NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 - Tawaran Menggiurkan

Seketika mulut Nadine menganga lebar, tak kuasa menahan tawaran menggiurkan dari Husein. Justru, inilah kalimat yang ditunggu-tunggu oleh Nadine!

"Buatlah hidangan yang enak, namun penuh gizi untuk para pasien dan pegawai kami di rumah sakit ini." lanjut Husein, lalu manager itu mendekatkan wajah dan membisikkan sesuatu kepada Nadine.

"Kamu tahu sendiri kan... kalau makanan sehat itu, rata-rata rasanya nggak enak? Hehe," lalu manager itu balik lagi bersama kerumunan petinggi rumah sakit.

Nadine hanya mengangguk sedikit dan tersenyum tipis saja, setelah mendengar ucapan barusan. Ia malu jika mengiyakan bisikan Husein, terkait rasa dan korelasinya dengan gizi makanan.

Nadine pun akhirnya mengiyakan dengan mantap tawaran Husein.

"Tapi, kamu baru bisa bekerja sebagai koki setelah satu bulan. Kami masih harus melihat performamu sebagai OB. Apakah kamu nanti jadi males-malesan setelah tahu kami angkat jadi koki? Atau performamu meningkat drastis. Semua itu cuma disiplin dan integritasmu yang menjawabnya." Husein coba memberi saran.

"Satu hal lagi, selama masa tunggu sebulan itu, silakan latihan membuat makanan bergizi yang biasa kami hidangkan untuk pasien. Kami akan meminta kepala bagian koki, untuk memberimu training sebulan full, setelah selesai dengan pekerjaan OB-mu. Bagaimana? Apakah kamu keberatan?"

Husein balik lagi pada karakter awalnya, tidak lembek dalam menggembleng pegawai yang punya bakat dan kepribadian khusus, dan akan menjadi ahli suatu saat nanti.

"Siap! Saya tidak keberatan sama sekali!" jawab Nadine dengan lantang dan antusias.

Jawaban itu cukup menggetArkan hati Husein dan para pimpinan rumah sakit, bahwa semangat Nadine telah sampai pada ekspektasi mereka.

Kemudian, setelah tak sengaja berbincang cukup lama, Husein pamit dan lanjut jalan karena akan mengadakan rapat besar. Sebelum itu,

"Dokter Hans, kamu nggak ada pasien, malah ngobrol sama OB dan nyantai begini?" sindir Husein, dari kejauhan ia lihat memang dokter muda itu sedang asyik bercengkerama dengan Nadine. Walaupun terlihat luNadinen serius.

"Ng-nggak gitu, Pak. Mohon maaf, bisa dibilang Nadine ini adalah pasien saya juga. Saat pertama kali wajahnya tersi-ram air keras, saya lah yang memberikan pertolongan pertama. Sekarang, saya sedang memantau kondisinya," gocek Hans.

Alasan itu dapat diterima dan sangat logis. Husein juga melihat kertas yang digenggap Hans, nampak rumit oleh diagram dan bagan statistik.

"Oh, begitu. Tapi, kenapa nggak kamu serahkan saja kepada dokter kulit? Kamu kan cuma dokter umum," manager itu memberikan himbauan lebih lanjut.

"Awalnya sudah saya tawArkan dan paksa Nadine melakukan itu, Pak. Tapi, dia bersikeras menolak. Alasan utamanya karena biaya yang terlalu mahal," ungkap dokter Hans.

"Saya paham. Gimana kalau kamu tetap melakukan operasi dan perawatan bersama dokter kulit, sampai wajahmu balik normal lagi?" Husein kembali memberikan tawaran pada Nadine.

"Terima kasih, Pak. Sudah dapat tawaran dan pekerjaan baru sebagai koki saja, saya sangat bersyukur. Untuk yang satu ini, mohon maaf tidak bisa saya terima, Pak. Mohon maaf dengan segala hormat," ucap Nadine dengan lembut dan sedikit menundukkan kepala.

"Karena alasan biaya, ya?" tanya Husein.

Nadine mengangguk.

"Bagaimana jika kamu bayar dengan kerja keras dan menunjukkan lewat performa?" tawar kembali Husein.

"Maksudnya, Pak?" Nadine bingung. Hans dan Bu Minah pun demikian.

"Jadi, karena kuyakin biaya perawatan untuk membuat wajahmu kembali normal, begitu mahal... Dan kamu nggak bisa dengan sekali bayar, bagaimana jika bayarnya kamu cicil 20% dari gaji bulanmu saat menjadi koki? Dan akan terus dipotong sampai 18 bulan bekerja di sini. Bagaimana?"

Tawaran Husein luNadinen menggiurkan. Bu Minah dengan wajah berbinar memberi kode pada Nadine agar menyetujui saja terlebih dahulu, masalah hitung-hitungan bisa belakangan. Kesempatan langka ini tidak datang dua kali, pikir Bu Minah.

Hans cuma diam. Ia tidak mau memberatkan pikiran Nadine lagi dengan hasutannya. Biarlah sang pujaan hati, memilih sendiri yang terbaik menurut versinya. Hans terap akan mendukung apapun keputusan Nadine.

"Coba pikirkan kembali sebelum memutuskan. Walaupun berprofesi sebagai koki, tapi jika di rumah sakit besar ini, kujamin gajimu nanti sudah menyentuh dua digit. Karena jam kerjamu ditambah menjadi 13 sampai 14 jam dalam sehari!" kata Husein.

"Bb-baik deh pak, saya setuju." akhirnya Nadine luluh juga. Ia tidak pandai menghitung, tapi, jika ada kesempatan untuk dapat penghasilan besar sekaligus memperbaiki wajahnya yang rusak, kenapa tidak segera dicoba?

"Oke, semua urusan selesai, ya? Kami tunggu kinerjamu nanti! Saya akan bilang kepada kepala bagian OB, mulai bulan depan, kamu sudah tidak perlu bekerja sebagai cleaning service lagi," ucap Husein.

"Sebentar, pak!" panggil Nadine, menghalangi mereka yang hendak pergi dari lorong itu.

"Ada apa lagi?" tanya Husein.

"Saya boleh minta izin, mengajak Bu Minah untuk kerja bareng saya sebagai koki nanti? Beliau juga mahir dalam menyiapkan bahan dan resep makanan, Pak!" pinta Nadine.

"Selain itu, dengan kondisi saya yang belum maksimal, saya perlu asisten kalau terjadi kenapa-napa nanti," Nadine memohon kepada Husein dengan wajah memelas.

Setelah mempertimbangkan, akhirnya Husein pun menyetujui.

"Baiklah, tapi untuk Bu Minah, saya hanya akan memberikan gaji standar seperti staf lainnya. Karena, tetaplah koki utama yang menentukan jenis hidangan yang akan disajikan, kandungan gizi, dan bahan utama apa yang akan diperlukan. Apakah tidak keberatan?" tanya Husein, memastikan.

Nadine sempat menoleh ke arah Bu Minah, merasa tidak adil dan seolah dalam penempatan jabatan kerja ini, dirinya yang diratukan.

Sementara Bu Minah, tersenyum tipis, dan tidak mempermasalahkan hal itu. Bagi wanita paruh baya yang telah bertekad mengikuti Nadine kemanapun pergi, keluar dari pekerjaan OB yang melelahkan ini, lalu bekerja kembali ke dapur adalah suatu anugerah.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Berapapun gajinya, asal bisa menemani dan melindungi nyonya, saya tidak keberatan. Saya siap bekerja di dapur, Pak... jika itu memang diperlukan," Bu Minah coba memberikan pengertian kepada Nadine, dan berdiri tegap menghadap Husein.

"Satu lagi, Pak. Terakhir. Saya ingin bertanya, kenapa bapak baik banget sama saya?"

Satu pertanyaan yang membuat Hans kembali geleng-geleng kepala.

Satu kalimat, namun seribu bahasa.

Begitulah analogi pertanyaan Nadine kepada Husein. Satu pertanyaan sederhana yang membuat manager rumah sakit itu cukup berpikir keras dan lama menjawab. Beberapa petinggi merasa betuntung, karena hanya Husein seorang yang ditanya hal sederhana, namun berbobot itu.

Akhirnya, setelah menyiratkan senyum tipis, Husein berkata,

"Karena kamu... adalah salah satu aset berharga di rumah sakit ini, seperti dokter Hans."

"Hah?! Aset...? Nggak mau! Itu alasan klise! Aku masih nggak terima jawaban dengan alasan norak seperti itu!"

Bukannya mengangguk dan mengucap terima kasih, Nadine justru semakin penasaran dan bersikeras. Ia masih menunggu alasan utama Husein, yang membuat dirinya, seolah jadi pegawai anak emas di rumah sakit.

"Duh... Nad... Nad...!" Guman Hans pelan. Dokter muda itu kembali menepuk dahinya, tak habis pikir dengan watak sang pujaan hati, sangat ngeyel dan keras kepala.

Bu Minah kali ini tidak mau ikut-ikutan.

"Akhirnya keluar juga, watak dan sifat asli Nadine!" gerutu Hans yang didengar para petinggi itu.

"Terus, kamu mau dengar alasan yang seperti apa?" tanya Husein.

Bersambung.....

1
Nda D
lanjuuuut
alfphyrizhmi: siap kak.
Sudah di update kak, silakan dibaca yaa.... ^_^
jika ingin dipantau terus kelanjutan cerita,
update setiap hari (2-3 BAB) sekitar sore ya kakk....
total 1 replies
Agus Irawan
bagus pembukaannya mantap
alfphyrizhmi: terima kasih, kak.
Semoga betah baca ya.
update setiap hari
total 1 replies
alfphyrizhmi
Sangat bagus!
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!