NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

030. Lengkap Sudah

Mungkin itu adalah kali pertama Dul melihat senyum ibunya paling cantik. Kali pertama sepanjang ingatannya di masa kecil. Selanjutnya, senyum ibunya sudah tak terhitung lagi.

Pagi yang sangat ramai. Ruangan dipenuhi orang-orang yang berbicara dengan suara pelan. Berbisik-bisik sambil menunjuk ke beberapa tempat. Menunjuk meja makan panjang, papan bunga, pelaminan, bahkan menunjuk tiap tamu yang baru masuk dan mencari kursi. Pagi itu warna busana tamu didominasi warna biru. Semua orang-orang yang sering dilihat Dul bersama ibunya, terlihat hadir lebih pagi hari itu.

Dul duduk di kumpulan kursi yang berada di antara Pakdhe, Budhe, dan Mbah Wedok. Ia memakai batik lengan pendek bermotif parang. Bara sudah duduk rapi dengan pakaian serba putih. Semua orang sudah hadir. Hanya ibunya yang saat itu belum tampak. Orang berbisik-bisik, lalu semua pandangan tertuju ke satu tempat. Dul ikut menoleh dan melihat ibunya berpakaian nyaris sama seperti Bara.

Hari itu, di hari pernikahan ibunya, akhirnya Dul mengerti arti penyatuan dua orang manusia agar bisa hidup bersama. Dul terkesima. Bara tampan dan ibunya sangat cantik. Senyum di wajah kedua orang yang disayanginya itu bahkan membuat keduanya semakin terlihat tampan dan cantik.

Ucapan demi ucapan bernada resmi selesai dituturkan tiap tetua yang hadir di tempat itu. Bara dan ibunya duduk di singgasana bak raja dan ratu yang menunggu tamu yang menghampiri dan mengucapkan selamat.

Dul sedang duduk di sebelah Mbah wedok ketika seorang anak usianya mendatangi. “Dul, ngapain kau di sini? Kita maen-maen aja dulu ke luar. Mumpung mamakku lagi sibuk cakap-cakap sama kawannya.”

Dul sedikit terkejut karena yang menepuk bahunya dari belakang ternyata adalah Robin. Anak dari teman ibunya di kos-kosan dulu. “Memangnya mau ngapain?” tanya Dul.

“Udahlah ikut aja kau dulu. Ngapain kau di sini? Mamak-mamak sama bapak-bapak semuanya. Aku tadi bawa robot-robotan dari rumah. Kau ambillah satu mainan kau. Biar mantap kalo sama-sama punya.” Robin mengangkat sebuah mainan robot dan menunjukkannya pada Dul

“Oke, sebentar,” ucap Dul, melesat ke dalam dan kembali dengan sebuah robot kecil yang jika dilipat dengan benar maka akan berubah bentuk menjadi huruf D.

“Ayoklah, kita duduk di sebelah sana aja.” Robin menunjuk jajaran kursi kosong yang jauh dari ibunya.

“Tapi … apa ibumu enggak marah kalau duduknya jauhan?” Seperti biasa Dul memastikan bahwa tidak ada orang tua yang keberatan saat mereka berkeliaran di sekitar sana.

“Amanlah—aman. Tenang aja kau. Pokoknya aman. Mamakku kalo udah cakap sama kawannya bisa lupa kalo dia punya anak. Bisa-bisa enggak dibawanya aku pulang kalo dia sor kali.” Robin terkekeh-kekeh seraya duduk di kursi yang dipilihnya.

Dan itu adalah hari pertama ketika Dul memahami bahwa Robin ternyata merupakan seorang teman yang asyik. Dul juga tak menyangka bahwa persahabatan mereka saat itu kelak akan berlangsung sampai mereka dewasa.

Ketika hari mulai sore, ibunya dan Bara keluar rumah dan ikut duduk di bawah tenda putih. Ia baru saja selesai makan dengan sepiring nasi yang disuapkan Mbok Jum padanya. Wanita tua itu mengatakan kalau ia pasti lupa makan karena terlalu asyik bermain.

Tengah duduk di sebelah Mbok Jum dan Robin yang asyik memutar-mutar kaki robotnya, Dul mendengar suara ibunya memanggil. Ia langsung melesat mendatangi ibunya.

“Udah makan?” tanya ibunya.

“Udah. Baru aja,” jawab Dul, melingkarkan tangan ke sekeliling bahu ibunya dan bersandar.

Sebenarnya kalau boleh jujur saat itu ia hanya ingin acara resepsi itu cepat berakhir. Ia sudah penat dan mengantuk. Sejak pagi menggunakan pakaian rapi yang sangat takut dikotorinya. Ia juga sudah menahan perilakunya untuk tidak terlalu banyak berlarian seperti biasa. Sebelum acara itu dimulai, ibunya memang sudah banyak mewanti-wanti untuk menjaga perilaku.

“Sekarang manggilnya apa?” tanya Bara. Pria itu meraih tangannya untuk lebih mendekat. Dul kini berdiri di hadapan pria yang sekarang menjadi ayahnya.

“Ayah, Ayah Bara,” jawab Dul.

“Jangan … jangan Ayah Bara. Ayah aja. Ayo, ulangi lagi.” Bara tersenyum, tak melepaskan cengkeraman dari lengannya.

“Oke, Ayah—Ayah. Udah, kan? Aku mau main dengan anak itu.” Dul melihat ke arah Robin yang sedang menatapnya penuh harap untuk kembali bermain.

Bara dan ibunya tertawa. “Oke—oke, Sana main lagi.” Bara mengacak rambutnya.

Hari itu diingat Dul memang sebagai hari yang melelahkan. Ia harus tampil rapi dan juga berperilaku tertib. Tidak boleh mengeluarkan mainannya, dan tidak boleh berlarian melintasi para tamu yang kebanyakan para orang tua. Sampai dewasa, Dul menjelma menjadi sosok yang tak begitu menyukai keramaian. Ia tampil sebaik-baiknya di depan para keluarga, melaksanakan kewajibannya, lalu kembali menghilang untuk menanti suatu acara berakhir. Hidupnya mungkin sudah terlalu gaduh sampai-sampai ia tak menyukai kegaduhan apa pun. Meski pun itu sebuah pesta perayaan.

Menjelang sore Mbok Jum membawanya ke dalam. Memintanya mandi dan ia berganti pakaian yang lebih santai. Ia berbaring di ranjang meluruskan tubuhnya. Menggeliat dan memeluk gulingnya erat-erat. Awalnya hanya ingin berbaring sebentar, tapi ternyata sejuk AC membuat ia ketiduran. Dan ia baru terbangun keesokan harinya. Keluar dari kamar ia setengah terperangah. Bagaimana seluruh dekorasi bisa hilang begitu saja dan bagaimana semua tamu yang sepertinya akan terus berada di sana bisa menghilang? Ia bahkan tak sempat mengatakan pada Robin untuk bertemu lain kali.

Hari berikutnya, mereka sudah duduk di meja makan sebagai sebuah keluarga. Bara, ibunya, ia dan bahkan Mbok Jum. Mereka semua makan di satu meja. Meja yang penuh macam-macam lauk. Juga ayam goreng bumbu kesukaannya yang tak pernah absen. Dul mengedarkan pandangan. Menatap wajah ibunya yang belakangan sangat ceria. Penuh senyuman dan nada bicaranya sangat riang. Bara juga sama. Ceria dan tak henti-henti mengulas senyuman.

Ayah …. Ibu …. Sekarang komplit.

Ingatan penting berikutnya yang begitu membekas adalah saat Bara mengajak ia dan ibunya pergi berlibur. Kata Mbok Jum itu adalah perjalanan bulan madu. Tak mengerti hal itu apa. Tapi Bara mengatakan bahwa itu adalah piknik sekaligus perjalanan dinas. Bara menyebutkan sebuah nama tempat yang akan mereka kunjungi. Ia tak begitu menanggapi karena rasa senangnya mendengar akan bepergian naik pesawat terbang.

Naik pesawat terbang. Sebuah keinginan yang dulu hanya merupakan mimpi bagi Dul. Dan ternyata Bara adalah orang yang mewujudkan mimpi itu pertama kali baginya. Hatinya senang luar biasa. Dan dalam perjalanan penuh kebahagiaan itu, ingatan Dul diramaikan oleh kehadiran Robin.

Dul dan Robin duduk di barisan paling belakang mobil yang membawa mereka menuju ke bandara. Benar-benar pagi yang sangat riuh.

“Eh, Dul! Enggak sangka jumpa lagi kita. Kata mamakku kita mau naik pesawat. Aku udah pamer sama kawan-kawanku di sekolah. Kau enggak pamer?” Robin langsung memulai percakapan saat mereka sudah duduk bersebelahan di kursi paling belakang.

“Aku belum masuk sekolah lagi. Kata ayahku nanggung. Nanti aja sekalian masuk SD deket rumah. Kan, sebentar lagi,” jawab Dul.

“Kau tengoklah, Dul ... siapa aja yang ikut … tau kau, kan, siapa aja yang di depan kita ini?” Dul mengedikkan bahunya dan menatap ke kursi depan.

Dul tertawa kecil. “Tau,” jawab Dul.

“Kalo mamakku dekat-dekat Bu Tini, beuuuh … makin bising. Dua-duanya bising kali. Kau dengarlah nanti apa aja yang dicakapkan orang itu. Sikit-sikit ketawa. Entah hapa yang lucu,” omel Robin.

Kali itu Dul tertawa lebih keras.

“Ah, kau pun tukang ketawa juga,” sungut Robin.

“Kamu juga lucu, Bin,” tukas Dul, tersenyum-senyum menatap Robin.

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
🅔🅕🄵💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!