Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 19
"Mel, aku berangkat dulu. Buruan bangun, awas telat lho berangkat kerjanya."
"Eughhh ya, oke."
Tadi malam, sebenarnya Melky ingin menceritakan tentang pertemuannya dengan Deny. Tapi, melihat Xeena yang sudah tertidur pulas dan juga dirinya yang begitu lelah, Melky memutuskan untuk bercerita besok.
Tapi kenyataan tidak sesuai dengan keinginannya. Matanya begitu berat untuk terbuka. Padahal dia mendengar Xeena yang sibuk di dapur. Alhasil, Melky tetap belum bercerita sampai Xeena berangkat ke kantor.
"Mungkin nanti sore aps pulang kerja. Keknya Xeena kayak terburu-buru gitu. Ughh, aku juga masih pengen merem bentaran lagi deh. Tapi ndak bisaaaa."
Melky yang tidur sedikit larut, kini merasa masih mengantuk. Namun dia haru segera menyingkirkan rasa kantuknya itu jika tidak ingin terlambat.
Berbeda dengan Xeena, sedari pagi dia sudah sangat bersemangat. Dan semangatnya semakin bertambah ketika menuju ke tempat kerja.
"Semoga dia bisa makan dan rasane pas di lidahnya. Karir ku terancam soale kalau sampe dia ndak cocok."
Perasaan khawatir Xeena semakin bertambah ketika dia sampai di lantai 13. Sejenak dia melongok ke ruangan milik Jeremy. Wanita itu bernafas lega ketika dia tidak mendapati tuannya di sana. Dengan tenang dia berjalan menuju ke pantry, dan Xeena terkejut bukan main saat melihat seseorang di sana.
Bukan Marwan, tetapi Jeremy lah yang ada di san.
"Pak?" ucap Xeena kaget bukan main. "Apa yang Bapak lakukan di sini? Ah maaf, maksud saya apa yang Bapak perlukan?" imbuhnya.
Meskipun sangat terkejut, Xeena harus bersikap dengan tenang dan dia berhasil mengendalikan keterkejutannya itu.
"Oh kamu pagi juga ya datangnya. Ndak ada, aku ndak butuh apapun. Aku hanya nge-cek aja kalau ada yang kurang di sini. Ah iya, apa kamu jadi masak untukku? Mana, kebetulan aku udah laper banget,"jawab Jeremy tenang.
Sebenarnya Xeena masih penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Jeremy. Akan tetapi dia tidak ada kewajiban untuk bertanya lebih lanjut lagi.
"I-iya sudah, Pak. Tapi Pak, makanan yang saya buat ini sungguh sangat sederhana. S-saya takut kalau Pak Jeremy tidak suka,"ucap Xeena dengan raut wajah penuh rasa takut.
"Hooo, lha aku ngicip aja belum kok kamu udah bilang begitu. Sini, aku akan makan. Aah iya, ayo makan bareng di ruanganku."
"Ya, tapi~"
Tanpa basa-basi lagi, Jeremy sudah mengambil tote bag yang ada di tangan Xeena. Dia juga meraih tangan Xeena untuk diajak ke ruangannya.
Tentu saja hal itu membuat Xeena semakin takut dan bingung. Tuannya ini yang kata orang rewel dan susah dihadapi, tapi dimatanya tidak demikian. Xeena menganggap bahwa Jeremy adalah orang yang aneh dan membuatnya tidak mengerti.
"Nah sekarang duduk, dan ayo makan. Kamu harus menemani ku makan,"ucap Jeremy ketika mereka sudah duduk di kursi di dalam ruangannya.
"Baik Pak. Saya akan ambil minum dulu,"
"Ndak usah, kamu duduk aja udah. Aku yang akan ambil."
Xeena hanya menatap dengan penuh kebingungan. Lagi-lagi dia bertanya, dimana letak rewelnya ini orang. Melalui mata Xeena, jelas-jelas Jeremy tidak demikian.
Tak
Jeremy meletakkan dua gelas berisi air putih yang di atas meja. Sedangkan makanan miliknya sudah disiapkan oleh Xeena.
Ketika membuka kotak makan itu, Jeremy tersenyum lebar. Apa yang dia inginkan benar-benar dibuatkan oleh Xeena.
Sedangkan Xeena, puncak kecemasan tentang rasa dari makanannya adalah ketika Jeremy menyuapkan nasi dan lauk pauk itu ke delam mulut. Dadanya berdebar begitu kuat saat Jeremy mengunyah lalu menelan makanan tersebut.
"Lho, kamu ndak makan Xeen?" tanya Jeremy setelah menelan satu suap.
"Ba-bagaimana rasanya, Pak. Apa itu sesuai selera Pak Jeremy?" Bukannya menjawab pertanyaan Jeremy, Xeena malah bertanya balik.
"Enak, aku suka. Pas."
"Syukurlah."
Xeena benar-benar lega, dia sungguh sangat senang karena Jeremy menyukainya. Hal ini berarti bahwa pekerjaannya di sini akan aman dan dia tidak akan dipecat gara-gara makanan yang dia buat.
"Lhoh, kok punyaku beda sama punya mu?"
Apa?
Baru saja membuka kotak makannya, Xeena dikejutkan dengan perkataan Jeremy. Ya Jeremy agaknya protes dengan isi lauk pauk yang berbeda antara miliknya dan milik Xeena.
"Oh ini, kan kemarin Pak Jeremy minta yang sama persis seperti punya saya yang kemarin. Jadi saya buatkan seperti itu. Dan saya buat punya saya sendiri."
"Benar juga ya, ya sudah mulai besok buatkan aku sarapan. Harus persis sama kayak punya mu. Pokoknya sama persis."
Mata Xeena membulat, dia menarik kata-katanya yang tadi. Dia tadi sempat mengatakan bahwa bosnya itu bukannya rewel tapi aneh. Namun setelah mendengar permintaannya yang baru saja, ternyata Jeremy memang tuan yang rewel.
Meski begitu, Xeena tentu tidak bisa menolak permintaan tuannya tersebut. Dia harus melakukannya agar pekerjaannya aman dan dia tidak dipecat dari sini.
"Baik Pak. Uang yang Bapak berikan kemarin masih banyak, saya akan menggunakan untuk belanja nanti."
"Siip, makasih ya."
Xeena segera menyelesaikan acara makan paginya. Dia harus segera bekerja. Dan benar saja, tak lebih dari 10 menit Xeena sudah selesai makan. Dia pun segera pamit undur diri untuk lanjut bekerja.
"Harusnya ku tahan lebih lama. Haah, tapi pakai alasan apa untuk nahan dia?" gumam Jeremy lirih.
Dia sudah mendapat laporan tentan Xeena dari Santi dan juga Paijo. Semua yang dikatakan oleh dua orang itu sangat cocok. Dan dia tidak menyangka bahwa kehidupan wanita itu ternyata begitu sulit.
"Kok ada ya bapak yang begitu sama anak kandungnya sendiri? Ya walaupun Papi dulu agak ndak bener sama Mbak Yasmin, tapi Papi ndak segila si Sangaji ini."
Laporan yang disampaikan Paijo tentu sangat akurat. Penyelidikan tentang kehidupan Xeena langsung mengenai sasaran. Bahkan tentang mantan Xeena pun diketahui oleh Jeremy dengan sangat baik.
Satu pertanyaan, mengapa Jeremy melakukan sejauh itu? Dia memang berkata begitu penasaran dengan Xeena. Tapi selama ini, Jeremy tidak pernah tertarik dengan kehidupan orang lain selain keluarganya. Baru kali ini Jeremy terlalu penasaran terhadap orang lain sampai seperti ini.
"Kenapa ya aku begini ke wanita itu?"
Ternyata Jeremy bingung juga terhadap dirinya sendiri. Tapi yang jelas, dia merasa ada ketertarikan terhadap Xeena. Dan ini pertama kalinya dirasakan oleh pria itu.
Pada intinya, bukankan rasa tertarik tidak membutuhkan alasan yang jelas. Dan apakah Jeremy menyukai Xeena? Tentu saja itu belum bisa dijawab. Saat ini yang pasti Jeremy merasa tertarik kepada Office Girl nya yang baru itu, dan segala hal yang dilakukan Xeena terhadapnya tidak membuatnya risih.
Bisa dibilang, dia menyukai segala tindakan yang dilakukan Xeena.
"Dia berbeda dari wanita kebanyakan."
TBC
santai wae