Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Di dalam mobil, Melody terus berwajah dingin. Jika diperbolehkan, ia ingin sekali mencaakar wajah tidak tahu malu Andin.

“Kalau kamu nggak ikhlas nolong aku, turunkan saja aku di jalan di depan sana.“ Andin sebenarnya takut pada Melody, dulu saat perselingkuhan nya terbongkar Melody pernah menjambaaak dan menampar nya.

“Emang gue kagak ikhlas! Tapi kalau gue nggak nolongin Luh saat ini... bisa-bisa Lo ganggu Abang gue lagi dengan mengemis-ngemis bawa anak Lo sebagai senjata!“

“Kamu kenapa over protective banget sih sama Mas Raja! Kamu itu kan nggak ada hubungan darah sama dia! Dari awal aku pacaran sama Mas Raja, kamu udah nggak suka sama aku...!“ Dengan berani Andin membalas ucapan pedas dari Melody.

“Hei! Gue udah kenal Bang Raja sejak gue umur 11 tahun ya! Walaupun gue bukan saudara kandung Bang Raja, tapi gue sayang sama dia bagai kakak kandung gue sendiri! Cewek licik macam Luh gue udah bisa nebak sejak awal, suatu hari Lo bakal berkhianat! Sial nya... tebakan gue bener!“

“Alasan aku selingkuh kamu juga tau! Abang mu nggak bisa ngasih anak...!"

“Bulshitttt! Lo ngotak kagak ngomong gitu! Bang Raja udah berusaha berobat, tapi belum rezeki kalian dapet anak! Anak itu rahasia Tuhan, itu artinya kalian berdua belum waktunya dikasih anak! Lo aja yang keganjenan nggak puas cuma punya cowok satu doang jadi selingkuh!“

Andin terdiam, dia selalu kalah setiap berdebat dengan Melody. Perempuan seperti Melody itu bar-bar, bahkan kalau tidak suka sama orang Melody tak akan pura-pura suka.

“Bawa aku ke rumah sakit aja, aku mau obatin luka di wajahku. Takutnya ada bekasnya nanti... bawa ke rumah sakit tempat Adam kerja.“

Ciitttttt....

Tiba-tiba Melody ngerem mendadak, untung saja tak ada kendaraan lain di belakang.

“Jalaang hina kau ya! Nggak berhasil goda lagi Abang gue, Lo mau goda cem-ceman gue!“

“Apaan tuh cem-ceman?“ Andin benar-benar tak mengerti bahasa gaul Melody, memang Melody agak tomboy bahkan sekarang saja wanita itu memakai topi dan jaket kulit dengan sepatu sneaker. Tak ada feminim-feminin nya.

“Dia itu crush gue! Bang Adam itu cowok incaran gue! Dulu Luh pernah goda Bang Adam juga sampe dia berantem sama Bang Raja! Luh itu hama parasit yang maunya nemplok di sekitar lelaki...! Awas Luh ya, berani deketin lagi crush gue... bakal gue jadiin perkedel Luh!“

Melody menyodorkan kepalan tinjunya ke arah Andin, wajah Andin terlihat ketakutan.

“Aku cuma mau diobati, lagian Dokter disana kan banyak... bukan Adam doang.“

“Heh! Lo pikir gue kagak tau permainan di otak picik Lo! Entar Lo pura-pura menyedihkan terus nyari-nyari Bang Adam! Hello! Basi tau...!“

Niat busuk Andin ketahuan, akhirnya wanita itu tak berpikir ingin bertemu Adam lagi.

“Gue bawa Luh ke rumah sakit lain, gue juga akan urus biaya rumah sakitnya termasuk keperluan anak Luh ini!“ Melody sebenarnya tidak tega melihat anak Andin yang tertidur, tubuh anak itu terlihat sangat kurus seperti tidak terurus.

Apa Andin nggak ngerawat anaknya dengan benar? Melody akan meminta asisten Raja menyelidiki.

•

•

•

Di rumah setelah Melody membawa pergi Andin, seolah-olah tak ada yang terjadi dan Raja tak membahas tentang Andin lagi.

“Nah, ini Embun Mah... dia ini__“

"Jangan bilang kamu mau kenalin Embun ke Mama sebagai teman kamu setelah yang terjadi barusan. Sudah jelas kalian ada hubungan spesial, lihat... sekarang aja kalian masih bergandengan tangan," Mama Jasmin mengangkat sebelah alisnya seraya menggoda keduanya.

Sontak Embun yang baru tersadar jika tangannya masih di genggam mencoba melepaskan tangannya dari Raja, namun laki-laki itu malah semakin mempererat genggaman.

“Embun adalah calon makmum ku, Mah. Itu pun jika dia bersedia menjadi ibu dari anak-anak kami kelak dan memberi kesempatan padaku menjadi Ayah darurat untuk bayi dalam kandungan nya saat ini.“

Mama Jasmin menatap Embun dengan tatapan keibuan. “Biarkan Mama bicara dengan Embun, kamu masak untuk makan siang.“

Raja sebenarnya keberatan, namun menilik Mama Jasmin selalu bicara bijak maka dia akan memberikan kesempatan pada Mama Jasmin untuk membujuk Embun agar mau membuka hati untuknya. Mungkin jika sesama wanita, apalagi Mama Jasmin pernah berpengalaman gagal dalam pernikahan karena dikhianati seperti Embun, keduanya bisa saling memahami.

“Oke! Mama mau dimasakin apa? Ikan panggang, daging asap atau ayam rica-rica?“

“Tanya Embun, dia bisa makan apa. Selera Ibu hamil beda-beda, Ja.“

Embun terkejut, bahkan Mama Jasmin tau dia hamil.

“Aku udah kasih tau Mama ku tentang situasi kamu saat ini,“ Ucap Raja untuk menjelaskan keterkejutan Embun.

“Apa Tante tidak keberatan saya hamil anak mantan suami saya, bahkan saya belum resmi cerai secara hukum.“

Mama Jasmin tersenyum menenangkan, “Enggak dong, yang penting kamu gak berubah pikiran nantinya pas tiba-tiba mantan suami kamu minta rujuk."

“Saya tak mau rujuk, Tante.“

“Bagus, laki-laki pengkhianat tidak boleh dimaafkan. Selingkuh itu penyakit bawaan, sewaktu-waktu bisa kambuh lagi. Setelah kamu buang, jangan pungut lagi. Laki-laki masih banyak, misalnya putra Tante ini.“ Mama Jasmin terkekeh melihat wajah Embun menunduk malu.

“Mama ngobrol aja sama Embun, aku akan masak dulu. Kamu mau dimasakin apa, Bun?“

"Em, sepertinya ayam rica-rica kemangi pedes enak ya.“ Embun setengah ngiler.

“Oke! Menunya, ikan panggang dan ayam rica-rica kemangi pedas!“ Raja akhirnya melepaskan genggaman nya dari telapak tangan Embun.

Namun gerakan Raja berikut nya membuat Embun menahan nafasnya, Raja mengeluus perut Embun. “Anak Ayah, jangan nakal ya Nak. Ayah buatin pesanan Bunda kamu dulu..."

Dengan wajah tersenyum-senyum karena berhasil mengeluus perut hamil Embun, Raja melangkah pergi ke arah dapur dengan bersiul riang benar-benar seperti sedang jatuh cinta.

Mama Jasmin melihat wajah Embun seperti menahan sesuatu. “Sayang... hembuskan nafas kamu! Astagfirullah Raja! Tingkah mu buat Embun jantungan! Anak nakal! Kenapa jahil mulu sih!“

Embun buru-buru melepaskan nafasnya yang ia tahan sejak telapak tangan besar Raja mengeluus perutnya.

Ya Allah, Nak! Apa kamu mau dia jadi Ayah kamu? Embun menarik nafas sambil mengeluus perutnya, ia tersenyum mengingat kehangatan dari tangan Raja di perut hamil nya beberapa detik tadi.