Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Dia punya sahabat perempuan bukan? kenapa harus meminta bantuanmu yang jelas-jelas berbeda jenis dengannya?"
Hyun jae jadi beranggapan kalau wanita itu hanya mau memanfaatkan adiknya.
"Harin punya banyak kenalan, tapi hanya aku sahabatnya." ucap Sean tegas.
Harin memang banyak teman, tapi kebanyakan dari mereka hanya mau memanfaatkan latar belakangnya sebagai putri seorang konglomerat. Tidak ada yang benar-benar tulus. Sean jadi kesal tiap kali Harin cerita padanya dengan wajah sedih.
"Kau yakin wanita itu tidak sedang memanfaatkanmu?"
Hyun jae masih curiga.
Ia tidak kenal wanita itu, wajar saja kan kalau dia curiga. Apalagi pada kenyataannya memang banyak yang seperti itu. Sean menarik nafas jengah.
"Astaga hyeong, bisakah kau percaya padaku kali ini? Aku tidak mungkin berteman dengan orang yang akan merugikanku." Hyun jae ini memang pria dingin yang kejam.
"Tetap saja aku tidak bisa membiarkannya tinggal disini. Kau tau pekerjaanku kan? Bagaimana kalau wanita itu memotret ku sembarangan?"
"Harin bukan orang seperti itu." sela Sean cepat.
"Tapi aku berhak memutuskan."
Sean sudah lelah berdebat, tapi ia harus tetap memohon pada kakaknya.
"Hyeong, ku mohon, setidaknya sampai dia menemukan pekerjaan."
pintanya memohon.
Hyun jae belum pernah melihat Sean memohon sesuatu padanya seserius ini. Ia jadi penasaran apa istimewanya wanita itu. Pria itu mendesah pelan.
"Panggil wanita itu ke sini, aku ingin bicara berdua dengannya." ucapnya.
"Bicara berdua?" Sean menatap pria itu merasa aneh.
"Mm, kau tidak suka? Kalau begitu aku akan menganggap kalian benar-benar sepasang kekasih."
"Tidak, tidak." sela Sean cepat.
"Baiklah aku akan memanggilnya." katanya lagi sebelum berbalik keluar.
Hyun jae menggeleng melihat kepergian adiknya. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu. Dia sudah tahu siapa itu.
"Masuk." katanya datar.
Gadis itu melangkah perlahan dan berdiri menghadapnya. Hyun jae tetap memasang tampang dingin dan kakunya.
Pandangannya beralih ke pintu melihat apakah pintu itu sudah benar-benar tertutup atau tidak. Ia tidak ingin Sean mendengar pembicaraan mereka. Karena ia pun akan membahas kejadian yang terjadi antara mereka berdua di kamarnya tadi.
"Duduk." perintahnya balik menatap gadis itu.
Harin ikut-ikut saja. Ini semua demi keberlangsungan hidupnya di masa depan. Kata Sean tadi ia harus berusaha mengambil hati pria di depannya ini supaya bisa diizinkan numpang. Sebenarnya ia sedikit ciut sih karena sikap pria itu sangat dingin, namun ia mau bertekad untuk mencoba.
"Berapa umurmu?"
"Dua tiga."
Lebih mudah setahun dari Sean.
"Sudah selesai kuliah atau sedang kuliah?" tanyanya lagi.
"Sudah berhenti." jawab Harin enteng. Dahi Hyun jae berkerut samar.
"Kenapa?"
Harin memutar bola matanya malas. Kenapa pria ini bertanya terus sih. Dia merasa seperti di interogasi.
"Tidak punya uang." jawabnya agak ketus. Saking kesalnya ia jadi lupa kalau ia harus terlihat baik di depan pria itu.
Hyun jae tersenyum tipis. Sangat tipis. Wajah jengkel wanita itu membuatnya merasa lucu.
"Kau kenal aku?"
Harin mengangkat keningnya naik turun.
"Kakaknya Sean bukan?" dasar pria aneh. Semua pertanyaannya singkat datar dan tidak jelas.
Hyun jae mendengus pelan. Dia pikir banyak orang mengenal aktor besar sepertinya, apalagi di Indonesia dia super duper terkenal, tapi gadis ini ...
Dari ekspresinya sepertinya ia memang tidak kenal.
"Sepertinya aku harus menjelaskan satu hal padamu."
Yah yah yah. Harin mendengar dengan malas.
"Aku seorang aktor yang cukup terkenal."
Perkataan itu membuat Harin mengangkat kepalanya menatap lurus ke depan. Wajah itu memang familiar namun ia tidak ingat. Tapi, apa maksudnya berkata begitu?
"Aku akan mengijinkanmu tinggal karena Sean memintanya, namun kau harus menghargai privasi ku sebagai aktor." kata pria itu lagi.
Tangannya terlipat di meja, kepalanya terangkat menatap wanita datar. Harin memutar otaknya tidak mengerti.
"Tak ada yang boleh tahu kau tinggal di sini, jangan memotretku sembarangan, dan kejadian tadi ..," Hyun jae menggantung ucapannya menatap lurus wanita itu.
"Kejadian tadi?" ulang Harin.
Maksudnya kejadian tadi? Ia berpikir keras apa yang di maksud pria itu. Ketika sadar tangannya buru-buru menutupi dadanya. Astaga, kenapa pria itu harus mengingatkannya sih.
Hyun jae berdeham.
"Kejadian di kamarku tadi cukup kita berdua yang tahu. Bahkan Sean tidak boleh tahu. "
pembicaraan seperti itu memang cukup sensitif, namun ia harus mengatakannya dengan tegas. Ia tidak kenal gadis ini. Bisa saja suatu hari ia menyebarkan rumor tentang mereka untuk mengambil keuntungan.
Harin menutup matanya dalam-dalam. Untuk apa juga dirinya cerita tentang aib sendiri pada orang lain. Memangnya dia wanita seperti apa? Yang benar saja, hmph!
"Kau pikir aku akan menceritakan aibku pada orang? Helow, aku masih waras." balasnya dongkol.
"Baguslah kalau begitu. Jadi, kau ingin tinggal atau pergi?"
"Tentu saja tinggal! Aku nggak ada duit!" sahut Harin cepat, lalu tersenyum canggung ketika sadar dia tidak bicara formal lagi.
Hyun jae tersenyum miring.
"Kalau begitu jaga sikapmu. Aku pemilik apartemen ini asal kau tahu."
pria itu berubah dingin lagi membuat Harin menciut dan tersenyum kikuk.
"M..maaf, aku terlalu terbawa emosi." ucapnya hati-hati.
"Keluarlah." Perkataan yang terkesan dingin itu membuat Harin mengerucutkan bibirnya dan berbalik keluar.
Hyun jae mengamati gerak-gerik gadis itu dari belakang dan sesekali mengulum senyumnya. Darimana Sean menemukan gadis kekanakan seperti itu. Setelahnya ia mengangkat bahu tidak peduli.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Sean, Sean!" Harin berjalan cepat setengah berlari ke arah Sean. Lelaki itu tengah membereskan beberapa barang di kamarnya. Kepalanya terangkat menatap Harin. Kenapa dia terlihat bersemangat begitu?
"Bagaimana pembicaraanmu dengan kakakku?" tanyanya.
"Ck, nanti saja bahas itu. Ada sesuatu lebih penting yang ingin kutanyakan." sahut Harin.
Sean mengerutkan kening.
"Kakak kamu beneran aktor?"
Sean mengangguk membenarkan.
Ia melihat Harin membelalakan mata.
"Kamu nggak kenal?" Sean bertanya. Seingatnya hyeongnya itu sangat terkenal. Bahkan di Indonesia penggemarnya sangat banyak. Posternya terpampang dimana-mana karena pria itu brand ambasador di beberapa perusahaan raksasa termasuk Indonesia.
Harin menggeleng.
"Tapi aku sempat merasa wajahnya familiar." gumamnya berpikir. Sesaat kemudian ia cepat-cepat mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
"Siapa namanya?" tanyanya lagi menatap Sean.
"Hyun Jae. Jang Hyun jae."
Sean mengamati sahabatnya yang kini sibuk berkutat dengan ponselnya.
Matanya kembali membelalak membuat pria itu menatapnya aneh.
"Jang Hyun jae, aktor laga dan penulis lagu terkenal asal Korea Selatan, sembilan kali memenangkan award aktor terbaik, mendapatkan penghargaan beberapa kali di Amerika dan Asia ..."
Ia mengangkat wajah menatap Sean.
"Aku nggak menyangka kamu punya kakak sehebat ini."
ucapnya masih tidak percaya. Pantas saja pria itu mengucapkan begitu banyak peraturan untuk tinggal di tempat ini.
Kalau tadi ia merasa aneh, sekarang ia makhlum. Para artis besar seperti mereka tidak boleh ada gosip negatif untuk bisa bertahan di dunia hiburan.
"Kau dan hyeong ku bicara apa?" tanya Sean mengubah topik.
Harin terdiam.
"Mm, nghh ... Cuman peraturan doang. Biasa, kakak kamu kan artis." jawabnya. Dia tidak membahas kasus puluhan menit yang lalu di dalam kamar Hyun jae.