Apa jadinya, jika gadis yang lembut dan baik hati serta memiliki rasa empati yang tinggi berubah menjadi gadis yang cuek dan dingin. Luka yang begitu menyakitkan bahkan mampu mengubah karakter seorang Agatha Lorenzo, bisakah ia melewati masa sulit itu? Apakah ia sanggup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab IX
Agatha yang turun dari tangga untuk melegahkan dahaganya dengan air minum tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara heels melangkah.
Dengan lampu remang Agatha melihat seseorang dengan pakaian agak kusut dan rambut yang sedikit tidak rapih juga bibir yang pucat atau terhapus membuat makeupnya terlihat seperti setengah jadi.
“Selamat malam kakak ku sayang” dengan tersenyum sinis Dita menyapa Agatha
Dita merasa dirinya telah menang selangkah lagi dari Agatha karena merebut kekasihnya.
“Cihh..”
Agatha yang malas berurusan dengan manusia licik itu pun pergi tanpa merespon ucapan Dita
Udara yang sejuk menyambut Agatha saat membuka balkon kamarnya, ia pun keluar dan tersenyum saat matahari kembali menyapanya, itu artinya sang pencipta pun tidak ingin Agatha mengalah.
Setelah menyerap energi dari alam agar hatinya bisa kuat kembali berperang dengan manusia-manusia bagai ular itu, ia pun segera bersiap-siap
Meja makan seperti biasa telah tersusun sarapan untuk dinikmati tuan rumah. Ada roti tawar beserta berbagai macam selai juga bahan untuk membuat sandwich dan terdapat nasi goreng merah dengan toping sosis, bakso, juga potongan ayam didalamnya.
“Mas mau makan apa?” Tanya Wanda
“Nasi goreng sayang” jawab Jhon sambil tersenyum
Melihat adegan itu ia merasa kasihan pada daddynya yang buta melihat ular berwujud manusia itu.
“Dita mau apa sayang?” Tanya Wanda lagi
“Sama kayak daddy bunda” ucap Dita
Sedangkan Agatha sudah mengambil roti tawar menumpukkan selada, daging sapi asap, telur mata sapi, keju, selada lagi dan terakhir ditutup dengan roti tawar lagi.
Memakan sandwich dengan elegan dan anggun memperlihatkan bahwa ia memang keturunan murni keluarga Lorenzo.
Melihat itu Wanda dan Dita tersindir karena merasa cara mereka makan tidak seanggun Agatha. Yah karena Wanda dan Dita dulu hanya berasal dari keluarga biasa lalu Jhon memungut mereka.
Agatha tersenyum sinis saat melihat ekspresi Wanda dan Dita yang tersindir, Agatha terus menegakkan kepala seolah mengatakan tak akan ada orang yang bisa menundukkannya.
“Ujian semester ganjil akan dimulai kan” Jhon membuka percakapan
“Iya daddy” jawab Dita
Jhon menghela napasnya karena Agatha begitu cuek padanya. Ia berfikir harus segera menjauhkannya pada pacarnya itu.
“Jika kalian bisa mendapat peringkat nilai tinggi dari hasil ujian kalian, daddy akan berikan hadiah” ucap Jhon
“Beneran daddy?” Jawab Dita dengan semangat
“Cihh.. kayak bisa aja dapat nilai tinggi” gumam Agatha tetapi terdengar
“Kok kakak bilang gitu sih..”
“Mulai deh” Agatha memutar bola matanya malas
“Agatha seharusnya kamu mendukung adek kamu, bukan mengoloknya” ucap Wanda
“Sudah-sudah ini meja makan bukan ruang debat” tegas Jhon
“Kita lihat saja nanti” sambil menggenggam erat sendok yang berada ditangan kanannya Dita menatap nyalang Agatha
Setelah huru hara yang terjadi di meja makan membuat tenaga Agatha terkuras hanya untuk meladeni ibu anak ular itu.
“Tha.. Kamu kenapa lagi?” Tanya Nina melihat Agatha begitu tak bertenaga
“Capek aku Nin”
“Mereka buat ulah lagi?”
“Tiap hari, tuh gak buat aku darah tinggi kayaknya mereka sesak napas deh”
“Kamu udah dapat bukti ibu tiri kamu?”
“Belum Nin” jawab lesuh Agatha
Agatha pun mengecek smartphonenya mencari notifikasi pesan atau telepon Jeffry, akhir-akhir ini Jeffry seolah tidak mencarinya. Biasanya jika Agatha tidak membalas pesan darinya, Jeffry akan mendatangi kelasnya.
Agatha melihat Jeffry yang sedang aktif di aplikasi pesan berwarna hijau itu pun mencoba mengirimkan beberapa Jeffry pesan berharap ada balasan dari sang kekasih, Namun nihil bahkan Jeffry tidak membaca pesannya itu sampai Jeffry kembali off.
Hufthh..
Helaan napas Agatha menandakan ia kecewa pada Jeffry yang tiba-tiba cuek, ia mengingat terakhir kali mereka bertemu tidak ada perdebatan atau apapun yang membuat Jeffry cuek padanya.
Jam pun berlalu dengan cepat, siswa-siswi pun berhamburan ada yang menuju parkiran dan ada juga yang langsung keluar pagar sekolah.
“Kita jadi ke gramed kan Nin?” Tanya Agatha
“Jadi dong, aku udah izin sama daddy” balas Nina
Saat berjalan Agatha melihat Jeffry yang hendak memakai helm dan menaiki motor sport miliknya.
“Jeff..”
Agatha memanggil Jeffry namun sayang Jeffry sudah berlalu dengan motornya tanpa melihat Agatha, Ia merasa heran dengan sikap Jeffry padanya. Ia mengecek ruang obrolannya dengan Jeffry berharap ada pesan balasan dari kekasihnya namun hasilnya masih tidak berubah dari terakhir kali.
“Kamu ada masalah dengan Jeffry?” Tanya Nina
Agatha hanya menggelengkan kepalanya, Nina pun menjadi heran karena selama Agatha dan Jeffry pacaran ia tidak pernah melihat Jeffry yang cuek pada Agatha.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya ke Mall terbesar di sana dengan sopir Nina yang siap mengantar mereka kemana pun.
Tibalah mereka di Gramedia, saat ia sedang asik melihat buku Agatha tidak sengaja melihat Wanda menggandeng lengan seorang pria.
Ia pun langsung bergegas membuntuti Wanda diikuti oleh Nina. Saat ini ia sudah berada di parkiran melihat mereka menaiki mobil Agatha dan Nina pun bergegas menuju mobil mereka yang kebetulan terparkir di area parkir yang sama.
Di jalan Agatha dan Nina terus mengejar Wanda dari belakang hingga mobil yang Wanda kendarai tiba-tiba berbelok ke kanan, saat hendak mengejar lampu lalu lintas pun berganti menjadi merah, mereka pun kehilangan jejak Wanda.
“Tha.. Tha..” panggil Nina yang menengok ke samping jendela mobil sambil menepuk tangan Agatha
“Ada apa Nin?”
Agatha yang heran dengan Nina yang memanggilnya tetapi kepalanya mengarah keluar jendela
“Itu..” Nina menunjuk keluar
“Itu apa sih Nin?” Belum menyadari maksud Nina
“Itu Jeffry lagi sama siapa Agatha ?”
Agatha pun melihat Nina dan langsung mengarahkan matanya ke arah yang Nina tunjukkan. Mata Agatha memerah menahan sesak melihat kekasihnya dipeluk oleh wanita lain didepan matanya.
“Wah kurang ajar.. siapa tuh cewek?” Tanya Nina
Nina yang ikut tersulut emosi hendak keluar dari mobilnya tetapi tiba-tiba mobil mereka bergerak. Jeffry pun melaju melewati mereka dan mendahului mobil-mobil yang ada didepannya.
Agatha masih belum bisa menetralkan perasaannya yang dua kali dikejutkan dari ibu tirinya dan pacarnya. Tenggorokannya tercekat menahan suara tangisannya di sampingnya Nina berusaha menenangkannya sambil memeluknya.
“Kamu nangis aja tidak apa-apa tha.. Pak mamang tolong pakai earphone saya”
Nina memberikan sebuah earphone wireless yang sudah Nina setelkan musik pada supirnya guna Agatha bisa menangis tanpa didengar orang lain selain dia.
“Baik non” pak mamang pun menggunakannya tanpa banyak tanya.
“Nangis aja tha.. gak ada yang bisa dengar selain aku”
Agatha bersyukur ia masih punya Nina yang selalu ada untuknya.
“Hikss.. Nin, apa salahku?” Tangisnya begitu menyayat hati
“Kamu gak salah tha.. Kamu harus kuat, mungkin tidak sekarang tapi suatu saat kamu akan menemukan kebahagiaanmu”
Setelah cukup lama menangis Nina pun mengantar Agatha pulang, saat memasuki gerbang perumahan Agatha mereka berpapasan dengan Jeffry tapi kali ini ia hanya sendiri.
“Apa cewek itu tinggal disini?” Gumam Agatha
“Brengsek banget tu cowok, sok kecakepan banget” ucap Nina dengan ekspresi menahan mual.
“Besok kita labrak aja dia” lanjut Nina
“Gak apa-apa , biar aku yang selesaikan” ucap Agatha sambil tersenyum.
“Ingat yah tha.. Kamu harus putusin dia, bukan dia yang putusin kamu” tegas Nina
“Iya iya bawel” canda Agatha sambil tersenyum
Agatha pun sampai di rumahnya dan langsung berpamitan dengan Nina setelah itu ia masuk ke dalam Mansion.
To be continued..
Hay hay semua
Trimakasih sudah mampir
Jangan lupa jejaknya 😍
