Gairah Sang Casanova

Semua orang telah tidur. Termasuk Ken, dia masuk ke dalam kamarnya saat waktu masuk tengah malam. Ada beberapa pekerjaan yang masih harus dia selesaikan malam ini.

Maka dari itu dia memilih mengurung diri di dalam ruang kerja, dan melepaskan Zoya.

Namun, seperti ada yang aneh, karena sudah setengah jam dia memejamkan mata. Dia belum mau terlelap juga, padahal tubuh dan otaknya sudah sangat lelah.

Lelah bekerja, pun lelah bermain dengan Zoya.

Ken mengambil posisi telentang, dia kembali memejamkan mata yang sedari tadi buka tutup tidak karuan. Karena pikirannya terus dikuasai oleh gadis itu.

Semakin dia ingin terlelap wajah Zoya malah semakin mendominasi, teringat percintaan mereka kemarin malam dan juga tadi sore.

"Ck, sialan!" maki Ken, senjatanya malah bangun tengah malam karena terus membayangkan yang tidak-tidak.

Otaknya mulai terkontaminasi, dan hal itu benar-benar membuatnya tidak bisa tidur. Kepalanya terasa berdenyut, disertai rasa kesal yang menggunung.

"Ya Tuhan... Sepertinya aku sudah mabuk, kenapa aku tidak bisa tidur, dan terus memikirkannya. Kelinci kecilku, kenapa kamu menggangguku?" gumam Ken, dia memijat pelipisnya.

Lalu memeluk guling, dan hasrat itu justru semakin menyiksanya. Tubuhnya terasa sesak, dengan rindu yang menggebu akan aroma tubuh Zoya.

Ken yakin, selamanya dia tidak akan merasa nyaman sebelum bertemu dengan Zoya.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk bangun, dia melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari.

Ken mengibaskan rambutnya. "Tidak ada pilihan lain, aku harus pergi ke kamarnya."

Pria itu turun dari ranjang, lalu melangkah keluar dari kamarnya dan menutup pintu dengan sangat hati-hati. Takut membangunkan yang lain.

Dia mengendap-endap seperti seorang maling, padahal dia berada di dalam mansionnya sendiri.

"Sepertinya aman," gumam Ken, saat dia sampai di depan pintu kamar Zoya.

Dia tersenyum lebar, sudah tidak sabar bertemu gadis yang sudah mengganggu tidurnya. Ken memutar kenop pintu, dan berusaha membukanya.

Namun, tidak berhasil. Karena Zoya mengunci kamarnya dari dalam.

"Sialan! Anak itu menguncinya, dan tidak menurut padaku," gerutu Ken dengan mengeratkan giginya.

Seperti biasa, Ken tidak akan menyerah begitu saja. Dia kembali berjalan dengan sangat pelan untuk sampai di kamarnya, dia akan mencari duplikat kunci kamar Zoya.

Masa bodo, malam ini juga dia harus mendapatkannya, agar dia bisa tidur dengan nyenyak.

Ken membongkar laci nakas, mencari kunci tersebut. Tapi sialnya tidak ada, dan dia pun lupa, di mana dia menyimpan semua duplikat kunci ruangan mansion ini.

"Benar-benar sialan! Di mana sih aku menyimpannya? Oh my God, shittt!" Ken menjambak rambutnya frustasi sendiri, karena tak kunjung mendapatkan apa yang dia mau.

Ken berjalan ke arah lemari, dia kembali mengacak-ngacak benda persegi panjang itu. Hingga akhirnya senyum di bibir pria itu terbit, karena dia sudah menemukan apa yang dia cari.

Tak membuang waktu lagi, Ken segera berlalu dari kamarnya dan kembali menuju kamar Zoya.

Dan sepertinya malam ini memang berpihak padanya. Karena Ken berhasil membuka pintu itu. "Yes!"

Pekiknya kegirangan. Seperti mendapat jackpot besar, Ken langsung tersenyum lebar saat dia melihat ke arah ranjang.

Ken tidak lagi menyalakan lampu, dia langsung melangkah dengan tergesa menuju gadisnya. Di atas sana, Zoya tengah terlelap hanya menggunakan tank top tanpa braa seperti biasanya.

Dan hal itu semakin membuat mata buas Ken termanjakan, dia menjilat bibirnya sendiri, lalu naik dan tidur di samping Zoya yang menghadap ke arah kiri.

Dia menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam, dengan sensasi yang luar biasa.

"Baby, kamu harus bertanggung jawab. Kamu harus menidurkan kami berdua," gumam Ken ambigu.

Dia dengan cepat menaikan tank top milik Zoya, hingga dua bongkahan kenikmatan itu terpampang nyata. Ken menatap lapar, dan tanpa ba bi bu Ken segera melahap pucuk merah jambu itu.

Membenamkan wajahnya dia antara pegunungan Himalaya milik gadisnya.

Zoya sedikit melenguh karena merasakan sensasi aneh, tetapi matanya senantiasa terpejam, karena seharian ini dia memang kelelahan.

Sementara Ken masih dengan aksinya, menyesap dua bulatan itu bergantian. Hingga dia benar-benar terlelap, dengan posisi memeluk tubuh Zoya dan mulut yang menempel di pucuk bulatan itu.

*

*

*

Enaknya tidurnya sambil nainnain🤣🤣🤣