Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
“Pa, dimana papa sembunyikan anak itu?” Tanya James yang baru sampai di rumah orangtuanya. Dia langsung memberondong pertanyaan pada papanya.
“Biarkan aku yang mengurus masalah ini.” Tutur papa James dengan tenang.
“Ini pertanyaan terakhir, pa. Dimana papa sembunyikan anak kurang ajar itu?” Tanya James yang sudah mulai emosi.
“Kamu jangan keras kepala, James! Serahkan masalah ini pada papa!”
James tidak sependapat dengan papanya. Dia pun langsung naik ke lantai dua. Pasti Denny ada di sana, mau kemana lagi anak itu. Semua tempat mangkal Denny sudah dia datangi, namun tidak ada sedikit pun jejak keberadaan Denny.
Ini adalah tempat pencarian terakhir James. Dengan gusar James pun langsung menuju kamar itu.
Ceklek….. Ceklek….. Ceklek….
Digerakannya handle pintu, kamar itu terkunci rapat dari dalam.
“Bi….. Bibi!” Teriak James dengan kencang.
Seorang pelayan dengan seragam ART datang terhuyung-huyung menghampiri James. “Iya, tuan muda.” Jawab pelayan itu.
“Tolong ambilkan kunci cadangan kamar ini!” Perintah James menatap kamar lamanya dengan gusar.
“Tapi, tuan muda…..”
“Cepat ambilkan sekarang!” Sentak James yang sudah tersulut emosi sedari tadi.
“Kata tuan besar…..”
Karena James melotot padanya, ART itu langsung mengambil kunci cadangan itu dari dalam saku bajunya. Dia memilih menyerahkan kunci cadangan itu pada James. Dan setelah menyerahkan kunci cadangan itu, ART pun langsung bergegas kabur, meninggalkan James sendirian.
Setelah mendapat kunci cadangan, James langsung membuka pintu kamar itu. Dilihatnya Denny sedang berdiri, kemudian berjalan mundur saat melihat James datang mendekatinya.
“Kamu memang pria brengsek, Denny!” James langsung meninju perut pemuda itu. Dia teringat akan darah yang menetes di lantai kamar Celline.
Suara pukulan demi pukulan kembali terdengar.
James benar-benar membuat Denny membayar semua dengan kontan tanpa dicicil. Dengan tega dia memukuli Denny, tanpa rasa kasihan dengan adiknya itu.
Hidung Denny sudah mengeluarkan darah segar yang kental, ditambah lagi bibirnya. Mungkin ada luka robek di sana. James seperti sudah lepas kendali.
“Maafkan Denny, kak.” Kata pemuda yang sudah babak belur itu dengan suara lirih. Tubuhnya sudah ambruk di lantai mansion yang dingin.
Tapi, James terlihat masih sangat kesal pada Denny. Dia meraih kerah baju Denny dan menyeretnya ke lantai bawah. Sedangkan di lantai satu, mama mereka yang melihat itu langsung saja berjalan menghampiri mereka berdua.
“James, ada apa ini? Kenapa kamu memukuli adikmu sendiri?” Tanya sang mama dengan bingung.
“Anak tidak tahu diri ini sudah sangat keterlaluan sama Celline. Bahkan, dia berani berperilaku buruk pada Celline, ma.”
“Maksud kamu apa, James? Mama tidak mengerti!” Kata Mama James.
“Dia sudah melecehkan Celline, ma.” Jawab James.
“APA??!!” Sang mama menutup mulutnya dengan tangan karena dia tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh anak keduanya itu.
Walaupun sang mama tahu kalau anak keduanya itu memang playboy. Tapi, dia tidak percaya kalau putra keduanya itu sudah melecehkan istri kakaknya sendiri.
“Kamu sudah gila ya, Denny! Bagaimana kamu bisa melakukan itu pada kakakmu sendiri?!” Tanya mama mereka yang menambahkan pukulan pada putra keduanya itu karena kesal.
“Aaauuuwww……! Kenapa mama malah ikut-ikutan memukuli aku?!” Tanya Denny sambil menahan rasa sakit.
“Karena kamu memang bersalah, Denny. Kamu pantas dapat hukuman. Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu pada istri kakakmu sendiri?!” Tanya mama mereka.
Papa mereka masih duduk di tempat duduknya. Gelas kopi yang ada di depannya sudah kosong, sudah dia habiskan. Mungkin sedari tadi dia hanya diam saja mendengar keributan di atas. Akan tetapi, telinganya masih tetap terpasang menangkap apa yang sedang terjadi antara kedua putranya itu. Dia tidak menyangka kalau putra keduanya itu berani bermain-main dengan wanita dari saudaranya sendiri.
“Kamu bisa berkencan dengan banyak wanita, tapi rumah tempatmu kembali hanya satu saja. Berkencanlah dengan wanita mana saja, tapi jangan dengan wanita saudaramu sendiri. Dasar bodoh!” Gumam sang papa.
Tangan kirinya sibuk membolak-balikkan lembar surat kabar yang ada di pangkuannya. Kini kedua putranya tidak berada jauh darinya. Pandangan sang papa pun mulai teralihkan.
Sang papa menyingkirkan surat kabar yang semula dia baca, kemudian dilihatnya satu per satu wajah putranya itu.
Sang papa mendesis. “Denny, kamu kembalilah ke asrama kampusmu itu!” Perintahnya.
James seolah tak mendengar perkataan sang papa. Dia malah menyeringai ke arah Denny. Mungkin dia masih ingin menghajar anak itu lagi.
BUGH…….
Sebuah pukulan mentah James luncurkan kembali ke wajah Denny. Hal itu membuat Denny semakin meringis kesakitan. Hilang sudah wajah tampannya itu.
“James! Cukup!” Ujar sang mama yang tak tega melihat Denny kesakitan.
Walaupun sikap Denny sangatlah buruk, tapi dia masih putra sang mama juga. Dada James kembali kembang kempis melihat Denny. Rasanya dia masih belum merasa puas.
“Denny, cepat kemasi barang-barangmu! Malam ini kamu segera berangkat ke London!”
“Pa…..!” Mata Denny langsung mengembun dan terasa perih.
Sebenarnya dalam hati James, dia merasa sangat kasihan pada Denny. Tapi, saat mengingat perlakuan Denny pada istrinya, hilang sudah rasa ibanya pada adiknya itu.
Biar sekalian saja, kalau memang adiknya itu akan dihukum tinggal sendirian di London. Tidak akan ada yang berani mengusik istrinya lagi.
“Sekarang pulanglah!” Perintah sang papa pada putranya pertamanya itu.
“Papa akan mengurusnya.” Sang papa melihat masih ada ketidakpuasan di wajah James.
Sedangkan Denny, pria ini tenggelam dalam penyesalan. Hanya karena khilaf, kini dia mengalami masalah besar dalam hidupnya.
*****
Deru suara mobil di halaman rumah saat senja menjelang di kala itu, membuat Celline berlari mengintip lewat jendela kamarnya. Bibir gadis itu mengulas senyum, saat dia tahu yang datang itu suaminya.
“Tuan James!” Pekik Celline. Saat dia akan turun, sekilas matanya menangkap sesuatu yang aneh.
Celline kembali menyibak hordeng jendela kamarnya lebih lebar. Dibukanya hordeng kamar itu supaya tidak menghalangi pandangannya.
Tiba-tiba saja dadanya merasa sesak saat melihat James merangkul tubuh seorang wanita. Dari sikapnya itu, terlihat jelas kalau James sangat peduli pada wanita itu.
“Siapa wanita itu?” Gumam Celline sambil terus mengamati.
Karena penasaran Celline turun ke bawah. Dia ingin mencari tahu siapa gerangan yang kini sudah mengusik hatinya itu. Baru selangkah, kakinya terhenti sesaat.
“Apa dia kekasih Tuan James? Yang pernah disebut Tuan Denny waktu itu?” Tanya Celline sambil menutup mulutnya. Seketika itu kakinya langsung terasa lemas.
Celline tak mampu lagi melangkah. Semangat ingin bertemu dengan suaminya langsung menciut. Dia bukan suami yang sebenarnya. Celline pun memutuskan untuk berdiam diri di kamarnya kembali.
Flashback on……
Selepas dari rumah besar Keluarga Chandra, James memutuskan untuk segera pulang ke mansionnya.
Namun, baru setengah jalan ada telepon masuk.
James kaget karena yang memanggil adalah Melan. James pun bergegas menuju ke rumah sakit. Saat di rumah sakit, dia bertemu dengan Melan yang meminta pulang.
Tidak tahu apa alasannya, padahal Melan masih menjalani perawatan. Karena merasa sangat khawatir, James pun mengajak Melan untuk tinggal di mansionnya sementara waktu. Apalagi saat ini
Mama Melan sedang berada di luar negri. Dia menitipkan Melan pada James.
Awalnya Melan ragu. Apalagi, mengingat saat James bercerita kalau pria itu kini sudah menikah. Melan sempat shock mendengarnya. Namun, setelah James memberikan penjelasan pada Melan, akhirnya
Melan pun mengiklaskan semua itu. Dan di sinilah sekarang dia berada.
James tidak tega melihat Melan ditinggal sendirian. Akhirnya dia memutuskan membawa Melan ke mansionnya untuk sementara.
Pada mulanya, James dipersulit oleh pihak rumah sakit untuk membawa Melan pulang, karena Melan masih menjalani perawatan. Namun, karena kemauan Melan yang enggan dirawat di rumah sakit, akhirnya James pun membawa pulang Melan yang sedang sakit itu ke mansionnya.
Flashback off…..
Bersambung……