Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaksa Yi Nan Mengalah
"Yang Mulia, sebelumnya aku ingin memberikanmu kantong wewangian. Namun, kantongku dicuri Yi Nan." Mengingat kantong wewangiannya yang dicuri Yi Nan dan dijadikan sebagai barang bukti perselingkuhannya dengan Pangeran Rui, ekspresi masam menghiasi wajah Jinyue.
Namun, ekspresi murungnya tidak bertahan lama.
"Jadi aku membuat yang baru untukmu."
Wajah Jinyue sedikit memerah, dia tersenyum malu-malu dan menghindari kontak mata dengan Pangeran Runan saat mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna biru dan menyodorkannya ke arah sang pangeran.
"Di dalam kantong ini ada ramuan yang kusiapkan sendiri, dan memiliki efek menenangkan." Jinyue memberanikan diri mengangkat pandangannya dan langsung bertemu dengan iris tajam nan gelap milik Pangeran Runan yang menyimpan banyak rahasia. "Kantong ini disulam dengan bunga peony yang indah. Kupikir, ini sangat cocok untukmu."
Bunga peony yang dijuluki sebagai 'Raja Bunga', melambangkan kekayaan, kemuliaan, dan keindahan, serta menjadi simbol status sosial tinggi.
Menurut Jinyue, bunga peony benar-benar cocok untuk Pangeran Runan yang agung, mulia, dan berwibawa, juga bermartabat.
"Hati-hati." Pangeran Runan dengan sigap menyentuh lengan Jinyue ketika tubuh gadis itu hampir terlambung akibat guncangan dari luar kereta yang mereka tumpangi.
"Terimakasih ...." Jinyue menundukkan pandangannya kembali, dia juga tidak lupa membenarkan dan mengokohkan posisi duduknya agar kejadian memalukan seperti itu tidak terulang lagi.
Jinyue merasa wajahnya memanas, dia bahkan menjadi salah tingkah saat merasakan tatapan Pangeran Runan yang dalam dan penuh perhatian seakan tengah menembus jiwanya.
Jinyue yang gugup hanya bisa meremat kantong wewangian di tangannya sambil berharap kereta kuda milik Pangeran Runan segera sampai di Istana Mige.
Dengan begitu, posisi canggung ini akan segera berakhir dan mereka hanya perlu duduk menikmati jamuan makan di pernikahan Pangeran Rui dan Yu Xin Mei.
Namun, Pangeran Runan malah menambah kadar kecanggungan dan kegugupan Jinyue.
Dia tiba-tiba mendekap pinggang mungil Jinyue dan menyeretnya mendekat hingga jarak di antara mereka terkikis.
Jinyue tersentak kaget, bola matanya membesar dan wajahnya semakin tersipu.
"Pa—Pangeran, apa yang Anda lakukan?" tanya Jinyue dengan setengah berbisik, perasaan malu dan gugup telah menyatu di dalam dirinya.
Terlebih, saat mendapati tatapan yang penuh gayrah seperti bara api milik Pangeran Runan.
Jinyue berusaha melepaskan diri dari dekapan Pangeran Runan dan duduk sedikit menjauh, tetapi sang pangeran malah mendekapnya lebih erat.
"Pa—Pangeran, jangan begini ...." Jinyue mendorong dada Pangeran Runan, mencoba menghentikan sang pangeran yang semakin membuat wajah mereka semakin rapat. "Ada orang di luar."
Jinyue bisa merasakan nafas hangat Pangeran Runan menerpa wajahnya, membuat jantungnya berdegup kencang.
Pangeran Runan juga bisa merasakan nafas hangat Jinyue, itu terasa menyenangkan, menggairahkan dan menenangkan.
Namun, juga menimbulkan ketegangan yang menantang pada saat bersamaan.
"Memangnya kenapa kalau ada orang di luar?" Pangeran Runan mengangkat sebelah alisnya, tatapan dan senyuman yang terlukis di wajahnya seperti memiliki niat jahat saat dia berbicara ke arah luar. "Apa kalian mendengar sesuatu dari dalam?"
"Yang Mulia, kami tuli... kami tidak bisa mendengar apa pun." Gaozu mewakili Zhenzu dan Lan Xin yang duduk bersamanya di luar kereta, mereka diam saja dan tidak berniat membantah kata-katanya.
Bibir Jinyue terkatup rapat, dia juga memutar bola matanya.
Apa orang tuli masih bisa menjawab, sementara dia tidak bisa mendengar pertanyaan yang dipertanyakan?
Pangeran Runan tersenyum tipis melihat wajah cemberut Jinyue, hazratnya semakin melambung dan dia tidak bisa menahan diri untuk mengechup bibir semerah ceri itu.
Terlebih, kejadian terakhir kali saat Jinyue mencyiumnya terus menghantuinya hingga membuat dia kesulitan memejamkan mata di malam hari.
Kelopak mata Jinyue membesar seolah-olah bola matanya ingin menggelinding keluar, tetapi dia tidak menolak sentuhan lembut yang menggetarkan hatinya itu.
Kechupan itu tidak berlangsung lama, hanya seperti sentuhan sayap kupu-kupu yang mengepak. Ringan dan lembut, memberikan sensasi geli dan menyenangkan.
"Kamu sangat manis." Kata-kata Pangeran Runan terdengar seperti rayuan, tetapi dia benar-benar tulus.
Wajah Jinyue yang halus dan lembut semakin menyala seperti telah berjemur di bawah sinar matahari selama berjam-jam, dia pun segera membuat jarak dengan Pangeran Runan.
Pangeran Runan tersenyum tipis, dia tidak menghalangi dan melepaskan Jinyue sambil berkata, "Pengawal di depan namanya Zhenzhu, dia akan tinggal bersamamu mulai sekarang untuk melindungimu."
Jinyue mengenali Zhenzu dari kehidupan sebelumnya, dia adalah pengawal wanita yang berpakaian seperti laki-laki dan selalu menjadi pelindung di kegelapan untuknya.
Di kehidupan ini, Pangeran Runan justru memberikan Zhenzu kepadanya secara terang-terangan dan itu menghangatkan hati Jinyue.
"Terimakasih, Yang Mulia."
****
Duduk di samping Pangeran Runan, netra Jinyue bergulir liar memperhatikan ruang perjamuan untuk pernikahan Pangeran Rui dan Yu Xin Mei.
Warna merah yang dipercaya dapat menolak roh jahat dan membawa energi positif bagi pasangan baru menikah, mendominasi dan menghiasi hampir setiap elemen dekorasi ruang pernikahan.
Itu mencerminkan kemakmuran, kebahagiaan, dan keberuntungan.
Lampion merah bergelantungan di seluruh ruangan, menambah suasana meriah. Meja-meja dihiasi dengan guci kuno, bunga merah, bahkan buah-buahan berwarna merah seperti apel juga dihadirkan sebagai bagian dari dekorasi dan hidangan.
Jinyue mengangkat sedikit ujung bibirnya membentuk senyuman miring dan berbicara pada Pangeran Runan yang duduk dalam diam di sisinya. "Mengangkat seorang selir dan menikahkan putranya dengan putri Jenderal Yu kurang dari sebulan, niat Selir Xue jelas sekali."
Pangeran Runan juga tersenyum, tetapi senyumannya tidak sampai ke mata. "Dulu Pangeran Rui sering membuat masalah demi kamu, tidak disangka dia mengalah begitu cepat."
"Mengalah?" Jinyue terkekeh sedikit, kekehannya sarat dengan cemoohan dan tatapannya sedingin es. "Dia tidak akan pernah mengalah. Dulu, dia memaksaku mengalah demi Yi Nan. Sekarang, dia pasti memaksa Yi Nan mengalah demi posisi Putra Mahkota."
Pangeran Runan tidak berkomentar, tetapi dalam kebisuannya itu dia jelas menyetujui pendapat Jinyue.
Awalnya Selir Xue menargetkan Jinyue, nona besar Kediaman Bangsawan Jing. Sekarang setelah melepaskan Jinyue, dia menargetkan putri Jenderal Yu.
Niat Selir Xue jelas, bahkan orang bodoh pun pasti bisa melihatnya.
Dia ingin Jenderal Yu membantu Pangeran Rui menjadi Putra Mahkota.
"Pengantin sampai!"
ini kebalikannya.......
seru lah Poko e....
amazing author.....🔥🔥🔥🔥🔥