Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puncak Matahari Hitam
Setelah melewati Lembah Bisikan Jiwa, jalan yang terbuka di hadapan Shen dan Lin Feng menuntun mereka ke sebuah tanjakan terjal. Udara berubah panas, berbeda dari dingin menusuk sebelumnya. Semakin tinggi mereka mendaki, langit semakin gelap meski tidak ada awan.
Di puncak, mereka mendapati sebuah pemandangan yang menakjubkan sekaligus menakutkan. Matahari hitam raksasa menggantung di langit, sinarnya seperti api gelap yang menyapu seluruh puncak gunung. Cahaya itu bukan memberi kehidupan, melainkan menyedot energi sekitarnya. Batu-batu besar di tanah retak, tanaman kering membatu, bahkan udara terasa terbakar namun dingin sekaligus.
Lin Feng menutup wajahnya dengan lengan. “Apa... itu benar-benar matahari? Rasanya seperti menghisap tenagaku.”
Shen menatap langit dengan mata menyipit. “Itu bukan matahari biasa. Sepertinya inti kegelapan yang dikurung di sini sejak zaman kuno. Tempat ini disebut Puncak Matahari Hitam... pasti ada sesuatu yang dijaga di sini.”
Di tengah puncak terdapat altar batu hitam berbentuk lingkaran, dikelilingi pilar-pilar tinggi yang dipenuhi ukiran naga dan simbol kuno. Di atas altar itu berdiri sesosok bayangan besar dengan tubuh setengah manusia setengah naga. Sisik hitam pekat menutupi tubuhnya, sayap patah menjuntai di punggungnya, dan matanya menyala merah darah.
“Manusia...” suara berat itu menggema seperti guntur. “Kalian berani menginjakkan kaki di tanah kutukan ini?”
Shen menggenggam pedangnya erat. “Siapa kau?”
Bayangan itu mengangkat wajahnya, memperlihatkan rahang naga yang terdistorsi. “Aku adalah Penjaga Matahari Hitam. Aku dulunya naga yang melawan para tetua surgawi. Karena pengkhianatanku, aku dikutuk menjadi bayangan abadi, selamanya menjaga inti kegelapan ini. Jika kalian ingin lewat... kalahkan aku.”
Lin Feng menelan ludah, lalu berbisik pada Shen. “Dia... bukan musuh biasa. Aku bisa merasakan tekanan kekuatannya bahkan dari sini.”
Shen menatap altar itu penuh tekad. “Kalau kita mundur sekarang, semua perjuangan kita sia-sia. Bersiaplah.”
Penjaga itu meraung, sayap patahnya mengibas, menciptakan badai hitam yang membuat tanah bergetar. Dari matahari hitam di langit, kilatan api gelap jatuh seperti hujan meteor, menghantam tanah dan membuat kawah-kawah berapi.
Shen berlari ke depan, pedangnya berkilau emas, menebas badai hitam yang menghadang. Lin Feng menutup celah dari samping, meluncurkan jurus pedang birunya yang membentuk pusaran air untuk menahan serpihan api gelap.
“Keberanian kalian mengingatkanku pada masa mudaku...” suara penjaga itu bergetar di udara. “Tapi keberanian saja tidak cukup melawan kutukan.”
Bayangan naga hitam melesat keluar dari tubuh penjaga, membentuk seekor naga kegelapan raksasa yang melayang di langit. Dengan raungan keras, naga itu menyapu puncak dengan semburan api hitam yang melelehkan batu.
Lin Feng berteriak, “Shen! Kalau kita hanya bertahan, kita akan habis terbakar!”
Shen mengangguk cepat. “Kita harus menghantam sumber kutukannya—matahari hitam itu!”
Dengan langkah mantap, Shen melompat ke salah satu pilar batu, lalu ke pilar berikutnya, terus naik lebih tinggi. Penjaga itu menyadari niatnya dan menghantam dengan cakar naga, tapi Lin Feng melompat ke depan, menahan dengan pedangnya meski tubuhnya terlempar keras ke tanah.
“Pergi, Shen!” Lin Feng berteriak meski darah mengalir dari bibirnya.
Shen tidak menoleh lagi. Dengan teriakan keras, ia mengumpulkan seluruh kekuatan naga dalam tubuhnya. Pedang emasnya menyala lebih terang dari sebelumnya, hingga bahkan api hitam tampak tersapu. Ia melompat tinggi, menembus badai kegelapan, lalu menebas langsung ke matahari hitam di langit.
Tebasan itu menghasilkan cahaya emas membelah langit, menembus inti matahari hitam. Sebuah ledakan besar terjadi, sinar gelap meledak ke segala arah sebelum perlahan runtuh, terserap ke tanah. Langit yang sebelumnya kelam perlahan memunculkan cahaya putih samar, seolah dunia kembali bernapas.
Penjaga itu jatuh berlutut, tubuhnya mulai hancur menjadi abu. Namun wajahnya tampak damai. “Kalian... berhasil. Aku akhirnya bebas dari kutukan ini...”
Tubuhnya lenyap terbawa angin, hanya menyisakan sebuah batu kristal hitam yang berkilau di atas altar. Shen mengambilnya, merasakan energi kuat berdenyut di dalamnya.
Lin Feng mendekat dengan langkah tertatih. “Itu... inti dari Matahari Hitam?”
Shen mengangguk, menyimpannya dengan hati-hati. “Mungkin suatu saat akan sangat berguna. Tapi sekarang, mari kita lanjut. Ujian berikutnya pasti lebih berat.”
Mereka berdua berdiri di puncak, menatap langit yang kini lebih terang, lalu melangkah meninggalkan Puncak Matahari Hitam.