada disampingnya. Pria itu menatap dalam wajah murung Dewi. Artha tidak tega sebenarnya melihat Dewi seperti itu. Namun Artha juga tidak mau membuat Dewi merasa tidak nyaman jika dia terus mendekati nya sementara Dewi enggan dekat dengannya dan terus berusaha untuk menghindar.
“Menurut kamu apa nggak berdosa kalau kita dekat dekat dengan suami orang?”
“Hah?!” Marchel tidak mengerti dengan pertanyaan Dewi. Pria itu bahkan tidak tau siapa yang Dewi maksud suami orang.
“Kok jadi nggak nyambung ya?” Gumam Marchel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Sementara Artha, Pria itu mengernyit. Sesaat dia terdiam sebelum akhirnya Artha sadar apa yang di maksud Dewi.
“Aku nggak mau jadi perusak rumah tangga orang.” Lanjut Dewi pelan.
Marchel semakin merasa aneh. Pria sedikitpun tidak bisa menangkap maksud dari kata kata Dewi.
“Jadi karena ini?” Gumam Artha tersenyum.
TBC