NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04 Nuha terbaring di kasur

Nuha terbaring di kasur, bagai Snow White yang jatuh dalam tidur panjang setelah menggigit apel beracun pemberian penyihir tua. Gaun pengantinnya sudah diganti, menggantikan yang sebelumnya ternoda darah.

...Ya, kata-kata Naomi setajam racun telah berhasil meruntuhkan kesadarannya....

“Haah?!”

Ia tiba-tiba membuka mata, bibirnya ikut ternganga, "Mimpi buruk?" pikirnya. Tapi raut wajahnya meringis. Kepalanya terasa berdenyut sakit. Tak berhenti di situ. Ekspresi wajahnya berubah lagi, seakan ada rasa sakit yang lain. Perlahan, jemarinya meraba leher. Sentuhan itu mendadak membuatnya terlonjak. Tangan itu bergetar hebat.

“Lu… luka?” bisiknya.

Nampak bekas jahitan halus melintang horizontal di kulit leher. Luka itu telah dijahit rapi, tapi tetap meninggalkan jejak mengerikan yang Naomi berikan. Nyatanya, itu adalah kenyataan.

Nuha duduk termenung.

Begitu terdengar suara langkah mendekat ke pintu kamar, paniknya memuncak. Dengan cepat ia meraih sebuah gunting dari laci nakas. Jemarinya mencengkram gagangnya erat, menodongkannya ke arah pintu yang perlahan terbuka.

"Jangan mendekat!!"

“Nuha sayang, gimana keadaanmu? Makan dulu yuk. Bi Idah bakal bawa troli makanan buat kamu lho...” tapi Naru langsung membeku di ambang pintu, nyaris tak percaya dengan pemandangan itu.

Air mata Nuha jatuh bersamaan dengan tangannya yang tiba-tiba terangkat tinggi. Ia memejamkan mata, menyerupai Juliet yang siap mengakhiri kisahnya dengan belati. Suaranya lirih namun penuh keputusasaan, “Jika kematianku bisa memperbaiki segalanya… aku rela melepas hidupku sekarang. Biar rasa sakit ini ikut terkubur bersamaku.”

“Tidak!!” Naru langsung menerjang ke ranjang, merebut paksa gunting dari tangannya. “Apa yang kamu lakukan, Nuha?! Ini bukan jalan yang benar!”

“Berikan! Kembalikan!!” Nuha meronta, mencoba merebut kembali benda itu. Tapi Naru menahan kedua pergelangan tangannya dengan sekuat tenaga, tubuh mereka saling dorong, tegang dalam perebutan.

Naru menatap wajah istrinya dengan hati terkoyak. “Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan padaku… kenapa kamu bisa sendiri berhadapan dengan Naomi? Sampai dia melukaimu, sampai membuatmu pingsan begini?”

Nuha menunduk, hatinya berbisik lirih, “Mungkin ini cara Tuhan menegurku. Saat dulu aku belajar menerima ayah dengan kondisinya sebagai seorang skizofrenia, nyawanya justru direnggut. Lalu Tuhan menghadirkan sosok imajiner bernama Hawa untuk menemaniku, tapi ia pun kembali diambil. Digantikan oleh Naru. Dan ketika cintaku mulai tumbuh lagi padanya, Tuhan menghantamku lewat kehadiran Naomi.”

Tiba-tiba, bayangan langkah Naomi seakan muncul kian mendekat, senyumnya penuh provokasi. Tubuh Nuha mendadak mundur, gemetar karena kembali mengingat kejadian itu. “Ja… jangan mendekat!” Suara Nuha patah.

"Nuha?" Naru tersentak.

Mata Nuha beralih karena Naomi berjalan memutar ke sisi lain. Berputar mengitari seperti predator. “Aku hamil lima bulan.” Jemarinya yang dingin masih terasa di bahu Nuha, membuat gadis itu hampir kehilangan tenaga. “Dan kamu tahu siapa ayahnya?”

Nuha memegangi kepalanya, “Jangan ganggu lagi hidup aku! Pergi! Pergi!”

“Cukup, Nuha!” Naru mencoba menyadarkan.

Mata Nuha gemetar saat Naomi mendekatkan wajahnya, berbisik di telinganya. “Mau tahu siapa yang membuatku hamil? Bahkan tanpa gaun pengantin… bahkan tanpa pesta megah.” Kata-kata itu langsung membuat jantung Nuha berdentum keras. “Lima bulan lalu…” bisik Naomi, bibirnya melengkung penuh kemenangan.

“Berhenti!” suara Nuha pecah.

“Pesta ulang tahunku… malam itu aku dan Naru…” Naomi menggantung kalimatnya, menusuk batin pengantin baru itu.

Nuha menggeleng. Air matanya jatuh. Ingatan lama menyeruak: malam ketika ia memblokir nomor Naru karena foto Naomi yang tersenyum dengan bayangan pria itu di belakangnya. Luka lama kini disayat lagi, lebih dalam, lebih kejam.

“Ja… jangan katakan itu…”

Naomi menyeringai. “Kami mabuk malam itu. Dan aku masih ingat betul… bagaimana rasanya disentuh olehnya. Bagaimana rahim ini jadi hangat.”

“Nggak… nggak mungkin! Kamu bohong!” Nuha menjerit, kedua tangannya menutup kepala, tubuhnya bergetar hebat.

Naomi menancapkan luka terakhir. “Naru… tidur denganku malam itu.” Kata-kata itu meledak di dada Nuha. Seketika gadis itu mendorong tubuh Naru. "Kamu penjahat!" Ia menindih perut suaminya.

Hati Naru langsung bergemuruh hebat tak mengerti apa yang terjadi pada istrinya. Tapi, satu hal yang pasti, dia tahu Nuha selalu bergulat sendiri dengan pikirannya. Itu yang sangat dia khawatirkan.

“Sayang, sadar! Kamu nggak boleh begini. Jangan hancur karena Naomi… jangan biarkan aku kehilanganmu!” Dadanya sesak, bukan semata karena ancaman gunting itu, melainkan karena ia tahu, luka di hati istrinya jauh lebih berbahaya daripada luka di leher.

“Mau sampai kapan kamu nyakitin hatiku?” suara serak itu terdengar seperti kaca retak.

“Apa maksudmu?” tatapan Naru bingung.

“Mau sampai kapan?!” bahu rapuh itu bergetar hebat. Nuha menunduk, isaknya pecah. “Kamu pembohong… pengkhianat… pria paling buruk yang pernah aku kenal. Aku nyesel… aku nyesel kenal sama kamu…”

“Aku sudah urus Naomi, bahkan kulaporkan dia ke polisi! Kamu nggak perlu khawatir lagi.” Naru hampir berlutut di depannya.

“Persetan sama Naomi!” mata Nuha basah dan penuh luka. “Apapun yang kamu lakukan, semua sudah terlambat! Aku nggak akan pernah percaya lagi sama kamu!”

Suaranya meledak. “Pria bejat! Brengsek! Baj*ngan! Aku nggak mau lagi jadi istri kamu!” Jemarinya merobek gaun putih dengan gemetar. “Aku jijik sama kamu!!” Ucapan itu menghancurkan harga diri Naru.

“INARA NUHA!!”

Bentakannya langsung menggelegar, marah bercampur takut. Tapi kemudian, tangan Naru terulur, seolah hanya itu yang bisa mengikatnya agar tidak jatuh lebih jauh.

Perempuan itu menutup wajah dengan kedua tangan, tubuhnya terguncang hebat hanya karena sekali bentakan. “Hiks… hiks…” tangisnya pecah, seakan seluruh dunia runtuh menimpanya.

Ia menangis. Menangis tersedu-sedu.

Suaminya mendekat, suaranya melembut, memohon penuh rasa bersalah, “Maaf, maafin aku… aku nggak bermaksud…”

“Jangan sentuh aku!” Nuha langsung menepis, mundur hingga punggungnya membentur dinding. “Aku muak lihat wajahmu!”

“Sayang, tolong… aku nggak tahu apa yang kamu dengar dari Naomi, tapi itu pasti bohong. Dengar aku dulu! Semua ucapannya itu nggak bisa dipercaya. Kamu jangan terpancing.”

“Cukup!!” suaranya pecah, mata merah berair. “Kamu pikir pelukanmu bisa nyembuhin luka ini? Kata-kata manismu bisa hapus semua kebohongan? Udah nggak ada lagi yang bisa aku percaya dari kamu!”

Naru terhenti, kedua tangan terangkat di udara. Wajahnya menunduk, penuh rasa sakit. “Aku rela kamu benci aku… asal jangan tinggalkan aku. Aku mohon.”

Tangis itu makin deras, kedua telinga ditutup rapat-rapat. “Aku udah kehilangan diriku sendiri karena kamu…”

Lelaki itu nekat memeluk tubuh rapuhnya, meski meronta, menghantam dadanya berkali-kali dengan tangan yang gemetar Naru tetap mendekapnya.

“Lepasin aku!!”

“Enggak… aku nggak akan biarin kamu pergi. Kalau aku lepas, kamu benar-benar hilang dari aku…” suaranya pecah, putus asa.

“Kenapa? Kenapa harus sesakit ini untuk mencintaimu? Kenapa?” ratapnya, menancap ke jantungnya seperti pisau.

Pelukan lelaki itu melemah. Kata-kata itu menghantam lebih keras dari apa pun.

“Benci aku, hancurkan aku… tapi jangan pernah ragukan cintaku. Aku mencintaimu lebih dari hidupku sendiri.”

Air matanya jatuh tiada henti. “Cinta? Kalau ini cinta, kenapa aku justru hancur? Kenapa setiap dengar namamu, hatiku penuh sakit?”

Ia tak kuasa lagi. Wajahnya tertunduk di bahu istrinya, menangis seperti anak kecil. “Aku salah… aku terlalu banyak salah. Tapi jangan hukum dirimu dengan kebencian, sayang. Biarkan aku yang hancur, asal kamu jangan hilang dariku.”

“Aku ingin melupakan semua… aku nggak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang kebencian seperti ini hiks… hiks…”

“Kumohon, bertahanlah…” suaranya nyaris patah.

“Aaaaa!!” jeritnya pecah, tangannya mencengkeram kemeja suaminya sampai kusut. “Aku ingin melupakanmu!!”

Lelaki itu ikut menangis. Pelukannya kian erat, seakan takut jika melepaskan, seluruh dunia akan merenggutnya pergi.

“Aku ingin melupakanmu… aku ingin melupakan Naomi! Aku benci kalian berdua!!”

“Cukup…” Naru merengkuh kepala rapuh itu.

“Aaaaa!! Tuhan, tolong aku!! Cabut aku dari dunia ini!! Aku nggak mau hidup seperti ini. Ini memuakkan!!”

“Cukup!!” Lelaki itu panik setengah mati, memeluknya erat. Mencoba menenangkan batin istrinya yang terguncang, meredam badai tubuhnya yang terus meronta-ronta.

Akhirnya Nuha melemah, isaknya makin tipis. Tenaganya habis dan kelopak matanya menutup, “Kalau melupakanmu itu lebih baik… maka aku nggak ingin lagi kenal kamu, Naru…”

Jantung lelaki itu serasa berhenti. “Nuha?” panggilnya panik. Tubuh yang dipeluknya lunglai, akhirnya terlelap dengan air mata masih basah di wajah.

Ia mengguncang lembut. “Sayang? Bangun…” suaranya serak, tak percaya pada kata-kata terakhir yang terucap.

Wanita itu tertidur, nafasnya berat seperti habis bertarung melawan badai. Kelelahan merenggutnya, meninggalkan kehancuran di dadanya.

Naru menunduk, bibirnya bergetar tanpa suara. Kata-kata istrinya bergema di kepala: Jika melupakanmu itu lebih baik bagiku… Kalimat itu terasa seperti kutukan yang menancap di dadanya.

Air matanya menetes satu per satu, jatuh di pipi istrinya. “Kumohon, jangan lepaskan aku… meski benci, meski hancur, aku tetap rumahmu. Tapi jangan hapus aku dari hidupmu. Inara Nuha, aku sangat menyayangimu.”

.

.

.

.~ Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!