NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HUTAN ARANYABUTHA (Hutan Roh)

Hutan Aranyabutha atau hutan roh ini, terletak di sebelah selatan Giriharidra atau bukit jingga, yang mencakup desa bukit jingga itu sendiri. Hanya saja, desa bukit jingga ini tidak berada di kedalaman hutan tersebut, melainkan berada di pinggiran hutan, meski masih tergolong hutan roh.

Hutan roh ini, semenjak dahulu hingga sekarang jarang sekali di masuki oleh manusia. Sebab siapapun yang masuk ke dalam hutan itu, kebanyakan tidak keluar lagi. Andai pun ada yang keluar rata rata tidak akan hidup lama, akibat sakit yang di sebabkan dari dalam hutan.

Di kedalaman hutan tersebut saat ini, terlihat bayangan hitam berlari di antara pepohonan yang daunnya sangat lebat, hingga menghalangi sinar rembulan yang malam itu bersinar sangat terang. Bayangan hitam tersebut sesekali bersandar di salah satu pohon dan mengatur nafasnya yang tersengal sengal, sembari mulutnya mengeluarkan kata kata umpatan yang tidak jelas.

"Herrggg..Bangsat...! Cahaya apa tadi yang telah memotong lenganku?" gumam bayangan hitam itu di antara erangan suaranya, sembari tangan sebelahnya menggenggam lengan yang terpotong itu.

Untung saja aku langsung lari. Jika tidak, bisa bisa aku di bunuh oleh cahaya putih sialan itu? Bangsattttt...!

"Aku tidak melihat siapa pemilik cahaya itu, tapi saat itu aku bisa merasakan adanya kekuatan yang sangat besar berada di balik pohon, tidak jauh dari diriku. Siapa gerangan manusia itu, sialannnn...?"

Bayangan hitam tersebut, meracau sendiri, sembari sesekali mulutnya mengeluarkan umpatan umpatan yang sangat kasar.

"Aku harus segera menemukan tempat yang aman, untuk aku memulihkan luka di lenganku ini, sebelum aku melaporkan hal ini pada Byakta!" ucapnya lagi, kemudian melangkah kembali menuju kedalaman hutan dan meninggalkan tempat itu.

Di dengar dari ucapan ucapannya, bayangan hitam ini jelas adalah seseorang yang sebelumnya berubah menjadi makhluk hitam dengan taring tajam. Yang beberapa waktu sebelumnya hendak menerkam ayah Thantana, namun malah dirinya sendiri yang terpotong lengannya oleh kilatan cahaya putih yang tiba tiba muncul dari balik pohon.

*****

Sementara itu, Thantana yang telah kembali dan menyelamatkan ayahnya sendiri dari terkaman makhluk hitam misterius. Kini telah berada di rumahnya bersama sang ayah, dan warga kampung serta kepala desa.

"Malam ini kita berpesta menyambut Thantana yang telah kembali?" teriak salah satu warga, yang seharusnya malam ini ngeronda bersama ayah Thantana.

"Iya benar, malam ini kita jangan tidur sampai pagi dan kita ngeronda bersama sama!" jawab salah satu dari mereka, dan di sambut teriakan "Hore... " dari warga desa yang hadir hampir bersamaan.

Dengan banyaknya obor obor yang menyala yang di bawa warga kampung ke rumah ayah Thantana. Lingkungan sekitar itu menjadi terang benderang, layaknya di siang hari. Mereka, warga kampung serta kepala desa bergembira menyambut anak yang 13 tahun lalu mereka cari di dalam sungai selama seminggu namun tidak ketemu, sampai akhirnya di anggap telah mati. Kegembiraan mereka terlihat sangat jelas, dari wajah wajah ceria mereka yang terpancar. Bahkan si pemuda yang dulu pernah memberi nasehat terhadap ayah Thantana, yang sekarang usianya sudah setengah baya, menangis karenanya. Yahh.. bagaimanapun, meski Thantana bukan anak atau keluarga mereka, tetapi ayah Thantana adalah salah satu perintis di desa tersebut, sehingga semua warga mengenal dan menganggap ayah Thantana serta Thantana, seperti keluarga mereka sendiri.

Tanpa terasa hari sudah menunjukkan tengah malam, tetapi warga kampung Bukit Jingga itu masih saja bergembira dan berpesta di halaman rumah Thantana. Sementara itu Thantana beserta ayahnya terlihat sedang mengobrol di ruang tamu rumahnya, dengan Thantana yang menjawab pertanyaan pertanyaan dari ayahnya yang seperti tidak ada habis habisnya itu.

"Ayah masih belum sepenuhnya mengerti maksud dari cerita kamu nak. Bagaimana bisa kamu bertahan hidup selama lima tahun di dalam lubang itu?" kata ayah Thantana, setelah mendengarkan cerita dari anaknya itu, dari awal dirinya tersangkut tonjolan batu hingga sampai dirinya keluar dari lubang, dan bertemu dengan ayahnya.

"Aku sendiri juga tidak mengerti ayah. Tetapi selama lima tahun itu, Thantana seperti tidak pernah merasakan haus dan lapar! Dan tubuh Thantana sesekali mengeluarkan cahaya dari perpaduan 9 batu yang berada di dalam tubuh Thantana?" jawab anak muda yang dulunya sangat manja terhadap ayahnya itu.

"Hemmm...? Sepertinya batu batu itu yang melindungi dan menumbuhkan tubuhmu hingga menjadi seperti ini, meski kamu tidak pernah melatih fisik kamu?" kata ayah Thantana itu, seperti berbicara dengan dirinya sendiri.

"Ya sudahlah! Hari sudah semakin larut, sebaiknya kamu beristirahat dan tidur. Ayah hendak menemani warga desa untuk meronda di luar?" kata ayah Thantana kemudian, terhadap anak semata wayangnya itu. Lalu melangkah keluar dari ruang tamu, dan meninggalkan Thantana yang masih duduk di ruang tamu itu sendirian.

*****

Keesokan paginya di kedalaman hutan Aranyabutha atau hutan roh. Terlihat seorang lelaki setengah tua dengan pergelangan tangannya yang buntung keluar dari dalam Goa kecil di hutan itu. Lelaki setengah tua tersebut melihat kanan kiri, memastikan jika tempat itu aman. Kemudian melangkah pergi meninggalkan goa kecil itu, sambil mulutnya mengeluarkan gumaman gumaman kecil seperti bicara dengan dirinya sendiri.

"Hemmm... Bagaiamana caranya aku mengatakan ini pada Byakta! Jika dia tau bahwa aku ketangkap basah oleh manusia, bukannya bersimpati karena lenganku buntung, bisa bisa dia malah membunuhku, bangsattttt...!" Kata lelaki setengah tua itu, sembari memaki maki sendiri.

"Apa sebaiknya aku diam saja dulu ya? "Aghhhh... sialan...siapa sebenarnya manusia yang melepaskan kilatan cahaya putih itu, membuat aku susah saja!" gumam lelaki tua itu lagi dengan nada yang jengkel. Kemudian berkelebat ke arah dimana jalan menuju Kastil hantu atau Bhootkila berada.

Sepertinya, lelaki tua ini mengenal atau mungkin teman dari Byakta, yang beberapa tahun yang lalu memasuki kastil hantu dan jumpa dengan perempuan berjubah merah darah yang bernama Elaksi. Terbukti dari perkataannya yang selalu menyebut nama Byakta itu.

*****

Kembali ke Desa Bukit Jingga, dimana pagi ini warga kampung terlihat kecapean karena semalaman berpesta dan begadang sampai pagi. Di antara mereka ada yang masih tertidur pulas di teras rumah Thantana, tapi banyak juga yang sudah meninggalkan rumah itu dan kembali ke rumahnya masing masing. Sementara Thantana yang semalam di suruh oleh ayahnya beristirahat, pagi ini terlihat segar sendiri.

Thantana terlihat sudah membersihkan badannya, dan memakai baju lengan panjang warna putih keabu abuan, pemberian dari ayahnya. Dengan rambut panjang kecoklatan yang sudah ia rapikan dan alis mata yang tebal serta tatapan matanya yang tajam, di tambah hidungnya yang sedikit mancung membuat gurat ketampanan di wajah Thantana semakin tampak kelihatan.

Meski dirinya hanya orang kampung, tapi Thantana terlihat sangat berbeda. Apalagi setelah mengalami lima tahun di dalam lubang di balik air terjun. Kulit tubuhnya kini terlihat bersih, dan tidak seperti waktu kecil yang kumal. Apalagi sekarang dirinya mempunyai tubuh fisik yang kekar, serta memiliki kekuatan dari 9 batu bintang. Ini membuat perbedaan itu semakin mencolok.

Dengan gagahnya Thantana keluar dari dalam rumahnya, lalu berdiri di depan pintu, sembari memperhatikan beberapa warga kampung yang masih tertidur pulas di teras rumahnya dengan beralaskan tikar pandan. Kemudian sembari memperhatikan mereka, Thantana bergumam...?"

"Suatu saat, daerah ini akan kujadikan kerajaan...?"

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!