Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakek Basir
Kini setelah mendapat pencerahan dan dukungan penuh dari Leona, wajah Aqmal kembali berseri seri lagi, tidak murung seperti tadi.
"Apapun keputusan yang kau buat, yakinlah jika Leona orang pertama yang akan mendukung mu laki-laki ku!" ucap Leona tulus.
Tanpa ragu ragu lagi, Aqmal memeluk gadis berwajah cantik jelita itu.
"Tetaplah menjadi laki-laki kebanggaan ku Aqmal!" bisik Leona lirih.
"Aku akan mengadakan perjalanan ke luar kota besok hari, sekarang aku mau ke luar ke rumah pohon untuk menelpon Eman agar memintakan izin esok, untuk aku pergi beberapa hari keluar kota, kau mau ikut, ditempat kita ini tak ada sinyal!" tawar Aqmal pada Leona.
Leona tersenyum menggelengkan kepala nya, "tidak Aqmal, kau saja, ketahuilah Aqmal, kemana pun kau pergi, kau pasti selalu membawaku beserta mu, bukankah Dunia dimensi Galatian ini berada didalam tubuh mu?, jadi jangan risaukan aku, pergilah, aku akan berkultivasi sementara kau pergi!" kata Leona tersenyum indah menatap bola mata Aqmal cukup lama.
Setelah mendapat izin dari Leona, malam itu Aqmal keluar menuju ke rumah pohon untuk menelpon Eman agar memintakan izin untuk nya.
Setelah menelpon Eman, Aqmal juga menelpon Lisa, dia tidak ingin gadis itu salah paham lagi dengan diri nya. Dia takut, menurut kata orang, anak manja itu bila putus asa, bisa nekat bunuh diri, itulah yang menjadi beban pikiran Aqmal.
"Halo Aqmal, apa kabar?" terdengar suara lembut gadis itu.
"Lis!, aku tidak bisa turun kesekolah besok, ada urusan keluar kota yang tidak bisa ku tunda tunda, aku sudah minta tolong pada Eman untuk memintakan izin untuk ku!" kata Aqmal.
Lama tidak terdengar suara dari gadis itu.
"Berapa hari?" tanya gadis itu dengan suara bergetar.
"Belum tahu Lis, kamu enggak papa kan?" tanya Aqmal.
Sunyi untuk beberapa saat lama nya.
"Halo!, halo Lis, kamu masih di situ?" .....
"Maaal!" ....
"Iya, ada apa?" ....
"Kok tiba tiba sih Mal?" ....
"Bukan tiba tiba sih Lis, kemarin aku dari tempat paman Arun di pinggiran kota, beliau menyuruh aku ke luar kota untuk beberapa hari, menemui salah seorang kerabat ku di desa, kamu enggak papa kan Lis?" tanya Aqmal lagi.
Cukup lama Lisa tidak menjawab.
"Maaal!" ....
"Iya Lis ada apa?" ....
"Lisa kangen Aqmal!" ....
"Tapikan Aqmal pergi enggak lama lis!" bujuk Aqmal.
"Iya bagi Aqmal tidak lama, tapi bagi Lisa, menunggu pagi tiba saja rasanya seperti bertahun tahun lama nya tahu?, Lisa kangen di peluk Aqmal lagi!" rengek gadis itu, hilang sifat dingin nya berganti sifat manjanya.
"Iya, nanti kalau Aqmal kembali, besok Aqmal harus pergi, ini demi keselamatan hidup Aqmal sendiri, Lisa kan tahu, jika Aqmal sudah tidak punya siapa siapa lagi yang menjadi pelindung hidup Aqmal selain diri Aqmal sendiri, boleh ya Lis?" pinta Aqmal tulus.
Cukup lama tidak ada tanggapan dari Lisa, hanya terdengar desah nafas berat gadis itu saja.
"Pergilah!, tetapi Lisa mau dengar satu hal dari mulut Aqmal" pinta gadis itu dengan suara bergetar.
"Apa itu lis?" ....
"Katakan Aqmal cinta Lisa, Aqmal sayang sama Lisa" pinta gadis itu lagi.
"Aqmal cinta Lisa, Aqmal sayang Lisa!" ....
"Sungguh sungguh kan Mal?" ....
"Lha iya lah, masa pura pura sih?" ....
"Maaal!" ....
"Apa?" ....
"Jawaban nya kaku, enggak mesra, orang kalau lagi berduaan jangan begitu!" protes Lisa.
"Lalu? Bagai mana dong?" ....
"Panggil sayang kalau lagi berduaan, oke?" ....
"Hm!, iya deh!" ....
"Apa coba?" ....
"Iya sayang!" ....
"Hi hi hi hi, nah begitu dong sayang, kan hati Lisa jadi berbunga bunga, terimakasih ya sayang?" ....
"Terimakasih untuk apa?" ....
"Untuk pelukan nya tadi, terus ciuman nya dan juga kecupan bibir ayang tadi, tahu tidak, itu pengalaman pertama kali yang Lisa alami, tapi Lisa ikhlas memberikan ciuman dan kecupan pertama Lisa untuk ayang Aqmal kok!" ucap Lisa tertawa kecil.
"Iya!, makasih juga, Aqmal juga baru pertama kali ngelakuin itu, maaf kalau Aqmal kelewat batas!" pinta Aqmal.
"Enggak kok sayang, Lisa bahagia bisa memberikan hal istimewa untuk Aqmal, bahkan sampai sekarang rasa bibir Aqmal masih terasa kok sayang, sumpah berkesan banget, jadi kepingin mengulangi nya lagi, udah Aqmal tidur ya sayang, besok kan Aqmal mau pergi cukup jauh, hati hati lho, doa Lisa mengiringi setiap jejak langkah dan detakan jantung Aqmal, daaah sayang nya Lisa, assalamualaikum!" Lisa mengakhiri percakapan mereka berdua, menghempaskan tubuh nya ke atas tempat tidur, tersenyum bahagia menatap kearah langit langit kamar.
Begitupun dengan Aqmal, merebahkan tubuhnya diatas kasur tipis, bukan membayangkan siapapun, tetapi memikirkan perjalanannya besok pagi.
Pagi pagi, Aqmal kembali ke Istana kecil, disana Leona sudah berdiri didepan istana, menantikan Aqmal.
Saat Aqmal tiba, Leona menyambut nya dengan senyum terindah nya. "Mandi dulu, setelah itu kita sarapan, kau jadi kan pergi pagi ini?" tanya nya.
"Ho oh!, jadi" Aqmal melangkah memasuki istana kecil, dan buru buru mandi.
Keluar dari kamar mandi, pakaian nya telah di persiapkan oleh Leona yang tertegun melihat tubuh pemuda yang hanya ditutupi dengan anduk itu.
Buru buru Leona berjalan mendekat, lalu memeluk tubuh pemuda itu.
"Bisakah Leona menjadi pemilik dari semua keindahan ini Aqmal?" bisik Leona.
"Tentu saja Leona, semua akan menjadi milik mu bila kita menikah kelak, mau kah kau menikah dengan ku?" Aqmal balas bertanya.
Leona menganggukkan kepalanya, "tentu saja Aqmal, setelah kau lulus nanti, kita akan menikah!" jawab nya sungguh sungguh.
Leona mengeluarkan dua butir batu kecil berwarna biru cerah, lalu menyerahkan salah satu nya pada Aqmal, "masukan sebagian energi jiwa mu kedalam batu itu" ujar nya.
Aqmal tanpa bertanya, melakukan hal yang diperintahkan oleh Leona, begitupun dengan gadis itu.
"Kesini kan batu milik mu itu, dan ini kau pegang batu milik ku ini, ini namanya batu jiwa, batu ini akan terus bercahaya selagi kau atau aku selamat, tetapi akan menjadi pudar, bahkan pecah, jika aku atau kau telah tiada" kata Leona menyerah kan batu milik nya pada Aqmal.
Pagi ini Aqmal dengan mengendarai motor nya, keluar dari dimensi Galatian, tepat di pinggiran hutan, lalu meluncur ke arah jalan raya.
Sebelum keluar dari kota Boza, sebuah ibukota provinsi, Aqmal singgah di pom bensin terlebih dahulu, mengisi motornya hingga penuh. Setelah selesai, barulah Aqmal meluncur dengan motor nya kearah timur kota, sesuai petunjuk dari paman Arun.
Dengan perjalanan rata rata enam puluh kilometer perjam, akhirnya menjelang sore, Aqmal tiba di kota Lasen, sebuah kota kabupaten.
Dari keterangan bibi tukang warung, Aqmal tahu jika di pinggiran kota lasen itulah tempat Kastil Lausen star berada, serta hutan Jatilawang itu berada tepat perjalanan delapan jam dari kota lasen ini.
Aqmal tidak ingin bermalam di tengah jalan, segera mencari sebuah rumah penginapan untuk menginap malam ini, namun karena kota kecil ini tidak punya penginapan, dan hanya punya satu hotel bintang paling sedikit, terpaksalah Aqmal bermalam di hotel itu.
Di lobby penginapan yang cukup ramai dengan pengunjung itu, nampak seorang laki-laki tua duduk lesu diatas sebuah kursi roda, di temani seorang wanita paro baya dan seorang gadis cantik yang duduk di sofa.
Sedangkan seorang pria paro baya nampak sedang berbincang serius dengan beberapa orang pria di tempat yang agak jauh.
Karena petugas resepsionis masih sibuk dengan banyak tamu, Aqmal duduk didekat laki-laki tua itu.
"Selamat sore kek? Dari mana?" tanya Aqmal berbasa basi.
Awal nya laki-laki tua itu nampak kesal dengan kedatangan Aqmal , namun mendapati sikap Aqmal yang sopan, laki-laki tua itu berubah pikiran.
"Hm!, iya nak, dari kota provinsi timur, mau ke kota tengah, anak sendiri mau kemana?" laki-laki tua itu balas bertanya.
"Saya dari kota tengah, mau ke hutan Jatilawang, ada seseorang yang saya cari disana!" jawab Aqmal jujur.
Mendengar jawaban Aqmal, nampak wajah laki-laki tua itu berubah kaget, namun hanya sesaat, lalu lenyap dengan basa basi nya pula.
"Nama nya siapa nak?" tanya nya.
Aqmal mengulurkan tangan nya kearah laki-laki tua itu, dan disambut uluran tangan laki-laki itu pula.
"Nama saya Aqmal kek!" ....
"Panggil saja kakek Basir, oke?" balas laki-laki tua bernama kakek Basir itu.
Saat berjabat tangan, tiba-tiba persepsi jiwa Aqmal merasakan kejanggalan pada tubuh laki-laki tua itu.
Lalu di lakukan nya pemindaian kembali, ternyata dugaan nya benar, ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuh laki-laki tua ini.
"Kakek mengalami penyumbatan di syaraf tulang belakang, tepat beberapa puluh centimeter dari tulang pangkal leher!" ucap Aqmal yang sukses membuat mata laki-laki tua itu terbelalak kaget. Bahkan seorang wanita paro baya dan gadis cantik yang tadi asik berbincang, juga ikut tertarik mendengar ucapan dari Aqmal.
Bagai mana bisa, dengan hanya berjabat tangan saja, pemuda ini bisa tahu penyakit orang lain? pikir kedua wanita beda usia ini.
"Ba.... bagai mana kau tahu nak?" tanya laki-laki tua itu heran.
"Hanya firasat ku saja kek!" jawab Aqmal enteng. Tetapi orang tua itu tidak ingin mengejar jawaban lebih lanjut.
"Sudah setahun kakek lumpuh nak, semenjak kakek terjatuh saat main golf, apa nak Aqmal bisa mengurangi beban penderitaan kakek?" tanya kakek Basir lagi.
"Tidak tahu kek, tetapi tidak salah nya kita coba, semoga Tuhan mengabulkan hajat kakek lewat tangan saya!" sahut Aqmal sambil berdiri di belakang laki-laki tua itu, lalu menempelkan telapak tangan kanan nya di tengkuk kakek Basir, sambil mengerahkan hawa panas berintensitas rendah menyusuri syaraf tulang belakang kakek Basir.
Tidak lama, Aqmal langsung menemukan penumpukan darah beku di sebuah simpul syaraf.
Lalu dengan Holy fire intensitas rendah, Aqmal mulai mencairkan penumpukan darah beku itu sedikit demi sedikit, hingga setengah jam kemudian, seluruh simpul syaraf kakek Basir terbebas dari penumpukan darah beku.
"Selesai kek!, coba kakek usahakan berdiri!" kata Aqmal.
Segera kakek Basir berdiri, dan melangkah perlahan lahan.
"Alhamdulillah!, Yun!, Yuni!, papah sudah bisa berdiri lagi nak, Alhamdulillah ya Allah!" tangis laki-laki tua itu pecah di ikuti dengan jerit dan tangis terharu dari kedua wanita beda usia itu.
Gadis cantik yang sedari tadi menatap kearah Aqmal dengan sinis dan sedikit jijik, kini berubah menjadi tatapan kekaguman.
...****************...