Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMERGOKI PELAKU
Lima belas menit berlalu, sesuai apa yang dikatakan oleh Yokan, sekolah benar-benar sepi. Hanya ada murid yang mengikuti ekstrakulikuler saja. Itu pun tak banyak yang di dalam ruangan sekolah, kebanyakan memanfaatkan halaman sekolah saja.
Yokan dan Felya mengintai dari kejauhan mading sekolah. Lima menit berlalu, tak ada yang menghampiri tempat itu. Felya nyaris saja menyerah jikalau saja tak melihat seorang siswi menghampiri mading dengan gerak-gerik mencurigakan.
"Lah, itu ka si Rista," ucap Felya.
"Diem lu," tegur Yokan.
Dari kejauhan, tampak Rista menoleh ke samping kiri dan kanan. Setelah memastikan aman, siswi kelas sepuluh itu mengeluarkan beberapa foto dan sebuah lem. Ia menempel kembali foto-foto Felya yang memperlakukan Citra dengan cara yang buruk. Tak hanya itu, Rista juga menuliskan kembali narasi yang lebih buruk di depan foto yang telah tertempel. Melihat hal itu, membuat Felya geram bukan main.
"Nah, lo udah tau kan siapa pelakunya? Mulai besok kerja sama kita berlangsung. Awas aja lo berubah pikiran atau nggak mau kerja sama bareng gue," ujar Yokan seraya pergi dari sana.
Felya mengeluarkan ponselnya, lalu mengambil potret Rista yang sedang sibuk di depan mading.
DING!
[Misi tambahan untukmu. Tampar gadis itu dan suruh dia melepas foto-foto tersebut.]
Felya tersenyum miring mendengar perintah dari sistem itu. "Okay, gue bakal pastiin bakal berhasil kali ini," ujarnya seraya berjalan laju ke arah Rista, tetapi tak menimbulkan banyak suara gesekan antara sepatu dan lantai.
Saat Rista menyelesaikan tugasnya, Risma kembali menyimpan lem ke dalam atas. Tiba-tiba saja rambutnya dijambak dari belakang dengan keras. Tak hanya itu, secara spontan pipinya ditampar dengan keras hingga dirinya terduduk di lantai.
"Aaa!"
BRUK!
Rista memekik. Ia memegangi pipinya sambil mendongkak untuk melihat siapa yang berbuat buruk padanya. Kedua matanya terbuka lebar. Ternyata pelakunya adalah Felya.
"Oh, jadi lo yang nempelin nih foto di mading padahal udah dicopot guru berkali-kali. Bagus banget kerja keras lo," ketus Felya dengan raut wajah yang benar-benar menatap pogah adik tirinya itu.
Rista lekas bangkit dari posisinya. Meski wajahnya terlihat ketakutan, tetapi dirinya mencoba tetap menunjukkan bahwa dirinya tak gentar sama sekali pada Felya.
"Gue bisa aduin ke papa kalau lo macem-macem sama gue! Biar lo diusir sekalian dari kostan papa!" ancam Rista.
Felya maju, lalu menjambak rambut siswi itu hingga kepala Rista mendongkak. Risma meronta ingin minta lepaskan. Tangannya yang ingin menjangkau rambut Felya pun akhirnya urung ketika Felya semakin menarik rambutnya ke belakang.
"Aaasshh! Sakit!" ringis Rista menangis.
"Sekarang lo lepas tuh foto-foto gue semuanya sebelum gue bikin lo sengsara! Lo tau kan gue bisa ngelakuin apa aja? Cepetan lakuin!" hardik Felya melepaskan jambakannya pada rambut Rista dengan kasar.
Rista menangis sambil menarik foto-foto yang ia tempel di mading. Tangannya yang gemetar juga menarik kertas hinaan yang baru saja ia tulis.
"Rista."
Felya dan Rista sama-sama menoleh ke belakang. Mendapati sosok Sendrio dengan setelan futsalnya. Cowok itu tampak kebingungan melihat keadaan adik dari cewek yang ia suka.
"Ada apa ini?" tanyanya sambil menatap Felya. "Lo ngapain adiknya Citra, Fel? Lo nggak ada kapoknya ya jahatin orang?" tuding Sendrio.
Felya geleng-geleng tak percaya. "Keren banget tuduhan lo, Sen. Gue emang selalu jadi antagonis ya di mata lo? Antagonis juga manusia yang punya sisi baiknya. Lo nggak bisa ngecap gue buruk terus. Dia nangis karena perbuatannya sendiri. Dia nempelin foto gue yang lagi jahilin Citra. Padahal itu tuh sudah dicopot sama guru karena gue udah diberi hukuman. Dia sengaja tempel tiap pulang sekolah. Lo ngerti kan sekarang kenapa gue marah?"
Penuturan Felya itu membuat Sendrio terdiam sambil melirik Rista yang meremas-remas foto yang telah ia lepas semuanya. Rista sempat membalas tatapan Sendrio sebelum pergi dari sana.
"Lain kali awas aja lo ngulangin! Tau perbuatan orang nggak baik mah nggak usah ditiru kali! Ini malah mau jadi antagonis juga lo, Chil!" seru Felya. Ia merasa puas sekali melihat kekalahan cewek itu.
DING!
[Misi menemukan pelaku berhasil]
DING!
[Misi menampar Rista berhasil]
DING!
[Imbalan yang kamu dapatkan adalah cream jerawat dan vitamin rambut ajaib]
"Woow!" Felya tiba-tiba berseru sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Sontak membuat Sendrio yang masih di sana mengeryit bingung.
"Kenapa lo? Gila?" sindir cowok itu.
Felya baru sadar jikalau sikapnya sudah berlebihan. Buru-buru ia mengubah ekspresinya menjadi lebih santai lagi.
"Jadi mau lo apa sekarang? Lo liat sendiri kan kalau gue cuma ngelakuin apa yang jadi hak gue? Gue berhak buat melindungi diri gue sendiri," kata Felya.
"Tapi tetap aja. Lo itu emang sukanya main pakek kekerasan. Apa-apa lo itu kasar banget sama orang," sahut Sendrio.
"Eh, lo ngatain gue apa-apa pakek kekerasan? Sekarang gue tanya sama lo. Kalau lo ada di posisi gue, lo bakal apain tuh Rista?" Felya bersedekap sambil menatap lekat cowok itu.
Sendrio mengangkat kedua alisnya main-main. "Ya nggak mungkin gue kayak lo. Ngapain juga gue jadi cowok yang nggak punya hati nurani. Ngebahayain sodara sendiri," sarkas Sendrio.
Felya mengembuskan napasnya yang lelah. Ya, tak ada gunanya ia sekarang mencari muka di hadapan Sendrio. Siapa yang ingin berbaik hati dengan cewek sepertinya? Sudah jahat, tak ada bagus-bagusnya, mana sekarang sok tak tahu apa-apa.
Felya tersenyum pada Sendrio. "Oke terserah lo mau nilai gue kayak gimana, ya. Gue nggak bisa marah karena gue suka sama lo, kan? Lo tau itu, Sen. Bye, gue cabut dulu," ujar Felya seraya melanggang santai meninggalkan Sendrio yang masih menatapnya dengan ekspresi sulit untuk di artikan.
Pulang dari sekolah, Felya langsung berlari menuju kamar kostannya. Benaknya hanya dipenuhi oleh dua hadiah dari sistem. Begitu ia masuk ke dalam kamar, tampak dua hadiah yang dijanjikan sistem ada di atas meja rias.
"Aaa! Beneran ada dong hadiahnya," seru Felya mendekati meja rias sambil melempar tasnya ke atas kasur.
"Gue nggak bakal gagal ngejalanin misi lagi. Ya kali hadiah gue ditarik lagi nanti," celoteh Felya sambil membuka penutup cube kream jerawat itu.
"Minggat lo para jerawat yang biadap. Lo udah bikin gue malu terus pipi gue nyat-nyut sama kehadiran lo!"
Satu per satu jerawat Felya menghilang, hingga kulit wajahnya benar-benar bersih dan cerah. Felya beralih mengambil vitamin rambut itu. Dibalurkannya vitamin rambut bertekstur gel itu pada rambutnya. Secara ajaib rambutnya menjadi panjang sesuai tarikan yang Felya berikan pada rambutnya. Rambutnya menjadi lebih berkilau, lurus, dan panjang. Felya tersenyum bangga melihat dirinya di depan cermin.
"Gokil banget! Kalau gini sih gue bisa jadi bintang iklan. Tinggal luluhin hatinya si Sendrio nih biar badan gue bisa langsing lagi. Ck, tapi gimana caranya? Tuh orang udah benci banget sama gue," gerutu Felya sambil menatap dirinya dengan bibir yang cemberut.