Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.
Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.
Ayo ikuti keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Pagi Pertama di Rumah Kontrakan
Beberapa menit kemudian, di dapur sempit kontrakan. Ayuna menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kecil. “Maaf ya, aku cuma punya teh celup dan roti sisa semalam.”
Arjuna duduk di kursi plastik. “Hei, kamu nikahin aku, bukan katering.”
“Aku serius lho. Kamu nggak nyesel?”tanya Ayuna
“Belum sempat nyesel. Aku masih mikir, ini mimpi atau enggak.” jawab Arjuna
Ayuna tersenyum kecil. “Kita beneran nekat, ya?”
“Bisa dibilang nekat, bisa juga… keren.” ujar Arjuna
“Keren karena nikah dadakan sama cewek random?”tanya Ayuna
Arjuna mengangkat bahu. “Daripada dijodohin sama tante-tante kolega Papa. Mereka panggil aku ‘Juna sayang’ waktu baru lima menit kenalan.”
Ayuna nyekikik. “Astaga.”
“Serius. Ada yang kasih aku foto ultrasound, bilang itu anak kami masa depan. Aku trauma.” ujar Arjuna
Ayuna tertawa makin keras. “Kamu tuh beneran aneh.”
“Kamu lebih aneh. Ngajak satpam nikah di depan Indomaret.” jawab Arjuna
Ayuna menunjuk dirinya sendiri. “Perempuan dengan luka lama, masa lalu kelam, dan keputusan nekat.”
Arjuna menunjuk dirinya. “Lelaki penuh rahasia, sok cool, dan tidur pakai sepatu.”
Mereka tertawa bersama lagi.
---
Setelah sarapan darurat.
Arjuna berdiri di tengah kamar kontrakan sambil memandang sekeliling. “Kamu tinggal di sini sendirian?”
“Iya. Udah tiga tahun. Sejak aku batal kuliah dan kerja serabutan.” jawab Ayuna
Arjuna menatap Ayuna. “Batal kuliah kenapa?”
Ayuna terdiam sejenak. Lalu menjawab lirih, “Biaya kuliah mantan pacarku. Dia bilang akan nikahiku setelah sukses. Tapi ternyata…”
Arjuna mengangguk. “Dia nikah sama cewek lain?”
Ayuna tersenyum pahit. "Iya tapi belum sekarang tapi nanti tepatnya besok, dia akan menikah di depan mataku. Bahkan di atas pelaminan yang tadinya kupikir buatku dengan biaya dari tabungan ku.”
Arjuna terdiam. “Gila. Parah banget.”
“Aku gak mau di bodohi lagi oleh orang orang itu, karena itu aku ingin membalikkan keadaan, lusa" ujar Ayuna
“Dan kamu pakai kesempatan itu buat nikahin satpam?” tanya Arjuna
Ayuna menyengir. “Bisa dibilang begitu, tapi aku gak memikirkan dia kerja apa atau berpangkat apa , yang aku tau aku ingin menikah dengan pria yang ku lihat pertama kali semalam dan dapat membuat ku nyaman. Dan ternyata itu kamu mas"
“Kalau gitu aku harus bersyukur kamu di khianati kalau gitu” ujar Arjuna sembari tertawa
“Apa.... Tega banget kamu mas... belum dua puluh empat jam Lo kita nikah" ujar Ayuna pura pura kesal
“Hei, maksudku... jadi aku bisa ketemu kamu.” jelas Arjuna cepat
Mereka saling menatap. Sebentar. Lalu Ayuna buru-buru membuang pandangan.
“Mas, aku minta satu hal.” ujar Ayuna
“Apa?” tanya Arjuna
“Setelah ini, kita hidup sederhana aja ya. Aku kerja, kamu kerja. Nggak usah mikirin masa lalu.” jawab Ayuna
Arjuna mengangguk pelan. “Deal. Tapi aku juga minta satu hal.”
“Apa?” tanya Ayuna balik
“Jangan pernah tanya aku kerja di mana, ya.” ujar Arjuna
Ayuna mengernyit. “Kenapa?”
“Nggak sekarang. Nanti juga kamu tahu sendiri. Tapi janji dulu.” jawab Arjuna
Ayuna ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Oke. Janji.” jawab Ayuna
"Tapi kamu bukan tukang palak kan, atau satpam gelap" tanya Ayuna
Arjuna menyentil dahi Ayuna
"Aduhhh.... ,mas sakit" kesal Ayuna
"Ini kepala kecilmu mikir terlalu jauh, tenang saja semua halal " ujar Arjuna meyakinkan
"Iya iya aku percaya" jawab Ayuna
---
Beberapa jam kemudian,
Ayuna berdiri di depan pintu rumah sambil mengancingkan blouse kerja yang agak lusuh.
“Mas, aku berangkat dulu ya. Hari ini aku kerja. Kamu jaga rumah.” ujar Ayuna
Arjuna menoleh dari kasur lipat. “Oke. Hati-hati.”
Ayuna tersenyum, lalu pamit. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekali lagi.
“Mas…” panggil Ayuna
“Hmm?” gumam Arjuna
“Aku senang bisa nikah sama kamu.” ujar Ayuna
Arjuna menatapnya.
“…Aku juga, Ayuna.” jawab Arjuna
Dan saat pintu tertutup, Arjuna mengeluarkan ponsel dari saku jaket lusuhnya, lalu menekan tombol cepat.
“Ya. Siapkan mobil cadangan. Saya ke kantor sore ini. Dan… tolong jangan biarkan wartawan tahu saya menginap semalam di rumah kontrakan.” ujar Arjuna
Suara dari seberang menjawab, “Baik, Tuan Arjuna.”
Sorenya, Ayuna pulang kerja dengan langkah gontai. Sepatu flat-nya basah karena hujan gerimis yang turun sejak siang. Rambutnya kusut, tasnya berat, dan satu hal yang paling ingin dia lakukan adalah: tidur.
Namun begitu membuka pintu, aroma nasi goreng langsung menyambutnya.
“Mas?” panggil Ayuna sambil melepas sepatunya.
“Di dapur!” sahut suara Arjuna dari dalam.
Ayuna berjalan cepat. Begitu masuk dapur, matanya langsung membesar. Arjuna berdiri di depan kompor, mengenakan apron motif bunga pink… terbalik.
“Kamu masak?” tanya Ayuna, tak percaya.
“Bukan. Ini sulap.” jawab Arjuna dengan muka datar.
Ayuna tertawa. “Itu apron kok kayak punya ibu kos ya?”
“Minjem. Katanya biar aura masakannya lebih ‘rumahan" jawab Arjuna asal
Ayuna memandangi nasi goreng di wajan. Aromanya menggoda.
“Wah, beneran bisa masak ternyata.” ujar Ayuna tak percaya
“Dulu pernah kerja jadi tukang masak di kapal.” jawab Arjuna
“Bohong!” seru Ayuna
“Ya, iya sih. Tapi aku emang bisa masak. Sedikit.” jawab Arjuna
Mereka duduk berdua di lantai, makan dengan piring di pangkuan. Sambil makan, Ayuna melirik wajah suaminya itu. Walau bajunya lusuh, kulitnya gelap sedikit kemerahan karena matahari, tapi… matanya hangat.
“Mas…” panggil Ayuna
“Hmm?” gumam Arjuna
“Kalau kamu bukan satpam… kamu sebenarnya siapa?” tanya Arjuna
Arjuna melirik. “Ayuna, kamu sudah janji.” ingat Arjuna
“Iya, iya. Cuma… kamu terlalu ‘rapi’ buat ukuran cowok kontrakan biasa.” jawab Ayuna
“Rapi?” tanya Arjuna
“Kuku kamu dipotong bersih. Punggung tanganmu kayak bekas jam mahal. Terus kamu nggak pernah salah naruh sendok, bahkan waktu masak.” jawab Ayuna
Arjuna terdiam sebentar. Lalu tertawa.
“Kamu terlalu jeli.” ujar Arjuna
“Aku mantan anak ekonomi manajemen. Mataku nggak bisa dibodohi.” ujar ayuna
Arjuna tersenyum. “Tapi kamu tetap nikahin aku waktu aku pakai seragam satpam.”
“Karena instingku bilang kamu baik.” jawab Ayuna
“Dan ternyata… instingmu bener.” ujar Arjuna
Ayuna tersipu. “Mas…”
Arjuna memandang Ayuna lekat-lekat. “Aku janji, suatu hari nanti kamu bakal tahu semuanya. Tapi sekarang, nikmati aja dulu masa bulan madu kita… yang pakai nasi goreng sisa bumbu.”
Ayuna tertawa kecil. “Setuju.” Ayuna lalu berlalu menuju kulkas dan membuka kulkas kecil di dapur. Ia terkesiap.
“Mas! Ini… ini daging wagyu?!" tanya Ayuna kaget
“Oh, iya. Dapet diskon katanya di toko online. Kaget juga kirain isinya tahu isi.” jawab Arjuna
Ayuna menatap curiga. “Mas, kamu beli daging kayak gini pakai apa?”
“E-Wallet.” jawab Arjuna polos
“Saldo kamu berapa sih?” tanya Ayuna
“Hmm… 25.” jawab Arjuna
“25 ribu?” tanya Ayana lagi
“25 juta. Eh, maksudnya... ya segitu-segitu lah.” jawab Arjuna keceplosan
Ayuna menatap Arjuna seperti menatap alien. “Mas…”
“Iya?”
“Kamu kaya, ya?” tanya Ayuna
Arjuna menyengir. “Aku… kerja keras aja.”
Ayuna menunjuk wajah Arjuna. “Nih ya, aku kasih waktu tujuh hari buat jujur. Kalau enggak, aku bakal selidikin sendiri.”
“Wah, istri detektif.” ujar Arjuna
“Beneran lho. Aku penasaran setengah mati.” ujar Ayuna
Arjuna tertawa sambil memeluk bahu Ayuna. “Tapi kamu masih mau nikah sama aku?”
Ayuna menyandarkan kepala di bahunya. “Aku udah nikah. Udah sah. Dan… entah kenapa, aku nyaman.”
Arjuna menatap langit-langit.
“Kalau kamu tahu siapa aku sebenarnya… masihkah kamu bilang nyaman, Ayuna?”
Bersambung
lanjut