Rumah tangga Candramaya dan Krisna mulai ditimpa badai, saat Krisna mengalami kecelakaan hingga membuatnya lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Candramaya terpaksa menjalani tugas sebagai tulang punggung keluarga. Untung saja Candramaya mempunyai pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail, sehingga urusan keuangan keluarganya sementara masih bisa ia handle.
Masalah mulai muncul, ketika Candramaya dipertemukan kembali dengan Alvin, cinta pertamanya di masa SMA yang kini menjadi bos baru di kantor dia bekerja. Tanpa Candramaya sangka, ternyata Alvin masih memendam rasa cinta kepadanya.
Akankah Candramaya bertahan dengan cintanya pada Krisna, atau dia justru terbuai oleh kisah masa lalunya dengan Alvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Dua Garis Merah
Ketika jam istirahat, Diana mengajak Candramaya makan siang di restoran ayam panggang berjarak satu kilometer dari kantor mereka.
Diana tahu saat ini Candramaya sedang mengirit pengeluaran dan selalu membawa bekal makan dari rumah, hingga dialah yang mentraktir Candramaya.
Pada Diana, Candramaya terbuka soal Alvin yang masih mengusiknya. Dia juga menceritakan kenekatan Alvin yang menemui Krisna.
"Serem banget sih, May. Nggak nyangka Pak Alvin senekat itu ketemu sama Mas Krisna." Diana terkejut mengetahui kegilaan yang dilakukan oleh bos mereka. Padahal menurutnya Alvin bisa mendapatkan wanita lain yang lebih dari Candramaya, secara penampilan dan juga status ekonomi. Tapi, kenapa Alvin seperti terobsesi kepada Candramaya? Hal itu membuat Diana terheran.
"Iya, Dy. Aku khawatir Mas Krisna akan curiga. Soalnya Mas Krisna mulai bertanya-tanya, aku sering makan siang di luar sama siapa? Karena ada orang nggak dikenal datang ke tempat cuci motor itu kemudian tanya-tanya soal rumah tangga kami." Candramaya mengungkapkan kecemasannya akan sikap Alvin yang bisa berpengaruh pada keharmonisan rumah tangganya dengan Krisna yang selama ini mereka bina.
"Apa sebaiknya kamu cerita saja sama Mas Krisna, May?! Supaya Mas Krisna nggak salah paham." Diana menyarankan agar Candramaya berkata sejujurnya kepada sang suami, karena lebih baik jika Candramaya menceritakan hal yang sebenarnya, agar Krisna tak berburu sangka kepada Candramaya.
Candramaya menghela nafas panjang, dia khawatir akan respon Krisna kalau dia menceritakan mantan kekasihnya itu kini menjadi bosnya.
Candramaya menggelengkan kepala pelan, merasa tak yakin.
"Aku nggak tahu, Dy. Aku takut Mas Krisna justru makin salah paham," ucapnya kemudian.
"Suamimu itu 'kan sayang banget sama kamu, May. Dia pasti akan mengerti kalau kamu mengatakan yang sejujurnya." Diana mendorong Candramaya untuk bicara pada Krisna, karena khawatir dengan sikap Alvin yang terlalu nekat.
Dengusan nafas Candramaya terdengar. Dia bimbang, harus berkata sejujurnya atau tetap menyembunyikan masalah ini dari Krisna.
"Kita lihat saja nanti, Dy. Aku sudah minta Pak Alvin supaya nggak mengusik keluarga aku lagi, semoga saja dia mengerti dan mengakhiri kegilaannya itu," harap Candramaya.
"Dan kamu percaya Pak Alvin akan mendengar apa yang kamu minta? Aku sih, nggak yakin, May." Diana menebak kalau Alvin akan tetap pada kenekatannya dan tetap menyarankan Candramaya bicara pada Krisna. Apa pun yang terjadi setelah Krisna mengetahui, ia rasa itu lebih baik bagi hubungan rumah tangga Candramaya dan Krisna daripada harus terus disembunyikan.
***
Candramaya terbangun dari tidur secara tiba-tiba. Dia menyingkap selimut kemudian turun dari tempat tidur dan berlari ke luar kamar menuju kamar mandi.
Tiba-tiba saja dia merasakan perutnya mual. Pergolakan dalam perutnya seperti terdorong hingga naik ke tenggorakan dan memaksa mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.
"Hoek ... Hoek ...."
Rasa pahit dan asam yang terasa di mulut Candramaya saat mengeluarkan cairan yang membuat perutnya terasa mual-mual tadi.
"Hoek ..." Bahkan cairan bening membasahi bola matanya karena otot perutnya seperti tertarik.
"Yank, kamu kenapa?" Krisna yang juga terbangun dan melihat istrinya berlari ke luar kamar langsung menyusul langkah cepat Candramaya.
"Perutku tiba-tiba mual, Mas." Candramaya membersihkan mulutnya dengan berkumur menggunakan air yang mengalir dari kran.
"Karena makan ayam pecel semalam? Kamu makan sambalnya banyak banget, sih." Krisna membantu memijat tengkuk istrinya yang masih membungkuk di depan wastafel. Dia tahu istrinya itu mempunyai asam lambung, sehingga mengira mual yang dialami Candramaya karena makan terlalu pedas.
"Nggak tahu, Mas. Hoek ..." Kembali Candramaya munt4h sampai terbatuk.
Krisna mengikat rambut Candramaya dan mengusap peluh di kening istrinya. Terlihat wajah Candramaya memucat.
"Apa jangan-jangan kamu hamil, Yank?" tanyanya mencurigai istrinya itu mengalami morning sickness yang biasa terjadi pada wanita hamil muda.
"Nggak tahu, Mas. Aku belum cek," jawab Candramaya kemudian mencuci wajahnya.
Krisna keluar dari kamar mandi, mencari wadah kecil yang bisa dipakai untuk sample urine Candramaya. Kebetulan di depan komplek perumahan ada apotek yang buka 24 jam. Dia berniat membeli alat pengecek kehamilan di sana.
"Yank, coba kamu pipis dulu." Setelah mendapatkan wadah kecil, Krisna menyodorkan wadah itu dan menyuruh istrinya buang air kecil untuk test urine. "Mumpung masih pagi, aku mau beli testpack di apotek depan komplek." Krisna kembali keluar kamar mandi. Dia mengambil gelas dan mengisi dengan air panas dari termos lalu mencampur dengan air dingin suhu ruang dari galon untuk sang istri.
Ketika Candramaya keluar kamar mandi, Krisna membantu menuntun sang istri hingga duduk di kursi makan dan menyodorkan air hangat tadi pada Candramaya.
"Diminum dulu airnya, Yank!" ujar Krisna.
"Sample urine-nya aku taruh di atas wastafel, Mas,"balas Candramaya.
"Ya sudah, aku ke apotek dulu, ya!" Krisna mengusap kepala Candramaya, Tak lupa ia pun meninggalkan kecupan di pucuk kepala sang istri sebelum pergi membeli alat pengecek kehamilan.
Lima belas menit menit berselang, Krisna sudah kembali ke rumahnya dengan membawa dua alat testpack.
"Kita cek urine-nya, Yank!" Krisna mengambil wadah berisi sample urine Candramaya, sementara Candramaya membuka bungkus testpack yang dibeli suaminya.
"Cepat masukin alatnya, Yank!" Krisna tak sabar ingin mengetahui istrinya hamil atau tidak.
"Iya," sahut Candramaya sambil mencelupkan alat testpack ke dalam sampel urine beberapa saat lalu mengeluarkannya setelah terendam sesuai batas petunjuk yang ada di alat itu.
Candramaya dan Krisna tampak tegang dan serius memperhatikan alat tes kehamilan dengan hati berdebar, hingga akhirnya dua garis merah muncul di alat testpack itu yang menandakan Candramaya memang positif hamil.
Bola mata Candramaya melebar melihat dua garis merah di testpack itu.
"Aku hamil, Mas." Candramaya menutup mulut dengan tangannya. "Alhamdulillah ..." Cairan bening seketika menetes di pipinya, tak menyangka dirinya akan hamil kembali di usianya saat ini.
"Alhamdulillah ..." Krisna memeluk istrinya. Walau awalnya dia ragu mempunyai anak lagi karena kondisi ekonomi mereka pasca kecelakaan, tapi dia tetap bersyukur akan dikarunia anak kembali.
Namun, tiba-tiba saja ia teringat akan gosip tentang sang istri yang disampaikan oleh Sandi beberapa hari lalu. Hal itu tentu saja mengusik rasa bahagianya saat ini. Bahkan, muncul sedikit kecurigaan di hatinya soal kehamilan istrinya saat ini.
Krisna mengerjapkan matanya, mencoba menghilangkan pikiran liar di benaknya. Dia harus yakin jika Candramaya hamil buah cinta mereka.
*
*
*
Bersambung ...
itulah perlunya keterbukaan dalam berumah tangga biar tidak ada kesalahpahaman diantara keduanya