Renata di paksa menikah oleh orang tuanya untuk menggantikan Adik Tirinya. Di mana pria tersebut lumpuh dan hampir seluruh tubuhnya bernanah bersamaan keluar aroma busuk.
Enam bulan kemudian suaminya bisa berjalan, tubuhnya sudah tidak lagi bernanah dan mengeluarkan aroma busuk berkat perawatan Renata.
Keluarga dari pihak suaminya sangat senang akan hal itu namun sebulan kemudian suaminya ingin menikah dengan Adik Tirinya. Renata yang sangat kecewa langsung meminta cerai dan pergi meninggalkan suaminya.
Tanpa sengaja dirinya bertemu dengan seorang pria yang sedang terluka parah. Renata yang memiliki hati baik menolongnya hingga pria tersebut sembuh dan mengajaknya untuk menikah.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Renata mau menerima pria tersebut atau kembali ke suaminya di mana suaminya menyesali perbuatannya? Ikuti yuk kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Kekasihku
"Aku ingin Kak William mengajariku bela diri dan belajar menembak." Jawab Renata penuh harap.
Hal ini dikarenakan Renata ingin bisa melawan orang-orang jahat terlebih terhadap Keluarga Besar Alexander yang berulang kali merendahkan dan menyakiti perasaan Renata.
"Tapi kalau Kak William tidak bisa, Aku tidak akan memaksa ..." Ucapan Renata terpotong oleh William.
"Aku bersedia." Jawab William.
"Benarkah?" Tanya Renata seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan William.
William hanya menganggukkan kepalanya kemudian William mengajak Renata ke arah ruangan khusus menembak. Sedangkan Asisten Han dan Sebastian pergi meninggalkan tempat kediaman William karena ingin melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Kini William dan Renata berada di ruangan khusus di mana Renata memakai penutup telinga agar suara tembakan tidak menyakiti telinganya. Sedangkan William mengambil salah satu pistol yang cocok dengan Renata.
"Pistol ini tidak terlalu berat jadi gunakanlah pistol ini untuk belajar nembak." Ucap William sambil memberikan pistol ke Renata.
"Baik." Jawab Renata sambil menerima pistol tersebut.
Deg
Jantung mereka berdetak kencang tak kala William memeluk Renata dari arah belakang. Hal ini dilakukan William karena William menggenggam tangan Renata yang memegang pistol.
"Berdiri dengan tegak dan tatap ke arah lingkaran kecil itu." Ucap William.
("Si*l, dekat dengannya membuatku ingin melakukan hubungan suami istri." Sambung William sambil berusaha menghilangkan pikiran mesumnya).
Renata hanya diam saja sambil menatap ke arah samping di mana William sedang menatap ke arah papan khusus menembak.
("Kak William sangat tampan dan Aku sebenarnya menyukainya tapi Aku takut terluka lagi." Ucap Renata).
Cup
Sedangkan William yang mendengar Renata diam saja membuat William mengarahkan wajahnya ke arah samping. Mereka kembali tidak sengaja berciuman lebih tepatnya bibir mereka saling bersentuhan.
Mereka berdua sangat terkejut atas apa yang terjadi dan entah kenapa Renata tidak tega mendorong tubuh William.
Sedangkan William yang melihat Renata diam saja membuat William mengerakkan bibirnya. Entah kenapa Renata tanpa sadar membalas ciuman William dan merekapun berciuman.
Hingga beberapa saat Renata kehabisan nafas membuat Renata menepuk punggung William. William yang mengerti langsung melepaskan ciumannya.
"Renata." Panggil William dengan nafas mulai berat.
"Ya." Jawab Renata dengan singkat.
"Aku ingin kita menikah." Ucap William.
Hal itu dilakukan agar dirinya bisa melakukan hubungan suami istri tanpa merasa bersalah. Karena bagaimana pun juga William adalah pria normal.
Namun William tidak akan merusak Renata dengan cara mengambil paksa kehormatan Renata. Selain itu William tidak akan memaksa Renata untuk melakukannya kecuali Renata memintanya.
"Menikah? Apakah itu tidak terlalu cepat?" Tanya Renata dengan wajah terkejut.
"Aku sudah lama menyukaimu dan Aku ingin suatu hari bisa menikah denganmu." Jawab William dengan jujur.
"Berikan Aku waktu untuk berpikir." Ucap Renata yang tidak ingin terluka lagi.
Hal ini dikarenakan ketika dirinya menikah dengan Dian, Renata tidak mempunyai perasaan suka. Namun seiring waktu dan perhatian Dian terhadap dirinya membuat Renata mulai menyukainya.
Namun di saat dirinya benar-benar mencintai Dian dengan sangat tulus, tiba-tiba Dian datang bersama kekasihnya dan berniat akan menikahinya. Renata semakin bertambah terluka ketika Dian menjadikannya wanita simpanannya di tambah Keluarga Besar Alexander dan orang tuanya menyetujuinya.
Hatinya sangat sakit namun tidak berdarah dan hal itu membuat Renata menutup hatinya untuk pria lain. Namun ketika William hadir untuk menolong dirinya dan membantunya menceraikan suaminya membuat Renata mulai menyukai William namun berusaha di tepisnya.
"Baik. Aku akan menunggumu." Ucap William yang tidak ingin memaksa Renata.
"Emmm ... Kita lanjutkan latihan tembak atau nanti saja?" Tanya William setelah beberapa saat mereka terdiam.
"Lanjutkan saja." Jawab Renata.
"Ok." Jawab William dengan singkat.
Kemudian Renata belajar menembak dengan di bantu William. Setelah di rasa cukup barulah William meminta Renata untuk belajar menembak sendiri.
Hingga satu jam kemudian Renata sudah selesai latihan menembak dan hasilnya sangat memuaskan membuat mereka berdua sangat puas.
"Renata, kamu sangat hebat karena berlatih sebentar sudah bisa menembak dengan tepat di lingkaran kecil itu." Ucap William sambil menunjuk ke arah papan khusus untuk menembak.
"Siapa dulu gurunya." Puji Renata sambil tersenyum dan melepaskan alat penutup telinga.
William hanya tersenyum kemudian mereka berdua keluar dari ruangan tersebut menuju ke arah ruang keluarga.
"Hari sudah mulai sore jadi latihan bela dirinya besok saja." Ucap William.
Sebenarnya mereka bisa saja latihan bela diri namun William ingin besok bertemu kembali dengan Renata. Entah kenapa setiap dekat dengan Renata dirinya merasa nyaman dan selalu ingin dekat dengan dirinya.
"Baik." Ucap Renata sambil tersenyum.
("Aku tidak tahu dekat denganmu membuatku merasa nyaman. Karena itu Aku ingin selalu dekat denganmu dan kalau bisa bertemu setiap hari." Ucap William dan Renata).
("Jika seandainya suatu saat nanti Kak William sama seperti Dian maka Aku akan pergi dari kehidupannya dan tidak akan pernah jatuh cinta lagi." Sambung Renata).
("Aku tahu kalau saat ini kamu masih trauma dan takut untuk terluka lagi. Selain itu Aku tahu kalau kamu ada perasaan untukku namun kamu berusaha untuk menepis perasaanmu terhadapku. Tapi percayalah Aku bukan seperti pria brengs*k itu." Sambung William).
William mengatakan hal itu karena Renata tidak menolak dirinya ketika mencium bibir Renata terlebih lagi Renata tidak mendorong dirinya.
("Aku akan menunggumu dengan sabar." Ucap William).
"Kak William, Aku pamit pulang dulu." Ucap Renata.
"Mau Aku antar?" Tanya William yang masih tidak rela jika Renata pergi.
"Kalau tidak merepotkan boleh saja." Jawab Renata.
"Aku tidak merasa direpotkan." Ucap William.
"Tunggu sebentar, Aku mau ambil kunci mobilku." Sambung William sambil membalikkan badannya.
"Oke." Jawab Renata sambil melihat William berjalan meninggalkan dirinya.
Tidak berapa lama William datang sambil membawa kunci kemudian mereka berdua berjalan ke arah garasi mobil.
Kini William dan Renata sudah berada di dalam mobil di mana William mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menuju ke tempat kediaman Keluarga Besar Romero.
"Kan William." Panggil Renata sambil menatap ke arah William.
"Ya. Ada apa?" Tanya William dengan singkat sambil melirik sekilas ke arah Renata kemudian menatap ke arah depan.
"Setelah Aku pikir-pikir, Aku bersedia menjadi kekasih Kak William." Jawab Renata.
Citttttttttttt
William yang mendengar ucapan Renata langsung mengerem mendadak dan untungnya tidak ada kendaraan yang lewat. Sambil mengerem mobil, William memegang tubuh Renata agar kepala dan tubuhnya tidak mengenai dasboard mobil.
"Kak William, kenapa mengerem mendadak?" Tanya Renata.
"Maafkan Aku." Jawab William.
"Renata, apakah benar yang kamu katakan?" Tanya William yang ingin memastikan apakah benar kalau Renata menjadikan dirinya sebagai kekasihnya.
"Yang mana?" Tanya Renata pura-pura lupa.
"Kalau kamu bersedia menjadi kekasihku." Jawab William dengan jantung berdetak kencang.
Renata hanya menganggukkan kepalanya dan hal itu membuat William melepaskan sealt beltnya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Renata.
Cup
"Terima kasih karena kamu sudah bersedia menjadi kekasihku." Ucap William kemudian mencium kening Renata dengan singkat.
"Hanya saja ...." Ucap Renata menggantungkan kalimatnya.