NovelToon NovelToon
Once Mine

Once Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Romansa / Slice of Life / Dark Romance
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Just_Loa

Sara Elowen, pemilik butik eksklusif di Paris, hidup dalam ketenangan semu setelah meninggalkan suaminya-pria yang hanya ia nikahi karena perjanjian.

Nicko Armano Velmier bukan pria biasa. Ia adalah pewaris dingin dari keluarga penguasa industri, pria yang tak pernah benar-benar hadir... sampai malam itu.

Di apartemen yang seharusnya aman, suara langkah itu kembali.
Dan Sara tahu-masa lalu yang ia kubur perlahan datang mengetuk pintu.

Sebuah pernikahan kontrak, rahasia yang lebih dalam dari sekadar kesepakatan, dan cinta yang mungkin... tak pernah mati.

"Apa ini hanya soal kontrak... atau ada hal lain yang belum kau katakan?"

Dark romance. Obsesif. Rahasia. Dan dua jiwa yang terikat oleh takdir yang tak pernah mereka pilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just_Loa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Framed

Ia tak tahu apakah sedang terjaga… atau masih terperangkap dalam mimpi yang menyesakkan.

Di dalam kamar rawat inap yang hening, satu-satunya suara hanyalah hembusan AC yang tipis, seakan menyamarkan kesunyian yang menggantung.

Namun bagi Sara, suara itu terasa seperti gema dari dunia yang bukan miliknya.

Perlahan, kesadaran menyelinap kembali.

Sakit kepala samar. Tenggorokannya kering. Perasaannya terasa kosong.

Beberapa detik kemudian, barulah ia sadar, ia terbaring di ranjang luas dengan seprai berwarna abu lembut.

Bukan kamarnya. Bukan ruangannya.

Di dinding, tergantung lukisan abstrak dengan warna putih. Di meja samping ranjang, secarik kertas kecil tertindih segelas air putih.

Hanya tertulis:

“Jika Anda terbangun, jangan bergerak dulu. Tekan bel. —Sofia”

Tangannya gemetar saat meraih gelas. Tapi sebelum ia bisa mengangkatnya—

Tok. Tok.

Pintu terbuka pelan. Seorang wanita paruh baya masuk dengan langkah hati-hati, seragam krem bersih membalut tubuhnya yang tegak.

“Anda sudah sadar Nona? syukurlah.” Suaranya lembut, seolah ditata untuk tidak mengejutkan siapa pun.

Sara hanya menatapnya, mencoba menyusun suaranya sendiri. “Aku… sudah berapa lama?”

“Sudah hampir dua hari Anda tak sadarkan diri, Nona.”jawab Sofia.

“Tapi sekarang suhu Anda stabil. Dan jantung Anda normal. Itu… cukup melegakan.”

Sara mengangguk pelan, lalu menatap jendela.

Sofia memperhatikan sebentar sebelum berkata, “Jika Anda ingin pindah tempat duduk atau keluar sebentar, saya bisa menemani.”

Sara mengernyit pelan. “Keluar?”

Sofia mengangguk pelan. “Ada ruang pribadi di lantai atas, lounge kaca. Biasanya sepi, tidak ada orang.”

Sara terdiam lama. Lalu mengangguk.

“Baiklah.”

Sofia tersenyum kecil, lalu beranjak dengan langkah pelan, membiarkan ruangan itu kembali sunyi.

...----------------...

Beberapa saat yang ia rasakan hanya detak jantungnya sendiri, jelas di tengah ruangan yang sepi.

Cahaya senja masuk lewat celah tirai. Langit di luar berubah jingga keunguan, kota terlihat tenang dari balik kaca. Tapi di dadanya, rasa gelisah tidak juga hilang.

Sara duduk di bangku panjang dengan jaket tipis menutupi tubuhnya. Tangannya mencengkeram lengan kursi, kaku. Ia mencoba menarik napas panjang, tapi selalu terputus di tengah.

Suara Sofia samar di belakangnya. “Saya akan berdiri di luar. Panggil saya kapan saja, Nona.”

Sara mengangguk.

Dan saat pintu kaca tertutup kembali, hanya sunyi yang tersisa.

Lalu, seperti pintu yang dibuka perlahan… ingatan itu masuk tanpa izin.

Tangan di tubuhnya. Bisikan kasar. Wajah samar di ruang kamar gelap bertahun lalu. Lalu kini pria yang sama. Dengan nama berbeda. Tapi sorot mata itu… tidak pernah berubah.

“Nathaniel…” bisiknya, nyaris tanpa suara.

Ia menutup mata. Dadanya kembali sesak. Lidahnya terasa pahit. Rasanya ingin melarikan diri. Tapi ke mana?

Ketika ketakutan itu tidak lagi menempel pada tempat… tapi pada seseorang.

Dan orang itu kini adalah suaminya.

Sara ingin menangis, ingin berontak, bahkan pergi sejauh mungkin. Tapi tubuhnya terasa berat, seolah semua jalan sudah tertutup. Ia tahu, pada akhirnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa.

...----------------...

Langkah kaki terdengar di luar pintu, bersamaan dengan suara Sofia membereskan peralatan makan.

Sara baru selesai mandi. Tubuhnya masih lelah, pikirannya sedikit lebih tenang.

Tok. Tok.

Pintu terbuka perlahan.

Seseorang masuk, dan  belum pernah ia lihat sebelumnya.

Seorang pria berdiri di sana. Tubuhnya tinggi, mengenakan setelan hitam rapi. Rambut cokelat gelapnya disisir ke belakang, wajahnya tegas dengan tatapan yang dingin tapi tetap sopan. Tidak seperti Matheus yang menyembunyikan ancaman di balik sikap tenangnya.

“Selamat sore, Nona Elowen,” ucapnya pelan, suara baritonnya berat namun berintonasi halus.

“Saya Rafael Dornier. Mulai hari ini, saya ditugaskan untuk memastikan keamanan Anda.”

Sara menegang. Bukan karena takut, tapi karena tubuhnya belum sepenuhnya terbiasa pada kehadiran orang asing.

“Saya bukan pengganggu,” lanjutnya cepat, seakan bisa membaca kecanggungan Sara.

“Tugas saya hanya memastikan Anda baik-baik saja. Tidak lebih.”

“Nicko yang menyuruhmu?” bisik Sara pelan.

“Ya. Ada instruksi langsung dari Tuan Velmier,” jawab Rafael tenang. “Namun, saya di sini bukan untuk mengatur Anda. Hanya... berjaga.”

Sara menatapnya beberapa detik menganalisis setiap sorot matanya, intonasinya, bahkan cara berdirinya. Tidak ada sikap intimidatif. Tidak ada jarak yang melanggar. Tapi jelas, pria ini tidak akan membiarkannya keluar begitu saja tanpa diketahui.

“Kalau begitu, silakan... jaga saja dari luar,” katanya pelan.

Rafael mengangguk hormat. “Baik, Nona.”

Ia mundur pelan. Setelah pintu tertutup, Sara kembali duduk di tepi ranjang.

Ada satu orang baru lagi. Satu pasang mata lagi.

Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa mungkin tidak benar-benar sendirian.

...----------------...

Pintu lift terbuka dengan suara pelan.

Bagi Sara, bunyi itu terasa asing.

Penthouse di Manhattan ini tampak tenang dan rapi.

Sofia melangkah lebih dulu sambil membawa tas kecil milik Sara yang baru dikembalikan.

“Selamat datang kembali, Nona. Makan malam akan segera disiapkan.”

Sara tidak menjawab. Ia hanya berdiri sejenak di ruang tamu, matanya menyapu ruangan yang terlalu luas, terlalu mahal... dan terlalu asing.

Segalanya tampak seperti tempat untuk orang lain.

Bukan dirinya.

Setelah Sofia pergi, Sara duduk perlahan. Ponselnya masih hangat di tangannya, baru kali ini benar-benar ia sentuh sejak hari itu.

Ada beberapa pesan menunggu. Dari Mama, Ayah, juga Adrian kakaknya. Tidak ada yang terdengar cemas. Tidak ada yang menanyakan alasan ia menghilang.

Semua isi pesan hanya soal butik, soal Manhattan, dan Nicko.

Itu saja sudah cukup membuat napasnya terasa sesak. Semuanya terlihat terlalu wajar. Seolah memang sudah diatur sejak awal.

Sara menutup ponsel. Rasanya hidupnya berjalan di jalur yang tidak ia pilih, tapi ia tetap harus mengikutinya.

Ia baru membuka ponselnya hari ini, setelah dua hari tidak sadarkan diri. Setelah dibawa begitu saja oleh Nicko, dari Paris ke Manhattan, tanpa penjelasan dan tanpa pilihan. Ia pikir keluarganya akan mencarinya, akan panik.

Ternyata tidak.

Tidak ada satu pun dari mereka yang khawatir. Tidak ada satu pun yang bertanya, “Kau di mana?”

Karena bagi mereka…

Sara Elowen baik-baik saja.

Sara Elowen sedang sibuk menyiapkan cabang kedua butik Solea-nya.

Sara Elowen… istri dari Nicko Armano Velmier.

Dan seakan belum cukup, notifikasi baru muncul.

Dari Nicko.

Satu pesan dengan lampiran.

“Project Plan – SOLEA Manhattan Grand Opening.”

Tenggorokan Sara tercekat.

Tangannya bergetar saat membuka file itu.

Foto denah. Interior. Desain tiga lantai. Semua sudah rapi.

Ada ruang kerja di lantai tiga.

Sebuah balkon yang menghadap langit kota.

Terlalu familiar.

Lalu kenangan itu muncul, seperti hantaman pelan tapi tak bisa dihindari.

Swiss, 1 bulan lalu.

Mereka duduk di balkon rumah orang tua Sara. Dari kejauhan, lampu kota berkelip di balik siluet pinus. Malam terasa hening, seolah menunggu sesuatu yang tak kunjung diucapkan.

“Kadang aku berpikir,” ujar Sara pelan, menatap ke arah kota, “akan menyenangkan jika suatu hari aku punya balkon seperti ini juga. Di atas butikku sendiri, di kota besar… lantai tiga, dengan jendela kaca besar. Jadi setiap malam aku bisa duduk begini, melihat keluar, lalu menyimpannya dalam ingatan.”

Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. Tidak sepenuhnya bahagia, tapi cukup menenangkan.

“Semacam ruang untuk bernapas,” tambahnya lirih.

Pria di sampingnya tidak langsung menjawab. Pandangannya tetap pada langit yang kosong dari bintang, seakan menimbang sesuatu. Hingga akhirnya ia berkata, tenang dan datar:

“Kalau itu yang kau inginkan… kau akan memilikinya.”

Tak ada penekanan. Kalimat itu terdengar biasa saja, tapi caranya mengucapkan memberi kesan berbeda—bukan janji manis, melainkan keyakinan yang tak terbantahkan.

Lalu ia mengulang perlahan, seperti menghafal untuk dirinya sendiri:

“Jendela kaca besar. Lantai tiga. Langit Manhattan.”

Kali ini jelas terasa:

bukan sekadar janji seorang suami,

melainkan ikatan dari seseorang yang tidak berniat melepaskan.

Dan kini, balkon itu ada.

Persis.

Balkon kaca di lantai tiga.

Di atas dua lantai butik Solea Manhattan.

Langit di atasnya bukan lagi langit Swiss… tapi langit Manhattan.

Pemandangannya tak kalah megah.

Dan semuanya… adalah kenyataan yang dibangun dari obsesinya.

Obsesi pria itu padanya.

Sara menyentuh layar ponselnya. Wajahnya tak menampakkan apa-apa. Tapi dadanya sesak.

Ia ingin tertawa. Ingin menangis.

Dan akhirnya, ia hanya tersenyum miris.

“Dia benar-benar mewujudkannya…”

Sebuah candaan di balkon rumahnya… telah disulap menjadi kandang emas.

Nicko tak memberinya pilihan.

Nicko tak memintanya tinggal.

Ia ditarik masuk ke dalam impiannya sendiri, dengan paksa.

Dan kini, semua orang percaya: dia adalah milik pria itu.

Istri yang sempurna.

Pengusaha sukses.

Wanita yang bahagia menjalani mimpinya sendiri.

Padahal yang sebenarnya…

Ia bahkan tak tahu siapa dirinya sekarang.

Yang ia tahu… pria itu bukan Nathaniel yang dulu.

Pria itu adalah Nicko Armano Velmier, seseorang yang hidup dalam diam, mengatur segala hal dalam bayangan, dan mencintainya dalam bentuk yang tak bisa dijelaskan.

Cinta? Bukan.

Obsesi.

Dan Sara… adalah pusatnya.

Tangannya gemetar. Ia memandang ke luar jendela. Manhattan masih sama, megah, indah, dan tak terjangkau. Tapi bagi Sara, dunia ini kini berlapis kaca. Ia melihat semuanya, namun tak bisa menyentuh apa pun yang sebenarnya miliknya.

Ia hanya bagian dari lukisan besar yang sudah lama digores oleh pria itu.

Dan setiap kali ia mencoba keluar dari bingkai, seseorang selalu... menariknya kembali.

1
Mar Lina
akhirnya
pelan" akan terobati...
kasihan Nick selalu bermain solo
karena ingin menyembuhkan Sara...
lanjut thor ceritanya
Mar Lina
semoga
Sara bisa tenang
berada di sisi Nick
bisa jadi obat untuk trauma nya
yg menyakiti akan menyembuhkan
lanjut thor ceritanya
Just_Loa: hehe syap ka..
total 1 replies
Just_Loa
Thank youuu🥹 ❤️lanjut terus ya, ceritanya bakal makin dalem, gelap, tapi juga bikin nagih 😁
Vlink Bataragunadi 👑
ih aku makin penasaran sama masa lalu mereka
Vlink Bataragunadi 👑
berati bener ya, Sara kynya punya trauma.... apakah trauma itu ada hubungannya dengan Nicko?
Vlink Bataragunadi 👑
othor keren bangets mendeskripsikan suasananya, aku jadi ikut merasakan, ni pernikahan garing bet woooiiii/Cry//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampun, lempeng amaaat, gmn orang-orang ga curiga
Vlink Bataragunadi 👑
ommo.... semuanya terlalu formal, terlalu datar, terlalu teratur bagaimana Adrian mau percaya
Vlink Bataragunadi 👑
tp kenapa Sara ga inget ya
Vlink Bataragunadi 👑
ih keren kata2nya/Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aduh ini keluarga cemara bangettt/Sob//Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
tuh kaaan..... ada apa ya?
Vlink Bataragunadi 👑
ni kynya ada cerita masa lalu di antara mereka ya, tp Sara ga inget
Vlink Bataragunadi 👑
Nicko.... tidak ada emosi, tidak ada desakan, tidak ada ancaman tp justru yg seperti ini yg lebih mengancam....
Vlink Bataragunadi 👑
sejauh ini aku suka, thor/Kiss//Good/
Just_Loa: hehe makasih banyak kak udah suka sejauh ini 🤭 semoga makin betah bacanya 🧡
total 1 replies
Jumi
hai k aku mampir
Just_Loa: trmkasih sdh mmpir kak,smga suka dg crtanya ☺️
total 1 replies
Mar Lina
ku kira sara bakal menyerah
tetapi masih mengikuti keegoisannya...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya lagi
Just_Loa: Betul, Sara emang keras kepala 😅. Update-nya bakal segera datang, stay tuned!”
total 1 replies
Just_Loa
siap kk trmksih sdh mmpir,smga suka dg crtanya ya ☺️
Jumi
hai k aku mampir
Synyster Baztiar Gates
next ! makin seru nih thorr 😃
Just_Loa: yup d tnggu ya kka ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!