"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."
Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.
"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.
Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.
Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.
Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih ada Anushka
Tok! Tok! Tok!
Anushka mengetuk pintu ruangan sang Paman dengan hati-hati. Tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan.
"Aku sedang sibuk, Nushka. Jangan ganggu!" kata Enzo setelah melirik sekilas ke arah pintu yang setengah terbuka.
Kepala sang keponakan melongo di sana. Hampir seperti kuyang.
"Tapi, ini penting, Om."
"Kalau soal pekerjaan, nanti saja bahasnya."
"Bukan," geleng Anushka. "Ini bukan soal pekerjaan kok, Om. Tapi, ini soal Anjani."
Degh!
Jantung Enzo langsung berdebar jika mendengar nama Anjani. Pena yang semula ia pegang, kini teronggok kembali diatas kertas.
"Masuk!" ucap Enzo sembari melepaskan kacamatanya.
Mendengar perintah sang Paman, Anushka langsung tersenyum lebar kemudian melangkah cepat masuk ke dalam ruangan itu sebelum sang Paman kembali berubah pikiran.
"Apa yang terjadi dengan Anjani?" tanya Enzo penasaran.
"Ehm... begini... Apa aku boleh izin selama dua hari?" Anushka malah balik bertanya.
"Untuk apa?" tanya Enzo.
"Aku ingin menjemput Anjani di desa tempat Ibunya dirawat, Om," jawab Anushka.
Kening Enzo tampak sedikit mengerut. "Kenapa dia harus dijemput? Dan lagi, kenapa kamu harus meminta izin dua hari? Bukankah, satu hari saja sudah cukup?"
Anushka mengembuskan napas dengan kasar. Ekspresinya tiba-tiba berubah marah.
"Semua ini gara-gara Om Anton. Dia sengaja membawa istri dan anak haramnya untuk menemui Tante Mariana. Akibatnya, depresi Tante Mariana langsung kambuh dan dia melampiaskan kekesalannya pada Anjani."
"Apa yang dia lakukan pada Anjani?" tanya Enzo ingin tahu.
Wajah yang biasanya terlihat datar, hari ini tampak sedikit tegang. Anushka sendiri merasa heran namun belum saatnya dia mencari tahu. Anjani jauh lebih penting saat ini dibanding siapapun.
"Dia memukuli Anjani. Akibatnya, Anjani harus dirawat di rumah sakit karena kepalanya bocor dan seluruh tubuhnya dipenuhi lebam."
"Apa!?" lirih Enzo tak percaya. Dia pun tertegun untuk beberapa saat.
"Om Enzo kaget, ya?" tanya Anushka. "Om Enzo nggak perlu kaget. Hal seperti ini, sudah sering terjadi pada Anjani. Ini bukan pertama kalinya dia celaka gara-gara ulah Ibunya yang depresi."
"Jadi, bagaimana keadaan Anjani sekarang?"
"Dia masih di rumah sakit. Makanya, aku harus ke sana untuk merawat Anjani," jawab Anushka.
"Boleh kan, Om?" tanya gadis yang memilki darah India dari sang Ayah tersebut.
"Boleh," angguk Enzo. "Tapi, kamu berangkat bersama ku."
"Hah?" Anushka melongo. "Kenapa Paman tiba-tiba ingin ikut?" tanyanya.
Enzo tampak mulai salah tingkah. Dia harus mencari alasan yang cukup masuk akal.
"Ka-karena... Anjani adalah salah satu karyawan yang paling berbakat di perusahaan kita. Jadi, sudah sewajarnya jika aku memperlakukan dia secara istimewa, kan?"
Anushka mengangguk-anggukkan kepalanya. Meski ucapan sang Paman terdengar tidak masuk akal, namun dia tak berani sama sekali untuk memulai perdebatan.
"Oke. Terserah Om Enzo saja," sahut Anushka.
"Apa masih ada yang ingin kamu bicarakan, Nushka?" tanya Enzo kemudian.
"Nggak ada, Om," geleng Anushka.
"Kalau begitu, tunggu apalagi? Cepat kerja, sana!" usir Enzo dengan nada juteknya.
"Iya, Om. Iya," ujar Anushka sembari berpamitan kepada sang Paman.
Setelah Anushka keluar, Enzo langsung menelepon salah satu anak buahnya.
"Tolong selidiki seseorang untukku! Aku mau data yang benar-benar lengkap. Usahakan malam ini datanya sudah harus ada."
Klik!
Panggilan terputus begitu saja. Lawan bicara Enzo bahkan belum mengatakan apa-apa.
*
Malam harinya, Enzo dan Anushka akhirnya berangkat. Keduanya memilih untuk menaiki mobil pribadi milik Enzo.
Sesampainya di tempat tujuan, Enzo dan Anushka langsung mencari rumah sakit tempat Anjani dirawat.
"Anjani!!" pekik Anushka saat berhasil menemukan keberadaan Anjani.
"Nushka," balas Anjani tak kalah senang.
Keduanya saling berpelukan dengan erat untuk melepaskan rindu.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Anushka setelah pelukan keduanya selesai.
Dengan mata berkaca-kaca, Anjani menggeleng pelan. Sedikit lagi, dia pasti akan menangis.
"Mama mengamuk lagi," ucap Anjani dengan nada parau. "Dan, aku takut kalau beliau berusaha untuk bunuh diri lagi."
"Siapa yang menjaga Tante Mariana?"
"Tidak tahu," geleng Anjani. "Tapi, kata Aryan dia sudah menempatkan beberapa orang untuk menjaga Mama di rumah."
"Syukurlah kalau begitu. Aku pikir, Tante Mariana hanya sendirian saja di rumah."
"Anushka, aku ingin keluar dari sini. Bisakah kamu mengurus prosedurnya untukku?" tanya Anjani, meminta bantuan.
"Tentu saja!" angguk Anushka. "Kalau begitu, tunggu di sini! Aku akan segera mengurus semuanya."
Anjani balas mengangguk. Untungnya, dia masih punya Anushka. Andai tak ada gadis itu, mungkin Anjani sudah lama putus asa.
"Bagaimana keadaanmu?"
Perempuan berseragam pasien itu langsung menoleh dengan kaget. Lebih kaget lagi, saat melihat bahwa ternyata yang datang adalah atasannya di kantor.
"Pak Enzo?"
"Ya, ini aku," sahut Enzo. Dia pun mendekat lalu mencubit pipi Anjani dengan gemas. "Kenapa wajahmu mendadak makin pucat saat melihatku? Apa kamu mengira jika aku adalah hantu?"
"Aw, sakit, Pak!" keluh Anjani.
Enzo pun melepaskan cubitannya. Dia tersenyum kecil lalu duduk di kursi yang tersedia didekat ranjang pasien.
"Kamu belum jawab pertanyaanku, Anjani."
"Hah?" Anjani tampak terdiam sesaat. Dia harus ingat, apa yang tadi ditanyakan oleh sang atasan.
Dan, berhasil.
"Keadaan saya sudah semakin membaik, Pak."
"Kamu... Yakin?"
"Ya, saya yakin," angguk Anjani sambil tersenyum canggung.
Disaat bersamaan, sosok tamu tak diundang kembali datang. Pagi ini, Aryan kembali membawakan bubur untuk Anjani.
"Anjani..." panggil Aryan. Dia menatap Anjani dan Enzo secara bergantian.
"Dia... Siapa?" tanya Aryan.
lanjut lagi Thor 🙏🙏🙏