NovelToon NovelToon
Pesona Selir Yang Disia-siakan

Pesona Selir Yang Disia-siakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: shafrilla

Shan-xui, seorang gadis muda yang profesinya sebagai guru sejarah dan bela diri. setelah selesai menjemput ke empat muridnya di salah satu club malam, tiba-tiba dia di tabrak mobil, kondisinya sangat mengenaskan. Ketika dia terbangun, dia dibuat syok saat dia mengetahui kalau dia tidak ada di dunianya, dia berada di dunia kuno di zaman ribuan tahun yang lalu.

akankah Lin-rang menerima dunianya yang baru, dia telah memasuki tubuh seorang selir di masa kerajaan ribuan tahun yang lalu. seorang gadis muda yang begitu mengenaskan dan selalu diasingkan dari kalangan kerajaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perang pecah antara kerajaan Rong dan kerajaan Dong.

Pesta yang seharusnya begitu meriah itu tiba-tiba terhenti karena salah satu prajurit mengabarkan kalau kerajaan diserang. hal itu membuat kaisar Hei jin yang sedang berbincang dengan selir Wei xian itu seketika wajahnya terkejut.

"Bagaimana bisa mereka tiba-tiba menyerang?!" teriak Kaisar Hei Jin sambil menatap panik seisi ruang pertemuan.

Para tamu dari kerajaan lain langsung membeku, raut wajah mereka berubah penuh ketakutan. "Kita memang datang ke Kerajaan Rong dengan niat damai," ujar salah satu pangeran dengan suara gemetar, "jadi kami tak membawa banyak prajurit."

"Tapi sekarang, gimana kita bisa selamat kalau kerajaan Dong yang menyerang? Mereka itu... kuatnya bukan main!" timpal seorang bangsawan sambil mengeratkan genggaman tangannya.

Kaisar Xan-Yu menatap tajam ke arah jendela, di mana kabut perang mulai menggelayut di kejauhan. "Serangan mendadak ini... aku tidak pernah menduga. Bagaimana mereka bisa tahu saat kita ada di sini?" gumamnya pelan, penuh kebingungan dan kekhawatiran.

Kaisar Hei Jin menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan kekacauan di dalam pikirannya. "Kita harus segera cari jalan keluar. Kalau tidak, semua akan hancur sebelum sempat berperang," katanya tegas, lalu menatap para tamu.

"Siapa yang punya ide?" tanya kaisar Hei Jin, berharap ada secercah harapan di tengah bahaya yang menghadang.

“Bagaimana ini, suamiku? Kenapa tiba-tiba kerajaan ini diserang?” tanya Permaisuri Xan dengan wajah cemas, matanya memburu suaminya, Kaisar Xan-yu.

Kaisar menghela napas panjang, raut wajahnya mengeras. “Aku tak tahu pasti, istriku. Tapi yang jelas, ini serangan fatal. Kerajaan Dong bukan sembarang kerajaan. Mereka besar, kuat, dan sudah meluluhlantakkan beberapa kerajaan di wilayah sekitar.”

Permaisuri Kerajaan xan menggigit bibir, panik mulai merayap. “Lalu... apa yang akan terjadi pada kita? Bagaimana jika mereka menyerang kita juga? Kita di sini cuma tamu, bukan sekadar ikut-ikutan berkolusi apapun.”

“Tenanglah, istriku,” jawab Kaisar Xan-yu sambil menggenggam tangan Permaisuri erat. “Kita harus segera pergi dari sini.” Ia mengambil keputusan cepat, memilih membawa istri dan putranya keluar dari aula kerajaan.

Tiba-tiba, pesta yang tadi meriah berubah menjadi kekacauan. Musik berhenti, sorot lampu redup, dan suara tawa yang riuh lenyap digantikan oleh teriakan panik. Para penari berhamburan mencari perlindungan, para menteri dan pejabat sibuk mengatur evakuasi, sementara para tamu tak kalah panik, saling dorong berebut menyelamatkan diri masing-masing.

“Cepat! Kita tidak punya waktu!” seru Kaisar Xan-yu, menuntun keluarganya keluar dari pusaran kerusuhan yang mendadak menyambar kerajaan Xan.

"Apa yang terjadi yang mulia?" tanya beberapa menteri.

"Aku tidak akan pernah mengira kalau akan ada penyerangan tiba-tiba seperti ini." jawab kaisar Hei jin yang kemudian memerintahkan jenderal, komandan dan para prajurit untuk menyerang balik.

Lin-rang yang sedang duduk bersama dengan ibu suri itu pun dia baru mendengar mengenai kabar penyerangan dari prajurit kerajaan dong. "Aduh, Kenapa tiba-tiba ada penyerangan." ucap Lin-rang yang kebingungan.

"Kita harus segera pergi dari sini Kak." ucap Ming-na yang ketakutan.

"Ayo yang mulia lebih baik kita pergi dari sini." Lin-rang yang kemudian membawa ibu suri pergi dari aula kerajaan.

“Aduh, gimana sih? Enak-enak lihat pesta, kok malah ada penyerangan malam-malam begini,” ucap Lin-rang. Dia segera bergegas pergi bersama Ming-na dan yang lain.

“Kita harus keluar dari istana, Kak,” kata Ming-na.

“Percuma saja kalau kita pergi dari sini. Aku yakin para prajurit musuh sudah menyusuri dan menyisir wilayah rakyat kerajaan ini,” jawab Lin-rang.

“Apa yang akan kita lakukan, Nona?” tanya pengawal Man.

“Kamu lindungi Ibu Suri bersama pengawal yang lain,” pinta Lin-rang.

“Apa yang akan kakak lakukan?” tanya Ming-na.

“Tenang saja,” jawab Lin-rang.

“Nona, lebih baik kita pergi bersama,” ajak pelayan Mei.

“Dengarkan aku baik-baik. Kalian bersembunyi bersama Ibu Suri. Aku akan mencoba mengalihkan perhatian musuh,” ucap Lin-rang, lalu mencari sesuatu untuk pertahanan. Matanya menangkap pedang yang tergeletak di lantai.

Sedangkan sang kaisar sendiri dia memerintahkan para pejabat kerajaan untuk mengangkat pedang mereka. "Persiapkan jubahku! Kita akan menyerang mereka sekarang juga!" perintah Kaisar Hei Jin dengan suara tegas.

"Yang mulia, jangan pergi!" seru selir Wei xian, berusaha menghentikan langkah sang Kaisar. "Tolong, pikirkan lagi."

Kaisar Hei Jin mengerutkan alisnya, menatap mereka dengan tatapan penuh tekad. "Tenanglah, aku yakin akan memenangkan pertempuran ini. Ini demi keamanan kerajaan kita."

Tanpa menunggu lama, Kaisar bersama para prajuritnya segera bersiap. "Sisakan beberapa prajurit untuk melindungi para tamu kerajaan," perintahnya.

"Siap, Yang Mulia!" jawab para prajurit serempak, mengangguk penuh semangat.

Dengan langkah mantap dan hati penuh keyakinan, kaisar Hei Jin dan pasukannya bergegas meninggalkan istana, menantang para prajurit Kerajaan Dong dalam pertempuran yang menentukan.

Di tempat langit pangeran Chun-san nampak tersenyum, Dia terlihat sudah membuat rencana untuk membuat kaisar Hei jin mendapatkan serangan fatal.

"Aduh bagaimana ini, kalau di dunia tempatku para prajurit ini sama saja sama polisi dan tentara pemerintah." ucap Lin-rang yang berusaha untuk mencari celah pergi dari kerajaan itu. "Nat hati ingin balas dendam malah bertemu dengan musuh." gerutu Lin-rang yang kemudian berjalan.

Para prajurit kerajaan Dong sudah memasuki gerbang kerajaan Rong. mereka mengangkat pedang dan membunuh para prajurit, seperti yang sudah dikatakan oleh begitu banyak orang bahwa kerajaan Dong adalah kerajaan yang begitu kejam.

Lin-rang pergi ke arah para prajurit yang sedang melawan prajurit Dong, dia menatap betapa menakutkannya perang zaman dahulu.

"Hancurkan Mereka!" seru para prajurit. suara pedang terdengar mengalun Saling bertabrakan.

Lin-Rang berdiri di tengah medan perang yang penuh kekacauan. Debu beterbangan, suara teriakan para prajurit dari kedua kerajaan menggema nyaring, diselingi dentingan pedang yang saling bertabrakan seperti petir di langit gelap. Matanya tajam menatap barisan prajurit kerajaan Dong yang semakin mendekat dengan niat membunuh. Jantungnya berdegup kencang, namun wajahnya tetap teguh, menahan amarah yang membara di dalam dada.

Dengan gerakan cepat, Lin-Rang menghunus pedangnya, kilauan besi tajam itu memantulkan sinar yang mulai meredup. Ia menerjang ke arah pasukan kerajaan Dong, mengayunkan pedang dengan presisi dan kekuatan yang diperoleh dari latihan bertahun-tahun. "Aku tidak bisa mati sekarang," pikirnya, "Balas dendam pada kerajaan Rong harus tertunda. Aku harus bertahan, demi masa depan yang belum pasti."

Peluh mengucur deras dari dahinya, tapi ia tak peduli. Setiap serangan yang dilancarkan prajurit lawan, berhasil ia tepis atau balas dengan serangan balik yang mematikan. Tatapan Lin-Rang membara, menandakan tekadnya yang tak tergoyahkan. Di antara raungan perang yang menggila, ia merasa seolah seluruh dunia hanya berputar di sekeliling pedangnya dan nyawa yang harus ia lindungi saat ini.

"Ternyata berperang itu melelahkan." ucap Lin-rang yang sudah membunuh beberapa prajurit kerajaan Dong. "Untung saja aku pandai ilmu bela diri, jika tidak.. aku pasti akan mati mengenaskan."

Tubuh Lin-rang mulai lelah, nafasnya mulai memburu dengan tenaga yang mulai terkuras.

Betapa terkejutnya Kasim Wol-yun yang melihat Lin-rang membantai satu persatu para prajurit kerajaan Dong, wanita yang biasanya dipanggil bodoh itu malah berada di medan pertempuran dan membawa pedang di tangannya.

*bersambung*

1
🍒⃞⃟🦅Maria
ceŕitanya bagus sekali.. gak bosan membaca nya.
Keyraaleyababy Keyraaleya
ya bodoh banget
Maria Lina
no 1 thor lgi lgi lgi rasa nya kirang puas ni wkwk
🍒⃞⃟🦅Maria
🤣🤣🤣🤣 habis semua lelaki dizaman kuno terpesona
Maria Lina
lgi thor
Annida Annida
lanjut tor
Cty Badria
saya beri poin /Rose//Doge//Wilt//Wilt//Wilt/ up lg ya
Cty Badria
lg lg lg. blm puas💪💪💪💪💪
Zheyra
lin-rang humoris juga
Zheyra
kaisar buta hatinya
Zheyra
lanjut terus thor
Zheyra
lanjut
Zheyra
kalau ada foto kaisar hei jin mau tak bakar tuh orang.
Zheyra
lanjutkan pembalasan mu lin-rang
Zheyra
pingin tak cakar tuh selir
Zheyra
up thor
Zheyra
semangat terus
Zheyra
lanjut terus kak,
Zheyra
lanjut
Zheyra
bagus, terus semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!