Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Menemukan
Namira keluar dari kamar yang melihat jam menggantung di dinding.
"Mumpung belum terlalu larut, sebaiknya aku beli bahan makanan untuk besok terlebih dahulu, bisa keroncongan besok pagi perutku jika tidak sarapan. Kak Ilham benar-benar tidak mempedulikanku," ucapnya yang langsung mengambil tindakan.
Namira keluar dari Apartement dengan tujuan ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Supermarket tidak terlalu jauh dari apartemen dari Namira tidak perlu menggunakan mobil atau memesan grab.
Namira tidak berlama-lama di supermarket yang hanya membeli dan dia butuhkan saja. Namira mengejar waktu yang tidak ingin pulang terlalu malam. Setelah berbelanja beberapa keperluan itu dan melakukan pembayaran yang akhirnya Namira keluar dari supermarket tersebut.
Namira berjalan di pinggir jalan dengan kendaraan yang lewat di dekatnya. Tiba-tiba saja mobil berhenti tepat di depannya yang membuat langkah Namira terhenti. Namira mengerutkan dahi ketika mengenali mobil tersebut dan sesuai dugaannya Itu adalah mobil dari Ferdi.
"Mas Ferdi," lirih Namira.
"Namira," ucap Ferdi yang sudah berada di hadapannya.
"Mas kenapa bisa ada di sini?" tanya Namira dengan perasaan yang sangat tidak suka melihat kehadiran Ferdi.
"Kita berdua belum selesai berbicara, kamu tidak bisa memutuskan hubungan kita berdua begitu saja. Namira terjadi di antara kita bukanlah kesalahanku dan melainkan kesalahan dari ibu mertua kamu sendiri!" tegas Ferdi yang masih saja berusaha untuk hubungannya dengan Namira.
"Kamu harus tahu Namira jika tante Farah menjebakku dan dia telah menyuruh....."
"Cukup Mas!" potong Namira.
"Mas tidak perlu menjelaskan apapun dan Namira sudah tahu semuanya," ucapnya memang tidak terlalu kaget dan untunglah Ilham sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Jadi kamu sudah tahu jika semua ini adalah rencana dari ibu laki-laki itu?" tebak Ferdi yang membuat Namira menganggukkan kepala.
"Namira tidak mengetahui apa yang terjadi dan tidak ada juga yang menginginkan semua ini. Tetapi semua yang terjadi tidak akan mengubah keputusan Namira jika hubungan kita memang tidak bisa dilanjutkan. Mas bisa mencari wanita yang jauh lebih baik dibandingkan Namira," ucap Namira yang berusaha untuk tegas dan tidak akan mengubah keputusannya.
"Tidak Namira, kamu tidak bisa melakukan hal itu kepadaku. Kamu harus tahu, aku tidak bisa melupakan hubungan kita begitu saja. Aku udah menunggu kamu begitu lama," ucap Ferdi yang tampak tidak akan pernah menyerah.
"Tapi Namira sudah tidak menginginkan hubungan kita dan Namira mohon untuk menghargai keputusan Namira," ucapnya.
Namira tidak berkata apa-apa lagi yang langsung berlalu dari hadapan Ferdi.
"Jangan-jangan kamu ingin kembali kepada laki-laki itu?" langkah Namira terhenti ketika mendengar pernyataan dari Ferdi.
"Tapi kami berdua memang belum resmi bercerai dan mau bagaimanapun hubungan kami dan apa keputusan yang kami ambil dalam pernikahan kami sama sekali tidak berkaitan dengan Mas," jawabnya sangat tenang dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Aku merasa semua ini tidak ada Namira. Aku tidak akan membiarkan kamu bersama dengannya setelah dia berhasil menghancurkan hubungan kita," ucap Ferdi dengan tangan terkepal.
Namira melanjutkan langkahnya dengan beberapa kali menghela nafas, namun tiba-tiba saja dia menoleh ke belakang yang ternyata sejak tadi ada mobil yang mengikutinya dan ternyata itu mobil Ferdi.
"Mas Ferdi. Apa-apaan dia mengikuti ku," ucapnya yang terlihat begitu sangat panik
Namira mempercepat langkahnya, Apartement masih cukup jauh. Namira yang tinggal sendirian berpikir tidak mungkin pulang ke apartemen dan bisa saja Ferdi mengikutinya sampai sana.
Namira memilih untuk membelokkan jalannya ke arah jalan yang kecil dan bahkan tidak bisa dimasuki oleh mobil dan entahlah di mana tempat itu yang membuat Namira hanya berusaha untuk menghindar dari Ferdi.
Dia sangat ketakutan sekali yang tampak berlari di jalan yang sepi, Namira saya tidak tahu di mana tempat itu karena dia bukanlah orang yang tinggal di Jakarta.
"Ya Allah di mana ini? Bagaimana ini?" tanyanya yang melihat di sekitarnya tidak ada siapa-siapa, hanya ada bangunan yang menjulang tinggi ke atas langit.
Sementara Ilham yang sudah selesai mengantarkan sahabatnya berada di dalam mobil.
"Jika aku ke Apartement, bagaimana caranya aku memulai pembicaraan dengan Namira," ucapnya yang sekarang memikirkan masalah pernikahannya yang mungkin masukkan dari sahabatnya harus bisa dia pertimbangkan.
"Ya Allah, hamba juga tidak ingin adanya perpisahan diantara kami, perceraian adalah hal yang sangat engkau benci, bahkan alasan perceraian ini juga sangat tidak masuk akal. Bukankah menjadi kewajiban dan tanggung jawab hamba untuk kebahagiaannya dan berikan malah melepasnya karena ingin melihat di bahagia," batin Bian.
"Ya Allah bantu hamba untuk membicarakan semua ini kembali dengan Namira," Bian sekarang benar-benar menyerahkan semua kepada sang pencipta dan terlebih lagi dia juga akan berusaha.
Dratt-drattt-drattt
Ponselnya yang tiba-tiba saja bergetar membuat Ilham menoleh ke arah ponselnya dan baru saja membicarakan wanita yang sekarang sedang berada di pikiran kita.
"Asalamualaikum Namira," ucap Bian angkat telepon tersebut.
"Kak Bian tolong Namira. Namira tidak tahu ini di mana," ucapnya yang tampak ketakutan dalam panggilan telepon tersebut dan bahkan suaranya terdengar begitu sangat bergetar.
"Namira apa yang terjadi?"
"Kamu ada di mana?"
"Kamu di Apartement bukan?" tanya Bian yang begitu sangat khawatir.
"Tidak, Kak. Namira juga tidak tahu ini ada di mana. Tadi Namira keluar dari Apartement," jawabnya.
"Kamu tenang, jangan menangis dan jangan takut. Kamu tetap di sana, kamu sekarang share lock tempat kamu. Kakak akan kesana secepatnya," ucap Bian berbicara begitu lembut agar Namira tenang.
"Kamu jangan takut ya. Kamu jangan matikan teleponnya," ucap Bian memberi arahan kepada istrinya itu.
Namira yang langsung menuruti dan Ilham melihat layar ponselnya. Namira jika sudah mengirim lokasinya kepada Bian.
Bian dengan cepat melajukan mobilnya menuju tempat di mana keberadaan Namira. Karena keberadaan istrinya yang tidak bisa memasuki mobil yang membuat Bian keluar dari mobil tersebut.
Tetapi sangat sial sekali dengan alam yang ternyata tidak bersahabat. Hujan yang turun tidak mencegah Bian untuk mencari keberadaan Namira. Sampai akhirnya Bian yang berdiri dengan nafas naik turun melihat beberapa meter keberadaan Namira yang berjongkok dengan menutup telinga dan kepalanya bertumpu pada lututnya terlihat ketakutan.
"Namira...." lirih Bian yang merasa lega akhirnya bisa berteman Namira.
Bian langsung menghampiri Namira dan orang posisinya sudah berdiri di dekat Namira. Dia melihat bagaimana Namira yang tanpa ketakutan yang berlindung dari hujan deras dan Bian sangat mengetahui bahwa Namira sangat takut sekali dengan petir.
Bian yang langsung mendekatinya dan ternyata tidak bisa mengendalikan diri yang langsung memeluk Namira.
"Aaaaa!" Namira kaget saat mendapat pelukan itu dan bahkan ingin buru-buru berlari.
"Ini saya Namira," ucapnya suara berat.
"Kak Bian," ucapnya yang sekarang sudah merasa lega dan ikut memeluk Bian.
"Tidak apa-apa. Jangan takut," ucap Bian merasakan tubuh bergetar Namira.
Bian dan Namira yang sudah sama-sama tidak peduli lagi dengan status hubungan mereka yang sangat menggantung.
Bian sekarang hanya ingin memberi ketenangan kepada Namira dan sementara Namira juga membutuhkan semua itu yang sebelumnya dia sangat ketakutan sekali dikejar-kejar oleh Ferdi sampai membuatnya tersesat yang tidak tahu arah pulang dan untung saja Bian sangat cepat datang.
Bersambung.....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi