Javier adalah seorang dokter legendaris bermata emas. karena suatu insiden membuatnya kehilangan ingatannya. Menikah dengan seorang wanita cantik secara kebetulan, membuat dirinya begitu di remehkan oleh keluarga si wanita.
Kemampuannya begitu sangat hebat dalam bidang medis. Matanya bersinar seperti Kilauan emas yang mampu melakukan segalanya.
Hingga akhirnya ingatan dan kemampuannya telah kembali, membuatnya bangkit merubah takdirnya.
Menjadi rebutan banyak wanita cantik, terkenal dan sangat di hormati. Javier adalah simbol pria sempurna di dunia.
"Kamu adalah dokter legendaris itu...?" ujar Clara.
"Aku hanya tidak ingin kamu minder saja," balas Javier.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Clara.
"Jika keluarga mu tahu bahwa aku dokter legendaris, aku tidak akan pernah tahu bahwa seluruh anggota keluargamu begitu kejam," jawab Javier.
Clara terdiam tertunduk tidak bisa berkata-kata. Perasaan bersalah memenuhi hati dan pikirannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 DOKTER JENIUS ANTON
Jenifer kemudian bertanya apakah Javier mau kembali ke negaranya lagi dan menjadi seperti dahulu, namun Javier langsung menolaknya.
"Aku lebih nyaman dengan hidupku yang sekarang, besok kamu kembalilah, gantikan tugasku di sana," ujar Javier.
"Tapi..." Jenifer tampak sedikit bingung karena gurunya ini tampak berbeda dari dulu.
Javier terlihat melihat ke luar jendela mobil sambil memandangi pemandangan di sepanjang jalan. Terlebih lagi, bila tidak di ajak bicara, Javier lebih sering diam.
Jenifer membawa Javier menuju ke sebuah hotel mewah yang ada di tengah-tengah pusat kota Neo. Hotel itu adalah hotel terbesar dan termewah yang ada di sana.
Malam sudah larut, hujan juga turun dengan lebat sekali. Langit seolah tahu tentang suasana hati Javier saat ini. Javier sedang terbaring di kamar hotelnya memejamkan matanya namun tetap terjaga.
Sementara Clara di rumahnya sedang pergi ke dapur untuk mengambil minum. Dirinya melihat bekas kamar Javier yang tampak gelap dan sunyi. Ada sebuah perasaan di dalam dirinya yang tidak dapat terlukiskan oleh kata-kata.
Esok harinya, di sebuah aula kampus universitas kedokteran tempat Shinta Wibowo berkuliah, akan ada kunjungan dari seorang dokter yang terkenal.
Dokter itu baru saja kembali dari luar negeri dengan prestasi yang sangat luar biasa. Hampir semua operasi sulit yang di lakukan oleh dokter tersebut selalu berhasil. Hal ini tentu saja membuat namanya menjadi terkenal di dunia kedokteran.
Aula kampus tersebut juga sudah penuh sekali dengan seluruh mahasiswa dan mahasiswi. Mereka semua sudah tidak sabar untuk dapat bertemu dengan dokter jenius tersebut.
"Aku dengar dokter jenius ini masih sangat muda dan berbakat, aku sudah tidak sabar untuk melihatnya," ujar salah seorang mahasiswi kepada rekannya.
"Aku juga dengar begitu, kita tunggu saja," balas rekannya juga tidak sabar sambil berdandan semaksimal mungkin agar tampil menarik.
Di aula tersebut juga ada Shinta dan Kayla teman satu kamar asramanya. Mereka berdua juga ingin melihat sosok dari dokter jenius yang begitu terkenal ini.
Menunggu kemunculan dari dokter jenius tersebut, banyak mahasiswi wanita yang terus berdandan agar tampil secantik mungkin. Mendengar dokter jenius ini masih muda dan cukup tampan, mereka berharap dokter jenius akan melirik dan bisa tertarik kepada mereka.
"Murid-murid sekalian, sebentar lagi tamu istimewa kita akan segera muncul," ujar seorang dosen yang menjadi pembawa acara acara tersebut.
"Saya tahu kalian sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sosok dokter jenius ini," sambung pembawa acara.
"Mari kita sambut, dokter jenius Anton!"
Semua orang juga mulai bertepuk tangan. Seorang pria mulai keluar dari balik layar dan naik ke atas panggung. Pria tersebut adalah Anton yang di juluki sebagai dokter jenius.

Anton tampak begitu berwibawa dengan menggunakan setelan jas dan kacamata. Anton adalah sosok pria yang menggunakan masker pada saat Javier menyembuhkan seorang pria baya yang di patuk ular.
"Benar-benar masih begitu muda dan tampan sekali," ujar salah seorang mahasiswi di sana memuji Anton.
"Sialan, sepertinya aku langsung jatuh cinta pada pandangan yang pertama," ujar mahasiswi yang lain.
"Mendapatkan gelar dokter jenius di usia muda, aku harap aku bisa seperti dirinya," ujar seorang mahasiswa pria.
Semua mahasiswa dan mahasiswi tampak kagum dengan sosok dari Anton. Anton begitu muda dengan paras yang tampan, sudah mendapatkan julukan sebagai dokter jenius.
"Shinta, baru kali ini aku melihat dokter setampan dokter Anton, ingin sekali rasanya bisa memiliki hubungan dengannya," ujar Kayla kepada Shinta yang duduk di sebelahnya.
"Tentu saja, siapa yang tidak mau memiliki hubungan dengannya," balas Shinta juga tertarik kepada sosok Anton.
Penampilan Anton benar-benar telah menarik semua perhatian mahasiswi wanita di aula tersebut. Sedangkan mahasiswa pria hanya kagum dengan kemampuan dari Anton.
"Dokter Anton, suatu kehormatan bagi universitas kami bisa kedatangan dokter jenius seperti anda," ujar pembawa acara.
"Saya juga berasal dari kota Neo ini, saya berharap dengan kedatangan saya di universitas ini bisa memacu semangat dari para murid-murid untuk semakin giat belajar dan bisa menjadi seorang dokter hebat di masa depan," balas Anton.
Anton kemudian mulai berjalan ke mimbar untuk memberikan pidatonya. Sambil berpidato menceritakan kesuksesan dirinya Anton juga memberikan semangat dan motivasi kepada semua mahasiswa dan mahasiswi di sana.
Belasan menit berlalu, pidato Anton benar-benar sangat sempurna membuat semua orang begitu sangat antusias sekali. Anton juga tampak puas sekali, semua seperti yang dia pikirkan.
"Baiklah, sebelum saya menutup pidato saya, saya akan memberikan satu kesempatan untuk seseorang bertanya," ujar Anton.
Mendengar itu semua orang juga langsung bersemangat dan riuh.
"Dokter Anton saya ingin bertanya," teriak salah seorang mahasiswi mengangkat tangannya.
"Pilih saya dokter Anton, saya juga mau bertanya!" teriak mahasiswi yang lain.
"Pilih saya saja!" teriak mahasiswi yang lain lagi.
Orang-orang juga mulai berebut untuk bisa bertanya kepada Anton, terutama mahasiswi wanita. Mahasiswi wanita berharap dengan bisa bertanya kepada Anton maka setidaknya akan mendapatkan perhatian darinya. Dengan begitu, harapan mereka Anton akan tertarik dan bisa memiliki hubungan di masa depan.
Jika bisa memiliki hubungan dengan dokter jenius seperti Anton, semua orang yakin kelak masa depannya pasti akan sangat cerah sekali.
"Shinta, ayo kita angkat tangan juga, siapa tahu kita bisa di pilih dokter Anton untuk bertanya!" ujar Kayla.
"Walaupun ada ratusan orang yang berebut, kita juga tidak boleh kalah, ayo kita angkat tangan juga," balas Shinta.
Shinta dan Kayla juga mengangkat tangannya berharap Anton akan memilih mereka. Anton sendiri juga mulai memperhatikan mereka semua untuk memilih satu orang yang berhak untuk bertanya kepadanya.
Setelah melihat ke arah seluruh mahasiswa dan mahasiswi, Anton juga bersiap untuk memutuskan siapa yang dia pilih untuk mendapatkan kesempatan bertanya kepadanya.
Pandangan Anton tertuju kepada seorang mahasiswi yang duduk di barisan nomor 3 yang ada di tengah-tengah. Mahasiswi tersebut menarik perhatian Anton dengan parasnya yang begitu cantik.
"Itu, kamu yang di sana silahkan berdiri untuk bertanya," Anton menunjuk ke arah mahasiswi tersebut.
Pandangan semua orang juga langsung tertuju kepada orang yang di tunjuk oleh Anton. Ternyata mahasiswi tersebut adalah Shinta.

Shinta terlihat begitu cantik di antara mahasiswi lainnya sehingga menarik perhatian dari Anton. Bibirnya begitu tipis di balut lipstik berwarna merah, terlihat begitu menggoda.
"Shinta kamu yang di pilih dokter Anton," ujar Kayla di sebelahnya.
"Iya aku tahu," balas Shinta sangat senang sekali.
Seperti yang di harapkannya, Anton telah memilihnya di antara ratusan orang lainnya yang berebut.
"Shinta beruntung sekali, benar-benar membuat orang iri saja," ujar salah seorang di sana.
"Shinta adalah mahasiswi paling cantik di kampus kita, wajar saja dokter Anton memilihnya," ujar orang yang lain.
Semua orang tampak iri terhadap Shinta, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Shinta adalah mahasiswi tercantik di kampus ini, jadi wajar saya jika dokter Anton memilihnya.
Shinta juga mulai berdiri dengan sangat bersemangat untuk mengajukan pertanyaannya.
"Dokter Anton, pertanyaan saya, apakah ada metode pelatihan khusus untuk bisa menjadi seperti anda?" tanya Shinta.
"Tentu saja ada, namun agak sulit untuk di jelaskan dan memerlukan waktu untuk menjelaskannya," jawab Anton.
"Jika nona tertarik untuk mengetahui, kita bisa membicarakannya sambil makan malam bersama," sambung Anton.
Anton juga tertarik dengan Shinta dan menggunakan kesempatan ini untuk berhubungan dengannya.
Perkataan Anton ini tentu saja membuat semua orang menjadi riuh. Secara tidak langsung di depan semua orang, dokter Anton sama saja mengajak Shinta untuk makan malam bersama.
"Shinta, dokter Anton sepertinya tertarik kepadamu," ujar Kayla di sebelahnya.
"Kamu benar-benar membuat aku iri saja, tunggu apa lagi cepat kamu terima!" sambung Kayla.