NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Diselingkuhi

Jodoh Setelah Diselingkuhi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

"Aku mau kita putus!!"

Anggita Maharani, hidup menjadi anak kesayangan semata wayang sang ayah, tiba-tiba diberi sebuah misi gila. Ditemani oleh karyawan kantor yang seumuran, hidupnya jadi di pinggir jalan.

Dalam keadaan lubuk hati yang tengah patah, Anggita justru bertemu dua laki-laki asing setelah diputuskan pacarnya. Jika pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, kalau ini malah tak kenal tapi berujung perjodohan.

Dari benci bisa jadi tetap benci. Tapi, kalau jadi kekasih bayaran ... Akan tetap pura-pura atau malah beneran jatuh cinta?

Jangan lupa follow kalau suka dengan cerita ini yaa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JSD Bab 4

Larut malam tak menjadikan Widi bisa tertidur nyenyak. Pikirannya masih berlari mencari sosok ayah yang sudah dua tahun terakhir menghilang.

Hidup dengan sang ibu pun terjalani begitu sederhana. Belum lagi untuk makan sehari-hari, Widi tak memperbolehkan Sarah bekerja karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya selama belum menikah.

"Pak, Bapak di mana sih? Aku gak masalah kalau Bapak gak mau ketemu aku, tapi jangan kayak gini sama Ibu." Widi bergumam lirih, punggung bersandar di tembok kamar.

Beberapa kali meraup wajahnya kasar. Tak lama setelahnya ponsel di meja kayu sebelah kasur berdering.

Terlihat dari notifikasi jelas bahwa Ridho menelponnya. Dengan segera ia pun mengangkat.

"Halo, kenapa?" tanya Widi.

Di tempat lain terdengar suara Ridho setengah sumringah, ada beberapa suara lain juga terdengar di telinga Widi.

"Lo dapet tugas cakep banget yakin! Percaya sama gue, lo harus terima tugas itu."

Widi mendengarnya seketika mendengkus. "Tugas apa?"

"Gila, Wid! Lo dapet tugas dari orang kaya, cuy! kapan lagi lah, lo beruntung banget asli sih!"

"Udah lo jawab aja kerja apaan, gak usah banyak basa-basi."

Ridho di sana pun terdiam sesaat. Sebelum suaranya mulai pelan, tapi jelas.

"Tugas lo buat besok adalah lo dijodohin sama anaknya orang kaya! Wahaha, gila gak tuh!"

Begitu mendengar ucapan Ridho, Widi seketika menunduk dengan wajah dinginnya.

"Anaknya siapa? Gue udah gak mau berurusan sama hal perjodohan gitu, Rid."

"Lo yakin? Ah, pokoknya lo harus datang besok pagi."

Sambungan telepon langsung dimatikan oleh Widi. Kini kepalanya terasa pusing, tubuh pun ambruk di kasur.

Namun, matanya belum terpejam. Ia masih memikirkan keputusan untuk esok hari. Setelah beberapa menit, hatinya pun mengatakan akan menyetujui tugas itu.

Sekalipun tahu kalau cukup beresiko jika ditanya oleh sang ibu.

•••••

Suara burung berkicau di luar kamar Anggita. Matanya mengerjap pelan, sinar mentari membuatnya harus beranjak dari kasur empuk.

Dibukanya gorden kamar, lalu sesekali menguap. Tanpa lama ia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di meja makan lantai bawah, Anggara sudah duduk bersama Shinta.

"Jadi gimana perkembangan Anggita dalam menjual Es Dawet itu?" tanya Anggara, Shinta mengangguk pelan.

"Baik-baik aja sih, Pak. Cuma yaa gitu, Gita masih sering ngeluh buat jualan es dawetnya."

Mereka masih berbincang seputar Anggita. Sebelum akhirnya topik pembicaraan tiba-tiba berubah serius.

"Shinta, saya tidak mau bermain-main dalam mengatur masa depan Anggita. Yah, salah satunya menjadi tukang es dawet itu agar dia putus dengan mantannya. Di sisi lain saya hanya ingin dia hidup dengan seorang laki-laki yang bisa bertanggungjawab dan tentu tidak gila harta."

Shinta menatap beliau dengan sesuap makanan yang terhenti di depan mulutnya. "Maksudnya gimana ya, Pak?"

"Hari ini kamu jangan selesaikan jual es dawet, karena Anggita akan saya jodohkan dengan laki-laki yang cocok untuk dia."

"Hah!?" Begitu Shinta terkejut sambil melongo, secara bersamaan pula Anggita terpeleset jatuh dari tangga.

"Eh, Git?!" Dengan cepat Shinta beranjak dan menolong Anggita.

Anggita tetap bangkit meskipun ditolong oleh Shinta. Pandangan mata mengarah ke ayahnya yang berpura-pura melanjutkan sarapan.

"Ayah? Aku gak salah denger? Ayah mau jodohin aku? Aku kecewa sama ayah."

Bukannya menaiki tangga, Anggita malah terus keluar rumah tanpa berkata apa pun lagi. Shinta melihatnya bingung. Sedetik kemudian ia mengambil tas di kursi meja makan, lalu ikut keluar.

"Pak, saya kejar Anggita dulu, ya. Gita, tungguin gue!"

Saat terik matahari belum sepenuhnya terasa, Anggita menangis sesenggukan di tengah jalan sendiri. Langkah tak terarah, hatinya pun semakin patah.

"Kenapa setelah gue putus sama Arya harus hidup dengan adanya perjodohan? Masalah gue sama Arya aja belum sepenuhnya selesai, tapi kenapa ayah malah bikin aku semakin gak ngerti." Tangisnya pecah sambil terus berjalan dan menghapus air mata.

Sesak di dada membuat Gita akhirnya memilih duduk di sebuah warung es dawet, tapi bukan tempat biasa. Alias milik orang lain yang sepertinya tidak buka.

"Hidup gue kenapa kayak gini sih! gue pengen bahagia sama pilihan gue sendiri!" keluhnya setengah berteriak bercampur tangis kecil yang nyaris mereda.

Untuk melepaskan kesedihan, Gita menatap jalanan raya yang cukup sepi. Lalu, tak sengaja matanya melihat sesuatu, sehingga membuat ia mengernyit heran.

"Itu si Widi, kan? Cowok yang anterin gue semalem bukan sih? Kayaknya iya deh. Tapi, ngapain dia di bengkel?"

Ketika kakinya hendak melangkah menyebrang, Anggita seketika mengurungkan niatnya setelah melihat Widi bertemu dengan seorang pria berjas hitam.

"A-Ayah?"

Tidak bisa berkata-kata lagi, Gita kembali meneteskan air matanya. Sesak itu datang lagi, menolak hati yang ingin sejenak tenang.

Dari seberang sana Widi tampak bersikap sopan namun dingin. Sempat terdengar samar suara Anggara berbicara pada Widi.

"Kamu sudah siap hari ini kan?" Senyum kehormatan terbentuk dari seorang Anggara Bagaskara.

Bibirnya terasa berat untuk dibuka menjawab pertanyaan itu. Widi menunduk sejenak, kemudian memberanikan diri menatap pria di hadapannya.

"Kenapa harus saya?" tanya Widi

Suaranya pelan, tapi terdengar datar.

Anggara terkekeh. Satu tangannya menepuk bahu Widi. "Widianto, saya tahu kamu belum memiliki pasangan dan kalau kamu butuh kerjaan yang halal, saya punya lowongan untuk kamu."

"Dengan bekerja seperti ini?" Laki-laki itu masih menatap, bahkan menanggapi dengan dingin.

Hal tersebut semakin membuat Anggara ingin mempercepat perjodohan antara putrinya dengan Widianto.

"Tentu tidak seperti itu, Widi. Kamu pikir saya sekejam itu dengan putri saya? Ingat ya, Gita itu baru saja putus dari pacarnya. Lebih tepatnya diputuskan lah, karena sejak awal juga tidak saya restui hubungan mereka."

"Lalu ... Apa hubungannya dengan saya?"

"Jelas ada. Mantannya Anggita itu namanya Arya. Dia tidak mencintai Gita selama berpacaran, tapi dia hanya cinta pada uangnya."

"Dan saya bukan laki-laki yang mudah disewa dengan berpura-pura cinta untuk mendapat harta." Setiap kata pada ucapan Widi disertai penekanan dalam raut wajah tenang.

Lagi-lagi Anggara terkekeh. "Justru karena itu, saya bisa membantu apa pun keinginan kamu. Karena saya yakin kamu bukan orang yang suka mencintai harta keluarga saya."

Widi belum menanggapinya. Ia masih mempertimbangkan keputusannya. Selang beberapa menit Widi kembali mendongak lurus menatap Anggara.

"Saya masih belum bisa memberikan keputusan yang pasti. Karena sekarang saya masih sibuk menyelesaikan masalah saya sendiri. Dan tentu Anda juga tidak ingin anaknya menikah dengan seorang laki-laki seperti saya. Dengan parahnya lagi, bersatu dari sebuah perjodohan." Ucapan Widi membungkam Anggara.

"Sekarang ceritakan apa yang menjadi masalah kamu saat ini. Siapa tahu saya bisa bantu?" Anggara menawarkan bantuan. Namun, Widi seakan tidak mempercayainya.

"Dua tahun terakhir, ayah saya pergi menghilang entah ke mana. Saya tinggal dengan Ibu dan terpaksa hidup bersembunyi dari banyaknya orang-orang kejam di luaran sana," ungkap Widi.

Pria tersebut mengangguk pelan. "Lalu? Mengapa kamu bisa ada di sini?"

"Saya tahu bahwa pekerjaan yang saya jalani itu bukanlah sesuatu yang benar. Tapi, saya sudah berhenti sejak seminggu lalu, dan tidak tahu mengapa teman saya kembali menyeret saya pada permasalahan rumit ini."

"Ini bukan permasalahan, Widi. Tapi ini sebuah rezeki untuk kamu. Saya tidak seperti orang yang kamu pikirkan. Dengan pernikahan kontrak atau apalah itu. Saya hanya ingin kamu menikah dan bahagia bersama anak saya."

Belum mampu menjawab dengan pernyataan dari Anggara, Widi masih bergeming sebelum satu suara membuatnya mendongak bungkam.

"Aku gak suka sama dia!!"

1
Lonafx
kacau banget cwok kayak Arya, gak modal😅

hai kak, aku mampir, cerita kakak bagus💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!