Hidup dalam kemiskinan tak pernah di harapkan semua orang. Tapi takdirlah yang membawanya kesana tapi kita juga tak tau jika suatu saat takdir itu akan bisa berubah tanpa di sangka - sangka.
Lina gadis belia yang hidup kekurangan terpaksa bekerja sebagai pengasuh bayi seorang pengusaha. Siapa sangka pengusaha yang kesepian malah jatuh cinta pada pengasuh putranya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? apakah cinta mereka kan berjaln mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Hallo bik, Linanya ada? saya telpon daei tadi nomornya tidak aktif. Tolong berikan ponsel bibik pada Lina sebentar. " ujar Bagas saat menghubungi ibu Ratmi. Ia penasaran kenapa ponsel Lina tidka aktif.
"Maaf tuan, Linanya ga ada tuan." jawab ibu Ratmi pelan.
"Ga ada gimana, bik. Emang bibik lagi di mana?" tanya Bagas.
"Saya di rumah, tuan."
"Kalau bibik di rumah kenapa bibik tidak memberikan ponselnya pada Lina sebentar." ujar Bagas kesal.
"Anu tuan...." bik Ratmi ragu untuk jujur.
"Anu apa, ngomong itu yang jelas bik." Bagas menaikan suaranya sedikit karna kesal dengan jawaban bik Ratmi yang lama.
"Lina pergi tuan." jawab bibik dengan suara bergetar karna ketakutan akan kemarahan majikannya.
"Pergi gimana, bik. Bibik ga usah bercanda deh. Cepat berikan ponselnya pada Lina. " terdengar jika Bagas sudah emosi di sebrang sana.
"Beneran tuan, Linanya ga ada. Ia pergi dari rumah saat saya ga ada." akhirnya ibu Ratmi bisa juga jujur.
"Apa? bibik ga lagi bercandakan? Bibik ga ada dirumah bagaimana? memang bibik pergi kemana?" Bagas membombardir bibik dengan pertanyaan.
"Tidak tuan." Bik Ratmi menceritakan kronologis seperti apa dan juga menceritakan tentang Ana.
"Ya sudah bik, saya titip Bima ya. Besok saya usahakan pulang kerumah." Bagas mengakhiri panggilanya.
"Ini pasti ulah, Ana." geram Bagas. Ia tau jika Ana sangat membenci Lina dan berusaha mengusir Lina. Karna ada kesempatan saat dirinya tidak ada di rumah, Ana pasti mengusir Lina secara paksa.
Hati Bagas resah, pekerjaan tak lagi ia indahkan. Malam itu juga Bagas langsung kembali kerumah dan meninggalkan semua pekerjaan pada asistennya.
Nasib jadi asisten harus patuh apapun kata bos, menolak juga percuma. Bila sang big bos sudah memberi titah bawahan hanya bisa manut.
Dengan diantar sopir Bagas sampai bandara sudah tengah malam. Bandara nampak sepi hanya ada beberapa petugas dan penumpang yang lalu lalang.
Setelah chek in Bagas langsung menuju ruang tunggu. Ia memandang layar ponselnya berharap ada satu notifikasi dari orang yang ia nanti. Tapi harapan itu hanya khayalan semata.
"Maaf bapak mau kejakarta ya?" tanya seorang wanita yang duduk di bangku samping Bagas. Bagas hanya mengangguk tanpa bersuara.
"Jangan - jangan kita satu pesawat pak." wanita itu tertawa samar. Ia kembali mengajak Bagas berbicara tapi lelaki itu tetap dengan mode diamnya sehingga wanita itu jenggah sendiri dan berpindah duduk agak menjauh dari Bagas.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya pesawat yang akan membawa Bagas kembali ke jakarta datang juga. Lebih kurang dua jam ia harus sabar untuk sampai di kota kelahirannya.
Untung wanita tadi tidak duduk dekat dengan Bagas, jika ia yang ada malah membuat kepala Bagas makin pusing. Mulut wanita itu seakan tak ada rem, terus bicara tanpa jeda.
Bagas memilih memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuh dan pikiranya sejenak sebelum sampai di rumah.
Tapi yang namanya pikiran tak pernah ilang walaupun ia memejamkan matanya. Bayangan wajah Lina menari - nari di pelupuk matanya membuatnya tidak bisa tidur meski matanya sudah terpejam.
...****************...
Assalamualaikum kk semuanya.
Ditunggu saran dan masukannya kk
Terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk melanjutkannya bab selanjutnya 😊🙏😘👍
@ima Susanti