NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa ?

Pov Daniza

Aku hanya bisa terdiam dengan isi kepala yang mulai memikirkan segala kemungkinan tentang apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini, diantara perkataan teman-teman ku yang menggerutu namun juga tidak tahu siapa yang paling bisa disalahkan atas kemalangan yang menimpa ku.

Mulai dari kursi yang diberi pelekat, ban sepeda yang bocor dan sekarang sepatu yang basah, kepalaku mulai menggabungkan kejadian demi kejadian dan satu-satunya yang terlintas dari mana semua ini dimulai adalah perpustakaan.

Aku yang tanpa sengaja terjebak menonton adegan tak senonoh dan harus berakhir menjadi pelaku, mungkinkah kakak kelas yang dikenal suka melakukan perundungan itu dalang dibalik semua ini? Mungkinkah ada seseorang seperti itu didunia ini, melakukan semua kejahatan hanya karena mengganggu kenyamanan hidupnya? Seperti kabar yang terdengar dari mulut Ibu-ibu bahwa ada preman dikampung ini? Aku mungkin akan menganggap semuanya kebetulan, jika itu hanya ban sepeda yang bocor dan menganggap apa yang dilakukan Haneul tak lain dari Modus. Tapi dengan semua ini...tidak lagi dianggap enteng sebagai kebetulan semata.

"Daniza gimana dong?"aku mengangkat bahu dengan helaan napas yang terasa berat

"Aku nyeker aja deh, sepatu ku biar dikeringkan dulu" aku meletakkan sepatuku yang basah kuyup itu dikoridor yang paling banyak terkena sinar matahari.

"Kasihan banget Daniza, siapa sih yang tega gini ?"

"Aku curiga pelaku nya anak kelas 10 yang berantem sama kamu dan Lani "

"Mereka udah minta maaf, udah kasih jajan juga dan kayanya menyesal banget, nggak mungkin mereka" Kedua nya beradu siapa yang paling logis dalam perdebatan ini, Aca yang dengan tuduhan nya dan Lani dengan perasaan nya.

"kamu bisa ngomong gitu karena kamu ngga sekolah hari itu, cuma dengar kabarnya doang. Coba kalo kamu lihat sendiri Lan, gimana kursi nya Daniza dikasih lem, ban sepeda nya bocor, kasihan Lan, masih bisa kamu bela mereka dengan kata ngga mungkin itu"

"Tapi emangnya ada bukti? Ngga adakan, jangan asal nuduh dulu"

"Udah lah, kita senam dulu. Nanti suruh Ali aja nanya mereka,bener apa ngga nya" Winda menengahi, dan aku mengangguk.

"Iya biarin aja, aku malas nanti urusannya makin panjang"

"Biarin mulu, mereka ngga akan kapok. Sekali udah cukup, kalo lama ngelunjak gini, mana nahan"Aca masih bersungut dan ingin melabrak langsung anak kelas 10 itu, tapi ditahan oleh Lani dan Winda yang langsung menariknya untuk segera kelapangan.

Ditengah lapangan ketika tengah senam, aku merasa kan tepukan dipundak ku, aku lantas menoleh dan aku dapati itu ternyata Ali yang lagi nyengir.

"Hai Dan, bagaimana perasaanmu di pagi ini dengan cuaca yang cerah "

"Baik" jawabku lantas berpaling melihat kedepan dimana anggota organisasi siswa intra sekolah menjadi instruktur senam.

"Kalo begitu, aku juga baik. Lalu bagaimana dengan mimpinya malam ini, indah?" Pertanyaan itu membuat ku termenung tanpa sadar menyentuh leher ku, teringat bagaimana kejadian di perpustakaan sampai terbawa ke dalam mimpi ku.

"Lah malah melamun, kamu mimpi buruk?" aku menggeleng mengusir bayang-bayang, bagaimana napas hangat Haneul menerpa leherku, bagaimana tatapan itu tampak aneh dan menakutkan, bagaimana bibir itu menyentuh ku.

"Terus, apa itu mimpi indah?" Aku terkesiap saat sadar jawaban dari kepala ku tidak sesuai dengan apa yang aku alami, mimpi itu...jelas mimpi buruk. Aku bahkan sampai menangis karena merasa Haneul telah melecehkan ku tapi aku malah tidak bisa meluapkan emosi ku sampai meledak.

"Itu mimpi buruk" ucapku seraya mengangguk, membenarkan pertanyaan yang sebelumnya.

"Ah...kasian nya Daniza ku, jika aku tahu kamu mimpi buruk maka aku akan datang kedalam mimpi kamu " Aku segera mundur saat pertanyaan Ali dilayangkan bersama usapan dikepala ku.

"Jangan takut ! mimpi buruk itu sudah berlalu, ini sudah pagi dan ada aku untukmu " aku melototi nya yang malah cengengesan

"Ah...aku kira kamu mundur karena takut dengan mimpimu, Dan? Siapa yang bisa menebak respon tubuh? Jangan marah, oke" Ali cekikikan, dan aku segera berpaling tidak menoleh lagi meskipun Ali terus bicara, bercerita tentang mimpinya.

****

Ketika kembali ke kelas, aku langsung meneguk air minum ku untuk menghilangkan dahaga, sementara teman-teman ku pergi ke kantin.

"Daniza...!" panggilan dari suara itu nyaris membuatku tersedak, aku lantas berbalik dan aku dapati Haneul berjalan mendekat.

Apa lagi sekarang? Tidak bisakah dia biarkan aku merasa nyaman dulu, setelah kejadian di perpustakaan, setelah kesalahpahaman ku tentang nya yang membuat ku malu bila mengingat nya. Jika aku sudah bisa berdamai dengan rasa malu ku sekaligus rasa bersalah ku pun, aku tetap ingin kami punya jarak seperti sebelumnya karena jantungku kembali berdebar dengan kencang saat didekatnya.

"Rok nya, Daniza " dia mengangkat paper bag, dan ketika tiba dihadapan ku, aku dapat rasakan bagaimana tanganku berkeringat.

"Iya" aku menarik paper bag itu sebelum, Haneul dapat mengulurkan nya.

"Coba dicek dulu, Daniza. Atau kamu bisa langsung mencobanya" aku menunduk lalu menggeleng untuk pertanyaan nya itu, "Ngga usah" jawabku ingin mengakhiri ini.

"Kalo begitu, aku kembali ke kursi ku " aku melirik nya yang berbalik dan perlahan menjauh, meninggalkan aroma Mint yang memenuhi penciuman ku. Aku tatap punggung itu, rasa bersalah dan malu menyergap ku secara bersamaan saat ingatan tentang hari itu muncul ke permukaan.

***

Aku meninggalkan anak lelaki itu, setelah izin nya telah ku dapatkan. Aku langkah kan kaki ku perlahan memasuki rumah ini lebih dalam, melihat kamar Haneul, keraguan kembali aku alami. Bolehkah aku masuk begitu saja? Sementara kemungkinan hanya ada kami berdua didalam, sopan kah begitu? Tapi jika aku mundur, aku tidak akan bisa menghadapi Mama.

Jadi aku putuskan untuk terus melangkah maju dan aku dapati pintu nya sedikit terbuka, aku ingin mengetuk untuk mendapatkan izin dari pemilik kamar, namun urung ku lakukan kala suara seseorang perempuan terdengar dari dalam kamar.

"Haneul...kamu makin tampan " hatiku terasa sakit bagaikan diremas tak kasat mata, mendengar suara manja dari perempuan didalam sana.

Entah keberanian dari mana, aku mengintip dibalik pintu. Dan pemandangan yang tersaji membuatku menahan nafas, Haneul dicium pipinya oleh seorang perempuan yang terlihat dewasa.

Rasa sakitnya sulit ku jelaskan, bagaimana ansumsi ku selama ini tentang perasaan Haneul, ternyata salah besar. Aku tertampar oleh kenyataan yang pernah ku bayangkan tapi selalu aku tampikan.

Aku lantas berbalik tidak mampu lagi bertahan, melangkah sejauh mungkin dari pintu. Lalu ketika kaki ku tiba diruang depan langkah ku terhenti, dan anak lelaki yang sedari tadi duduk itu, menatap ku dengan kening berkerut.

"Bisa tolong ambilkan cardigan ku?" suaraku bergetar menahan tangis, sedangkan air mata ku terasa jelas menumpuk kapan pun siap untuk tumpah.

Dan aku merasa beruntung lelaki yang berkata kasar itu ,bangkit tanpa banyak bicara . mungkin karena dia menyadari aku nyaris menangis? Susah payah aku menahan tangisku, terus berkata pada diriku sendiri Haneul tidak cukup pantas untuk air mata ku ini.

1
Kesini
oke
Kesini
sampai ileran, seperti gagang depan rumah gue
Abel Peony: Gagang /Sneer/ Ah, mungkin maksudnya gagang pintu
total 1 replies
Abel Peony
Lancang sekali kau adek!
rina Happy
penampakan bidadari/Facepalm/bagus danizaa PD adalah modal utama
Kesini
kasian Han korban orang tua yang gila
Kesini
jadi selera Lo daniza yang malu-malu kucing
Asrar Atma: mungkin malu-maluin /Sob/
total 1 replies
Abel Peony
Sepertinya Han punya masa kecil yang kurang mengenakan.
Abel Peony
Makin bagus aja tulisan lo
rina Happy
ayolah haan jangan buat Rina smakin berharap nanti daniza yg jd korban.
Kesini
kasian Ali
Kesini
wah yakin rasa suka Dimas lebih besar loh
Asrar Atma: hah iyakah?/Scowl/
total 1 replies
Abel Peony
Ciee ....
Abel Peony
Aku dejavu sama cerita ini
rina Happy
kok bisa ya diantara teman2 daniza dan han gak ada yg sadar mereka saling suka,,mereka kan sering tatap2an,,yg sadar malah peran antagonisnya si Rina.
rina Happy
waaaah gilaaa haneul,,walaupun hanya dlm mimpi tp gaya mainnya gak wajar dgn umur segitu/Facepalm/
inimah gaya author/Curse/
Asrar Atma: ini lucu/Sob/
total 1 replies
Kesini
anak Leon ini mah
Abel Peony
Gue di bohongin Author! Kukira benerin, ih. Mana nunggu berhari-hari untuk episode, ini.
Asrar Atma: berhari-hari /Scowl/
total 1 replies
Kesini
han pasti mengikat Rina
Abel Peony
Daniza ... siapa? Aku ngga tau nama panjangnya.
Asrar Atma: udah gitu aja namanya
total 1 replies
Tutuk Isnawati
kasihan daniza yg lemah dan dri kluarga sederhana hrus mghdapi rani yg lebih kuat n kaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!