Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Raya menatap hidangan yang di sodorkan Abian dengan mata berbinar-binar. Air liurnya sudah hampir menetes saat masih mencium aroma nya saja. Dan sekarang hidangan lezat hasil karya suaminya itu sudah berada di hadapannya.

"Silahkan! Semoga kamu cocok dengan rasanya, maklum nggak terlalu jago memasak!" Tukas Abian yang menarik kursi di samping Raya.

"Ini pasti enak banget! Dari aromanya saja sudah lezat, apalagi rasanya um....pasti enak!" Ucap Raya yang menghirup yang menguar dari piring itu.

Abian mengembangkan senyumnya, baru juga mendengar kata-kata Raya yang menyanjung masakannya sudah membuat hatinya berbunga-bunga.

Raya memasukkan satu sendok penuh makanan yang di buatkan oleh suaminya itu ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan penuh perasaan menghayati rasa lezat masakan pertama dari pria yang berstatus suaminya.

"Hm....enak banget...! Kakak hebat bisa memasak makanan seenak ini! Ini lebih enak dari buatan mbak Mini di rumah!" Puji Raya yang mengangkat kedua jempolnya di hadapan Abian.

Bahagia? Tentu saja Abian sangat bahagia mendapatkan pujian dari istrinya.

"Tentu dong, itu buatnya pakai bumbu spesial!" Tukas Abian yang tersenyum manis melihat Raya makan dengan lahap.

"Bumbu spesial?" Ulang Raya dengan mulut penuh menatap suaminya yang juga menatapnya dengan mengulum bibirnya.

"Iya, bumbu Spesial for my wife!" Balasnya dengan mengedipkan sebelah matanya pada Raya yang di respon dengan kedua pipi gadis nya itu yang merona merah

Abian memperhatikan Raya yang menyantap makanan buatannya dengan lahap.

mendorong segelas air mineral ke hadapan Raya setelah gadisnya itu menyelesaikan makanya.

"Terimakasih kak!" Ucapnya sebelum meneguk air mineral yang di sodorkan suaminya itu. Abian menganggukkan kepalanya masih betah memperhatikan Raya yang meneguk air minumnya.

"Kok, malah terbalik sih ini! Malah aku nih yang di layani sama kak Bian!" Ucap Raya malu saat menyadari dirinya yang di layani suaminya.

"Tidak masalah, akan ada saatnya nanti aku minta di layani kamu!" Balasnya penuh makna.

"Eh..Den Bian Non Raya mau makan ya? Maaf bibi tadi lagi di belakang nyiram bunga-bunga Ibu! Takut kalau di nanti-nanti malah kelupaan!" Bi Ema yang baru muncul di dapur itu merasa tidak enak.

"Mau bibi siapin sekarang makanya?" Tanya bi Ema.

"Boleh bi, saya belum makan!" Sahut Bian.

Bi Ema pun dengan cekatan mengeluarkan makanan yang telah ia masak sebelum ke belakang menyiram tanaman dari dalam lemari khusus untuk menyimpan makanan matang. Lemari itu berfungsi menjaga kehangatan makanan hingga 12 jam lamanya. Jadi tidak perlu khawatir masakan akan dingin bahkan basi.

"Maaf ya kak, karena ngurusin aku sampai kak Bian sendiri belum makan!" Raya meminta maaf pada Bian sebab karena dirinya suaminya itu sampai tidak makan.

"Nggak apa-apa Ya! Tapi jika ingin menebus rasa bersalahmu itu kamu bisa kok melakukan sesuatu untuk ku!" Balasnya dengan senyum penuh arti.

"Apaa itu kak, berat nggak?"

"Nggak dong! Kamu harus nyuapin aku. Itu juga sudah bisa di katakan kamu melayaniku dengan baik!" Ucapnya yang sukses membuat kedua pipi Raya merona malu.

Jadilah siang itu Abian makan siang special dengan di suapi oleh Raya istri bocilnya.

Bi Ema yang melihat kemesraan pengantin baru itu pun ikut tersenyum mesem dan meninggalkan mereka hanya berdua saja di ruang makan itu.

*

*

"Apa Dira ada menghubungi Ibu?" Tanya Faizal yang baru pulang dari kantor. Mirna segera membantu suaminya itu membuka jas dan menyimpan tas kantornya di tempat biasa.

"Tidak ada Yah! Anak itu entah ngumpet dimana saat ini. Semua teman-teman dekatnya sudah Ibu hubungi dan tanya keberadaan Dira. Tetapi satupun tidak ada yang tahu!" Jelas Mirna yang sejujurnya sangat menghawatirkan keadaan Dira.

Faizal menghela nafasnya sambil menerima satu gelas air putih yang di sodorkan istrinya.

"Ayah yakin dia kabur bersama pria itu! Hah! Anak itu susah sekali di atur!" Ucap Faizal yang tidak pernah menyangka anak gadisnya sampai hati mempermalukan nya. Beruntung ada Raya yang bisa menjadi pengganti kakaknya.

"Kasian Raya, Ayah tidak tega sebenarnya, Ayah terpaksa melakukan ini demi menjaga nama baik keluarga." Sedih Faizal mengingat putri bungsunya itu.

Mirna pun menyayangkan tindakan yang di ambil Dira itu. Yang berani mencoreng nama baik Ayahnya dan keluarga.

"Itu sudah kewajibannya sebagai anak, Yah! jangan terlalu memikirkan Raya. Nanti Ayah sakit lagi!" Ucap Mirna.

"Raya itu anak Ayah juga Bu, wajarlah Ayah kasihan padanya. Seharusnya dia masih senang-senang menikmati masa remajanya! Tapi demi keluarga dia harus kehilangan masa-masa itu!" Balas Faisal yang kurang suka mendengar perkataan isteri nya itu.

"Tapi...!"

"Sudahlah Bu, Ayah mau mandi dulu!" Faizal beranjak dari duduknya demi menghindari pembahasan yang tidak ia sukai dari istrinya itu.