Reinkarnasi Ratu Agung

Suasana halaman depan kediaman utama keluarga Li masih diselimuti kecanggungan. Setelah suara hati Li Xiaoran yang tajam terdengar oleh keluarganya, tak satu pun dari mereka yang berani menanggapi langsung.

Li Furen, ibu kandung Li Xiaoran, justru tampak tenang dan segera berkata pada pelayan, “Dayang Cha, urus anak itu dan panggil tabib. Aku banyak urusan hari ini.”

Dayang Cha membungkuk cepat dan bergegas pergi. Para pelayan lainnya hanya bisa saling menatap, menahan senyum haru ketidakpedulian khas Nyonya mereka akhirnya kembali muncul setelah sekian lama terseret sandiwara Li Yuan’er.

Li Xiaoran sendiri masih berdiri tegak di tempat, ekspresi wajahnya tenang, namun di dalam hati…

“Apa-apaan ini? Kenapa mereka… malah membelaku? Apa dewa benar-benar memberiku mukjizat tambahan? Ah, aku hampir tidak percaya mereka tidak lagi dibodohi gadis itu.”

Lan’er yang mendengar itu menahan senyum, nonanya memang ajaib pikir Lan’er

Mereka yang mendengar batin Li Xiaoran kembali saling melirik dengan ekspresi aneh. Tapi tidak ada yang berkata apa-apa. Mereka hanya... diam dan justru makin mendekat padanya.

“Masuklah, Xiaoran.” Li Furen meraih tangannya dan menggandengnya masuk ke dalam aula utama. Li Zhen, kakak laki-lakinya, ikut berjalan di samping mereka, ekspresinya sulit ditebak tapi lebih lembut dari biasanya.

Jenderal Wu Jing, sang kakek, masih berdiri di tempatnya dengan tangan di belakang punggung. Tatapannya tajam memantau setiap reaksi dari keluarga Li, seolah ingin memastikan bahwa tidak ada lagi yang akan mempermainkan cucu perempuannya ini.

Jenderal Wu Jing Ia menatap cucunya lekat-lekat.

 "Jadi kau bisa mendengar isi hati orang... atau justru... orang lain bisa mendengar isi hatimu?"Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Dunia ini... mulai menarik lagi.

Saat pintu aula tertutup perlahan di belakang mereka, di sebuah sudut halaman belakang yang sunyi, seorang pria tua berambut abu-abu mengenakan jubah coklat tua berdiri sambil menatap langit biru yang tertutup awan tipis. Wajahnya penuh kedamaian, tapi mata tuanya menyimpan banyak rahasia.

“Xiaoran…” gumamnya lirih, “Langkah pertamamu di dunia yang telah menolaknya sudah dimulai. Tapi ingatlah, tidak semua yang kau percayai adalah sahabat, dan tidak semua yang menolakmu akan selamanya menjadi musuh…” gumaman itu hanya bisa di dengar oleh Li Xiaoran walau berada jauh

pria itu mengangkat tangan, dan segel emas samar berpendar di ujung jarinya segel jiwa yang hanya dikenakan oleh para penjaga reinkarnasi langit. Dialah satu-satunya yang tahu bahwa Li Xiaoran telah kembali dari kematian.

“Tugasmu bukan hanya membalas dendam, Xiaoran… tapi menemukan siapa yang menginginkan kematianmu dahulu. Dan buka jati dirimu yang sebenarnya”

" Semua akan terbuka perlahan, dan terimalah anugrah yang telah di titipkan padaku untukmu"

Lalu tanpa semua orang tau sebuah cahaya berjalan masuk ke tubuh Li Xiaoran melalui dahinya, Li Xiaoran yang merasakan hawa dingin masuk ke tubuh nya pun terdiam sesaat lalu merasakan ada sesuatu yang berjalan ke tubuhnya. Tiba tiba pandangan dan pendengaran nya menajam.

Saat sudah di dalam mereka semua duduk di ruang keluarga, semua berkumpul hanya menteri Li ayah dari dan Li Xiaoran dan Li Yun’er yang tidak ada di sana,

Saat semua sudah duduk, Li Xiaoran memandang semua keluarga nya lalu tertuju pada ibunya,

"Sepertinya ayah berengsek ku itu memang buta, ibuku yang secantik ini masih di selingkuhi nya dengan wanita jelek seperti nenek sihir, yang lebih bodohnya lagi ayahku itu hanya di jadikan wanita itu batu loncatan. Lihat saja akan ku beri pelajaran hingga ia menyesal. Sudah menyia nyiakan ibuku" ujar Li Xiaoran dalam hati semua yang mendengar menegang shock

"Tapi ibuku ini lebih tidak peka lagi sudah bertahun tahun menikah dengan pria brengsek itu hanya di jadikan tameng saja karena pria itu ingin kejayaan" ujar hati Li Xiaoran lagi

"Dan kakekku yang katanya kuat mudah sekali gugur hanya karena racun yang di berikan pria brengsek itu atas suruhan putra mahkota bodoh"

Semua yang mendengar itu tidak bisa bereaksi karena sangking shock nya saat mendengar itu semua. Jendral Besar Wu Jing, sangat shock dan marah ia bahkan sudah meremas tangannya kuat.

Tapi ia tetap tahan kemarahannya karena ingin tau lebih jauh lagi. Begitu juga sang ibu yang gemetar tapi tetep mencoba bertahan kuat karena tidak ingin Li Xiaoran sadar jika ia bisa mendengar suara hati putrinya itu.

Setelah menenangkan hatinya yang terguncang nyonya Li Furen mencoba tersenyum lalu menggenggam tangan Li Xiaoran.

"Nak maafkan ibu... Ibu sangat menyesal karena sudah membuat kamu jauh dari ismi, ibu berjanji akan menebusnya saat ini dan seterusnya, jika ada sesuatu yang tidak kau suka bicaralah pada ibu" ujar nyonya Li Furen

"Benar jie jie juga akan selalu mendukungmu" ujar Li Xiumei tulus

Lalu Li Xiaoran memandang Li Xiumei dan membatin lagi, " Jie jie ku sangat cantik dan baik walau sempat bodoh karena terlalu percaya pada wanita licik itu, ah iya aku baru ingat tiga hari lagi akan ada pertanyaan minum teh untuk para gadis bangsawan yang di buat oleh permaisuri dan di acara itu jie jie akan di permalukan oleh Li Yun’er dengan memberi bubuk cinta yang membuat jie jie tidur dengan pangeran ke tiga, pria bejat itu dan membuat jie jie menjadi selirnya yang ke 35, ih menjijikan, belum lagi ia akan di gilir oleh pengawal pangeran ketiga atas keinginan pangeran ketiga dan Li Yun’er"

Mendengar itu Li Xiumei menjadi pucat dan menjatuhkan kipasnya, "Jie jie kenapa, apa jie jie sakit " tanya Li Xiaoran dengan wajah tenang dan tajam

"Ti... tidak, tidak ada apa apa mei mei, jie jie hanya bahagia bisa berkumpul lagi dengan mu" jawab Li Xiumei gugup

"Baiklah " ujar Li Xiaoran lalu memandang Li Zhen

"Gege ku satu ini sepertinya jadi bisu, atau kejadian dia jadi Kasim sudah terjadi, tapi seingat ku baru malam ini akan ada kejadian dimana ia akan di jadikan Kasim oleh oleh sahabatnya sendiri putra dari jendral Xu Lian, yang memang sudah menaruh dendam dan iri pada kakek dan Gege ku yang bodoh ini" ujar batin Li Xiaoran

Li Zhen yang mendengar itu dengan cepat menutupi barangnya dan mulai keringat dingin,

"Kenapa dengan Gege, kenapa semua jadi aneh" ujar Li Xiaoran

"Tapi yaudalah, ibu... kakek.. Aku ingin ke kamar dulu, aku lelah" ujar Li Xiaoran

"Ah tentu.... Ayo biar jie jie yang antar" ujar Li Xiumei cepat lalu mengandeng tangan Li Xiaoran

bersambung